Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo






Ffiiuuhh..judul yang panjang karena saya tidak tahu bagaimana cara menyingkatnya menjadi semanis judul umumnya dalam Bahasa Inggris, (insert number) Things I Stopped Buying as a Minimalist.


Anyway, saya selalu ingin membuat konten ini tapi saya masih bingung, apa sih, produk yang berhasil saya singkirkan sejak jadi minimalist? Eh, ternyata tidak banyak. 


Tapi nih, beberapa produk yang tidak lagi saya beli setelah saya menjadi minimalist yang sudah sadar kalau barang-barang yang biasa saya beli rata-rata mubazir dan menghamburkan my hard earned money begitu saja just because adalah...



Baca Juga : REKOMENDASI CHANNEL YOUTUBE UNTUK EXTREME MINIMALIST




Sheet Mask


Ini bukan masker perlindungan Covid ya, tapi sheet mask skincare itu, lho. Duh, saya jadi malu dulu saya obsesi banget dengan skincare item yang satu ini pertama kali booming. Sadar- sadar, itu cuma selembar kertas yang dikasih serum dibungkus individually wrapped dan seringnya overpriced.


Jujurly, kulit saya tidak merasakan banyak perubahan signfikan. Malah nih, kalau kertas mask-nya terlipat, yang ada malah muka saya ikutan membekas melintang bekas lipatan. Demi apah!?




Aksesoris dan Perhiasan


Lagi-lagi, dulu saya sok ikutan jadi fashionista sampai beli aksesoris dan perhiasan yang saat itu lagi trendy. Saya sendiri tidak menyukai memakai perhiasan emas karena saya selalu takut di rampok. 


Jadinya saya biasanya membeli perhiasan buatan yang jelas tidak semuanya mempunyai kualitas terbaik, sesuai harga ya, sis. Kapan saya berhenti menggunakan perhiasan sepenuhnya, saya lupa kapan, tapi sudah bertahun-tahun. Bahkan saya tidak menggunakan anting karena sering ketusuk.




Nail Polish alias Kutek


Jangan ditanyam dari saya SD, saya sudah centil pakai kutek. Bahkan sempat koleksi segala. Sampai akhirnya di tahun 2011, seorang teman memberikan saya kutek dari brand Korea. Cantik sih, tapi begitu saya membersihkan kutek dengan remover, semua jari saya penuh stain oranye!


Sumpah, dah! Kuku saya jadi lemah dan rada lembek. Stain itu menempel berbulan-bulan sampai regenerasi kuku saya lengkap sepenuhnya. Dari yang suka kutek, saya memutuskan untuk tidak memakai kutek lagi sejak kejadian itu. Masih terlalu trauma kalau ingat.




Liquid Body Wash






Ini adalah salah satu kelemahan saya; beli body wash dengan wangi kece walau kadang mahal padahal kadang seringnya kulit berasa kurang bersih juga. Karena saya sudah harus mulai menghemat mat, saya akhirnya memutuskan kembali menggunakan sabun batang alias soap bar.


Toh, yang penting kulit saya bersih dan tidak kering. Soap bar juga lebih murah dan mantab juga harum, kok. Btw, saya tidak pembeli soap bar yang berserk atau yang sustainable itu ya, saya beli yang bias saja semampu keuangan saja.



Baca Juga : PENGALAMAN KELOLA KEUANGAN ALA MINIMALIST




Buku Cetak


Sudah berapa tahun saya mendonasikan buku-buku saya sedikit demi sedikit. Kini saya beralih ke e-book sepenuhnya apalagi saya juga bergabung dengan banyak book club yang rajin banget berbagi buku online atau bisa bayar belinya patungan biar lebih hemat sekalian beli bundling.




Parfume (stop dulu, sis)


Ada yang sudah baca review mendadak suka parfume di blog ini? Entah kemasukan apa, saya tiba-tiba bisa pakai parfum dan sinus saya tidak kumat (banget). Tapi sungguh, parfume menjadi pelarian saya kemarin itu, yang mampu membuat semangat saya naik. 


Untuk saat ini saya masih mempunyai beberapa perfume yang setengah jalan lagi, tinggal menghabiskan stok ini, barulah saya akan mencoba membeli parfume lokal (saya penggemar parfume lokal!) nanti. Yes!



Mascara


Minggu lalu dengan random, sexerti biada, saya mengatakan ke BFF saya, kalau saya mau berhenti pakai mascara. True story saya se-random itu tengah malam. Alasan kenara saya tidak mau pakai mascara lagi karena remover khusus produk ini sangat mahal...ahahah well, tidak semahal mana sih, cuma saya malas membeli produk yang tidak multifungsi lagi.




Barang Random Just Because


Kategori ini cukup luas dan random, ya. Jadi intinya saya berusaha dan bertekad untuk tidak lagi membeli sesuatu yang hanya karena lagi diskon, lucu atau rasanya akan berguna suatu saat nanti. 



Baca Juga :     BYE 2021, HI 2022 - PERJALANAN PANJANG HIDUP SEORANG MINIMALIST




Baca lagi, ternyata tidak begitu banyak barang yang berhasil saya singkirkan padahal saya ingin menyingkirkan penggunaan kapas sekali pakai, lho. Saya berencana menggunakan kapas kain reusable khusus, tapi saya masih ragu karena kulit saya jarang cocok dengan kain.


