Saya sebenarnya bukan penggemar film yang ada zombie-nya, takut. Karena rasanya inilah yang paling mustahil untuk terjadi ketimbang ketemu Alien. Mungkin Alien juga nyata tapi lebih baik daripada ada zombie, deh! Makanya saya cuma menonton beberapa film dan drama zombie itu sedikit sekali, and no, I hate the walking dead. Enough.
Tahun 2017 kemarin saya menonton Train to Busan yang hits itu, lalu tahun ini ada sequel-nya yakni Peninsula. Tapi sayang, film yang saya tunggu- tunggu hanya karena ada Gang Dong-Won ini tidak sekece yang saya harapkan. Terlalu banyak missed dan holes disana- sini. Dramatisnya kurang greget dan agak dipaksakan, padahal sebenarnya bisa di eksplorasi lebih jauh (duh, berasa sutradara saja).
#ALIVE ini sendiri saya tonton karena ada Yoo Ah-in yang punya akting mumpuni (saya bukan penggemar Park Shin-hye, doi terlalu neat untuk berakting yang gimana gitu). Kalau tidak salah saya juga pernah membaca webtoon yang menjadi dasar pembuatan film ini, tapi kenapa dari Wikipedia, film ini dibuat dari versi asli Hollywood, ya? Apakah saya salah ingatan?
Review Film #ALIVE, Ketika Yoo Ah-in Si Homeboy Terpaksa Keluar Rumah
Saya yakin deh, ini dibuat dari webtoon karena rasa dan vibe film ini mirip banget sama Dead Days. Terutama bagian dimana sang tokoh utama bangun, tahu- tahu dunia jadi chaos dan orang- orang berubah jadi zombie dengan cepat. Sedangkan virusnya sendiri kurang diketahui, hanya saja mereka yang menjadi zombie masih mempunyai sifat dan habit sama seperti saat mereka masih hidup.
Tokoh utama juga masih anak sekolah, maka Yoo Ah-in pun jadi anak sekolah di film ini walau kurang tahu, masih SMA apa sudah kuliah tingkat 1? Lucu juga pas ternyata versi film masih memakai karakter yang sama dari webtoon, secara Yoo Ah-in itu aslinya sudah 34 tahun dan Park Shin-hye 30 tahun. Ah-in sendiri masih lumayan lucu ya, walau rasanya kok, tokoh Oh Joon-woo si pro gamer terlalu ‘besar’ untuk jadi seorang siswa.
Sedangkan tokoh Kim Yoo-bin, yang sepertinya di buat sebagai anak mudah juga, masih pantas jadi anak kuliahan. Hanya saja nih, entah hanya perasaan saya saja, akting Park Shin-hye disini terasa biasa. Tidak ada yang baru, tidak menggugah, bahkan hambar begitu saja. Mungkin saya kurang banyak melihat akting doi, atau karena saya lebih banyak melihatnya di drama TV ya, yang biasanya sudah punya pattern untuk berakting. Ini membuat saya menyayangkan karena akting aktor Yoo terasa kurang blend dengan akting aktor Park.
You know, kamu sudah capek berakting keren, partner-mu, ya cuma sekedarnya saja.
Saya kurang bisa merasakan rasa takut dan terror dari wajah aktor Park. Padahal ini zombie lho, bahkan versi webtoon-nya saja terasa tegang dari penggambarannya yang tidak seluas dari akting sungguhan. Aktor Yoo bisa men-deliver emosinya dengan baik, mulai dari panik, bingung, putus asa, ingat emak, sedih, mau bunuh diri, panik lagi, ketakutan dan lain- lain. Doi berhasil bikin saya tegang selama nonton, pas begitu balik ke aktor Park, flat lagi.
Baca Juga : FAKTA FILM MULAN, DARI DI BOIKOT SAMPAI TERANCAM RUGI BESAR
#ALIVE versus Peninsula
Intinya zombie di dua film ini, sama- sama bikin takut. Bedanya Peninsula lebih menyoroti rasa kemanusian dan rasa penyesalan yang dalam. Mulai rasa bersalah sama anggota keluarga sampai sama orang- orang yang sempat diabaikan sang tokoh utama.
Wajar sih, ya, sudah panik, bingung dan terbatas pula dalam segala hal. Pasti mengutamakan keluarga terlebih dahulu.
Di #ALIVE sendiri, lebih dengan bertahan hidup. Stok makanan yang menipis, air yang mati, sendirian, rindu keluarga dan penyesalan- penyesalannya. Lalu bertemu sesama survivor yang misterius, lalu keluar rumah untuk cari stok makanan dan dikejar- kejar zombie. Kemudian di tolong orang asing yang ternyata penjahat yang egois demi menjaga fantasy kalau istrinya yang zombie masih hidup dan butuh orang untuk dimakan.
Baca Juga : REVIEW FILM THE GENTLEMEN, KETIKA BOS PENJUAL GANJA INGIN PENSIUN
Moral of Story dari #ALIVE
Film ini bercerita zombie outbreak di tengah kemajuan zaman saat ini dimana smartphone sudah canggih, semua serba digital, online hingga wireless. Orang- orang sudah pakai airpods, jadi earphone/headphone jack dan sejenisnya sudah terpinggirkan. Padahal kalau ada earphone, masih bisa dengerin siaran radio karena bisa berfungsi jadi antena gitu.
Mereka yang masih survive harus mengalami kebuntuan komunikasi karena sinyal provider pada mati, radio jadul pun tidak ada lagi dirumah- rumah zaman now. Makanya begitu sinyal balik lagi, semua orang berkomunikasi melalui WA, YouTube, Telegram, Instagram, Twitter dkk untuk saling memberi kabar dan minta bantuan. Seperti trend jaman sekarang, itulah kenapa film ini pakai tagar alias hashtag karena apapun yang terjadi di milenium ini, hashtag itu penting.