Well, saya tidak aktif di TikTok, dulu punya akun tapi sudah entah kemana. Anyway, bukan berarti kehebohan mengenai kandungan dan pabrikan skincare lokal di medsos satu itu tidak sampai ke saya, malah ketemu info ini tuh, di Twitter.
Ogah nyebut X, kayak apps untuk porn0 aja.
Lalu, sebagai orang yang sudah tidak lagi aktif berkecimpung di dunia beauty, juga hanya memakai skincare basic belakangan ini, jadi saya hanya bisa mengamati dan mempelajari.
Jadi yang bisa saya tangkap adalah ada seorang dokter dengan topeng a la pesta topeng di Venice (dunno why si dokter pakai topeng itu) yang melakukan uji coba kepada beberapa kandungan skincare. Ternyata banyak yang overclaim.
Standard dari cara pemasaran, semua produk kapitalis sudah berkiblat dengan cara ini sejak kapan dulu, ga sih?
Cuma ya, overclaim itu memang bisa menyesatkan.
“Dapatkan kulit putih dalam 7 hari dengan Fair & Lovely!”
Contohnya ini, yang iklannya orang India berkulit gelap (mungkin ras Tamil?), eh, jadi putih dalam 7 hari (ada yang bilang ganti model) karena pencahayaan iklannya. Ini sudah jadi rahasia umum dan olok-olok sejak saya masih muda belia, setiap iklan ini lewat, pasti pada ngikik.
Jelas ya, putih itu tidak bisa instant juga tidak pula bisa merubah melanin kulit, apalagi ras tertentu yang mempunyai melanin kuat. Coba aja Google sendiri buat cari tahu secara ilmiah.
Brand, kapitalis, sangat pandai memanfaatkan ketakutan akan memenuhi standar kecantikan dan sosial, mereka tidak segan-segan melakukan trik fear mongering, jaman now ditambah teknik FOMO (fear of missing out).
“Ah, kamu udah gelap, kusam, masa mau jadi jelek terus begitu disaat orang-orang sekarang pada sudah glow up”
Kira-kira begitulah pesan yang disampaikan oleh banyak brand kecantikan; sudah bilang kamu tidak sesuai standard, kamu dibanding-bandingkan lagi. Ga di rumah dibandingkan emak dengan anak tetangga, eh, begitu buka medsos/tv, kamu juga dibanding-bandingkan.
Maka akan sangat mustahil kalau kamu bisa menjadi putih dalam waktu singkat dengan hanya memakai facial wash, serum, moisturizer..yang harganya cuma 30 ribu tapi dengan klaim yang amat sangat luar binasa.
Karena klaim yang selangit tidak sebanding dengan harga produk inilah, yang memancing kecurigaan bagi mereka yang memahami kandungan dan bagaimana sebuah skincare itu bekerja.
Dari uji coba yang dokter itu lakukan (dari yang di lihat di medsos, ya), banyak merek lokal ternyata tidak mempunyai kandungan atau persenan kandungan yang seperti mereka iklankan, bahkan kabarnya ada produk retinol yang malah tidak mengandung retinol sama sekali. I mean, what, apa benar begitu Ferguso?
Makanya itu produk cair aja seperti air biasa, yang katanya kalau memang ada retinol, kandungan produk tersebut seharusnya lebih padat, bukan seperti air yang mengalir di selokan?
Wow, sungguh berani sekali mengaku seperti itu, kan? Serasa kita para pembeli itu bodoh banget, beli berbotol-botol tidak ada perubahan apapun. Di tengah ekonomi yang sulit seperti ini pula, sudah dibodohi, duit melayang, tidak dapat apa-apa selain produk skincare yang tumpang lalu di kulit.
Maka ga heran banyak cust yang marah dan kecewa begitu tahu informasi overclaim ini. Ya, iyalah.
Kalaupun ada yang overclaim dan ternyata hasilnya benar, kulit jadi putih contohnya, itu juga harus dicurigai, seperti yang sudah-sudah, pasti ada kandungan merkuri dan eek kuda. Ah, saya hanya menambahkan eek kuda karena pernah lihat di dokumenter produk kecantikan dari Cina yang disinyalir mengandung eek kuda. Suatu informasi yang menempel di otak walau sudah tidak ingat nama dokumenternya apa.
