The Equalizer 3, Film Reuni Rindu Om Denzel, Mba Dakota & Penonton

by - Oktober 08, 2023

 

Sumber: IMDb


    Begitu film di buka, saya agak kaget karena gambaran kekerasan yang eksplisit, ada orang mati dengan brutal. Kena bacok pakai pisau daging di muka, genangan darah, pokoknya sangat gore.


Sesaat saya berpikir keras, apa The Equalizer 1 & 2 memang segamblang ini dalam mempertunjukkan kekerasan? Asli, saya lupa.


Macam biasa juga ya, review film kali ini jelas sedikit banyaknya mengandung spoiler, jadi bagi yang anti, mungkin bisa skip artikel ini dan baca artikel saya yang lain..muehehehe



Denzel Washington, The Legendary Man

Sumber: Dexerto




Sebenarnya saya sudah tahu sih, kalau duu aktor yang terkenal di Man of Fire ini reuni kembali. Ya, sekedar tahu begitu saja, tapi pas lihat foto om Denzel dan mba Dakota, saya pikir; aaawww…cute.


Adapun film ini, rupanya merupakan trilogy. Om Denzel juga sudah terlalu tua untuk berakting aksi berat seperti ini, jadi saya tidak heran kalau adegan kekerasan di film ini tidak terlalu ditampilkan secara banyak dan detail. Pak Robert McCall cuma tinju sana, tendang sini di beberapa bagian saja.


Bisa dimaklumi sih, faktor umur juga, kalau pakai body double terlalu banyak, rasanya kok, kurang greget. 


Namun, apa yang saya suka disini, McCall yang sudah tua terlihat sangat anxious dan restless meski memang dia tetap terlihat tenang. Karena ya, bagaimanapun, tokoh action film juga cuma manusia biasa terlebih lagi tokoh kali ini memang sudah mulai terlihat capek.


Ini bagian dari film The Equalizer 3 yang paling saya sukai, kecemasannya terasa (saya penonton yang suka sekali menganalisa anxiety dkk karena saya punya masalah yang sama).




Temu Kangen Denzel & Dakota di The Equalizer 3

Sumber: Film Affinity.

Bapak dan anak gadisnya lagi liburna keluarga..




Masuklah tokoh mba Dakota disini. Sama lupa ingatan pada 2 seri film ini sebelumnya, saya lupa kapan terakhir saya melihat akting mba yang satu ini. Kenapa kaget? Karena akting beliau disini terlihat kaku dan bosan. Kayaknya mbanya lagi sakit, tapi harus syuting karena sudah teken kontrak gitu, lho, mood-nya.


Padahal akting om Denzel tetap paripurna macam biasa walau memang terlihat juga kelelahan. Cuma sayang, Dakota disini semacam ‘tempelan’ semata untuk memenuhi ‘kuota’ figur anak yang harus dijaga oleh bapak Denzel.


Gara-gara ini, saya bilang ke teman kalau Denzel Washington itu punya image sebagai father fitur for young boys and girls, terutama bagi mereka yang datang dari keluarga disfungsional.


Kalau Pedro Pascal dibilang daddy (dengan 2 konotasi yang iyuh banget), bagi saya Denzel is the real BAPAK. 


Tipe bapak yang diinginkan anak-anaknya, baik hati, penyayang dan pandai mengajarkan anaknya ilmu dan keterampilan bertahan hidup, begitu.


Then again, saya merasa ada cela yang kopong di film ini oleh mba Dakota. 


In the end of the day, ini trilogy terakhir sih, ya. Film-nya juga cukup menghibur dan tetap gagah tanpa banyak gimmick. Sebuah film reuni yang sangat manis untuk kedua aktor ini, saya jadi pengen nangis karena saya suka sekali Man of Fire, bikin saya yakin, tokoh bapak yang baik itu ya, begitu.


Ada 1 scene di film ini yang menurut saya bikin meleleh; ketika pak McCall tersenyum dengan hepi agar mba Dakota bisa mengambil fotonya si bapak..aawwwww…persis bapak dan anak gadisnya lagi santai di cafe.




Yearp, begitulah kesan saya akan film ini. Ingin nostalgia dengan Denzel & Dakota, yuk dah, nonton film ini. Sampai jumpa di review film berikutnya, yang mana mungkin akan datang sekitar 6 hari lagi? Rencananya saya mau review ringan serial TV yang baru kelar minggu lalu, Ahsoka.


Bye!




You May Also Like

0 comments