Dari kandungan skincare, mari kita pergi ke topik pabrik pembuatan produknya. Sering disebut sebagai maklon.
Maklon atau toll manufacture adalah jasa pengolahan produk oleh pihak ketiga atau perusahaan lain.
Masih ingat suatu brand yang mengaku dari Canada, Korea something-something yang ternyata dari Cina itu?
Sejak saat itu, cust yang kritis semakin curiga, banyak juga yang menghindari brand yang punya maklon di negara yang terkenal bisa membuat dan me-replica apa saja itu.
Sayangnya lagi, indikasi para brand juga bermain curang dengan mengatakan bahwa mereka adalah brand lokal dan berpabrik disini, pas di cari tahu, ternyata brand dari ya, negara itu lagi.
Coba, kenapa harus bohong? Padahal kalau memang resmi dan kandungannya jelas, kan, pasti tetap ada pembeli yang happy, tidak perlu embel-embel penuh tipu daya dunia.
Cuma ya itu, selain overclaim bisa membuat pengguna rakyat jelata secantik artis Korea setelah menggunakan produk suatu brand, peran maklon juga berpengaruh terhadap isi dan persenan dari tiap kandungan yang digunakan.
Dengan drama dan ketidakjujuran dari brand, sebenarnya akan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup brand itu sendiri. Kita sudah banyak melihat banyak brand yang mendapat sanksi sosial contohnya dulu ada admin dari brand lokal yang mengejek seorang pembeli hanya karena shade foundation si pembeli tidak termasuk dalam list mereka.
Apalagi dengan kandungan dan maklon yang rancu, pasti ada dampak buruknya pada si perusahaan dan brand.
Mana sekarang lagi menjamur skincare merek lokal yang kayaknya, gampang banget ya, meleng dikit, sudah ada brand baru yang muncul entah dari mana. Sampai-sampai saya mikir; apa ini abang-abang, kakak-kakak yang bikin ‘skincare’ di rumah yang bahannya galon-galon gede entah isinya apa yang di depot ke botol plastik dengan hanya tulisan ‘krim siang, krim malam’?
Cuma sekarang mereka sudah bisa beli Canva murah dan bikin logo serta desain aja..wkwkwkwkwk plus ngambil anak jurusan kimia yang masih kuliah buat jadi ‘peracik’?
Astagfirullah, pikiranku traveling…
Banyak rumor yang beredar dengan munculnya merek skincare lokal, salah satunya adalah pencucian uang…
Well, well…rasanya kita sudah mengetahui hal ini bukan, saudari, saudara?
Ada yang komen bilang kalau owner skincare tidak dikenal tetiba flexing kekayaannya, fix, dia itu cuma jadi tempat pencucian uang berkedok skincare.
Sama halnya dengan banting harga skincare sepaket isinya banyak tapi harganya ga masuk akal, lalu kalau tidak beli sekarang, Senin harga naik.
Mereka pasti penggemar Mba Feni Rose.
Miris ga, sih? Pemilik brand dan pembelinya seperti kesatuan yang penuh bebal dan ignorant, seperti pendukung geng itu..kalau kamu berurusan dengan mereka, mereka lebih cerdas daripada science dan benar daripada kitab suci.
Asli, saya ngeri dengan orang-orang modelan ndablek dalam kehidupan harian, apalagi ndablek ngotot dalam dunia kecantikan.
Anyway, begitulah curhat random hari ini, yang membuat saya tidak akan membeli produk lokal yang mencurigakan lagi (sudah coba beberapa brand, 1 brand ngotot akan kasih saya uang demi membuat saya merubah rating produk mereka). Padahal niat saya baik, tapi ternyata, ya begitulah…
Secara pribadi saya akan memakai produk lokal yang sudah stabil saja. Untuk makeup saya pakai BLP, Looke, Hanasui, beberapa brand Korea juga. Untuk skincare saya pakai Revox B77, Mineral Botanica dan beberapa lainnya. Memang harus lebih selektif sih, ya.
Okay, begitulah cerita hari ini. Sedikit tambahan, skincare itu trial and error, cocok-cocokan. Ada produk yang overclaim ternyata mayoritas 90% tidak cocok, 10% anehnya cocok. Tapi tetap saja, kita para pembeli pasti tidak mau dibohongi, kan?