Habis cuci muka saja, saya biarkan hingga mengering sendiri ketimbang di lap dengan kain yang bikin kulit saya terasa pengap. Sebersih apapun itu kain handuk, anehnya kulit saya pasti ngambek dan jerawat akan nongol.


Barang dan produk apakah yang sekiranya ingin kamu singkirkan jika kamu ingin menjadi minimalis? Ayo, pembaca siluman budiman Ann Solo, komen dibawah, ya!





Sudah beberapa hari ini saya berpikir; apakah saya harus benar-benar menerapkan (extreme) minimalis? Secara, minimalist pertama yang saya ketahui ya junjungan para minimalist (semua) yakni Fumio Sasaki sendiri sangat extreme.


Dari bliyau, saya mengenal para extreme minimalist lainya seperti mbak Youheum dari Heal Your Living, Aki dari Samurai Matcha, hingga Lia dari ecofriend.lia. Masih banyak sih, penganut minimalis yang sama yang kadang tidak sengaja saya temukan di YouTube.


Tapi, 3 orang YouTuber ini yang paling nyangkut di otak saya, karena mereka sangat..eerrr…extreme sampai hanya mempunyai beberapa barang saja. Kalau pembaca (siluman) Ann Solo penasaran, yuk lah, lihat 3 orang yang cara hidupnya menuai pro dan kontra.



PENGALAMAN KELOLA KEUANGAN ALA MINIMALIST



Youheum Son - Heal Your Living





Mungkin yang paling membuat saya masih mengikuti akun ini dari tidak sengaja ketemu di 2019 lalu adalah karena mbak Youheum ini dulunya mantan shopaholic yang taubat dan insaf.


Youheum juga berbagi perjalanan hidupnya menjadi minimalis untuk membantu meringankan permasalahan kesehatan mentalnya. Tidak mudah sih ya, mengakui permasalahan mental kita kepada orang banyak, tapi dari channel ini saya mulai belajar mengenal diri saya sendiri dan segala kerumitan kesehatan mental saya sendiri.


Dengan durasi video yang rata-rata pendek, kalau kamu mampir di channel ini, kamu bisa melihat topik pembicaraan yang biasanya relevan dengan kehidupan harian serta juga perjuangan untuk menjalankan minimalist.




CURHAT HIDUP BERSAMA ANN SOLO



Aki - Samurai Matcha





Minimalist yang satu ini sebenarnya cukup baru karena kalau tidak salah, Aki mulai memposting kontennya sekitar tahun lalu. Tapi, apa yang membuat saya suka dengan saluran ini karena Aki penggemar matcha dan rajin bercerita tentang matcha. Sesuai nama akunnya juga kan, ya.


Anyway, akun ini juga akun soal hidup minimalist langsung dari Jepang tempat dimana cara hidup ini booming lagi setelah di reintroduce oleh mas Fumio. Apalagi, karena keterbatasan bahasa, jadi ini akun yang tidak hanya straight outta Japan, tapi juga berbahasa Inggris sehingga bisa dipahami secara universal.




Lia - ecofriend.lia





Jujur saya kaget karena ibuk minimalist satu ini adalah seorang emak dan punya keluarga tapi menerapkan extreme minimalist meski tidak diterapkan kepada anak dan pasangannya. Saya membayangkan, bagaimana 2 cara hidup berbeda co-exist dalam satu wadah yang sama?


Tapi ternyata banyak juga yang begitu, termasuk ibuk Lia ini. Sebagai YouTuber yang aktif dengan menerbitkan banyak konten di akun YouTube-nya, kalau saya sedang tidak mood dan perlu decluttering, saya pasti menonton video Lia untuk mendapatkan inspirasi untuk decluttering.  



TIPS MEMILIH SKINCARE UNTUK SEORANG MINIMALIS





Pro & Kontra Extreme Minimalist = Tidak Sehat?




Well, apapun yang berlebihan pasti tidak sehat. Air yang biasanya bagus untuk tubuh bisa menjadi musibah kalau menjadi banjir. Jadi semua yang berlebihan sejatinya memang tidak bagus, sih.


Banyak yang beranggapan kalau cara hidup ini sangat tidak sehat bagi mental dan jiwa karena semuanya bisa berubah menjadi obsesi. Harus saya akui, para pelaku yang extreme ini mempunyai obsesi untuk mengkurator barang mereka sedemikian rupa sehingga kalau ada yang berlebih sedikit, bisa menyebabkan kecemasan.







Jadi seperti OCD, ya?


Belum lagi minimalist cenderung telah mempunyai color theme mereka masing- masing dimana semua hal bisa saja harus sesuai dengan skema warna tersebut. Saya sendiri sudah tidak lagi sanggup memakai pakaian warna mencolok, terang dengan motif yang ramai. Entah kenapa itu membuat saya anxious dan terasa bising padahal pakaian kan, tidak ada bunyinya.


Begitulah, saya sekarang lebih cenderung pada warna-warna pastel, kalem, hitam, putih, abu dan motif stripe saja. Baru- baru ini saya membeli 2 baju dengan motif bunga, tapi warna yang saya pilih juga kalem meski mempunyai motif.


Balik ke pilihan yang dibuat oleh extreme minimalist yang ternyata membuat orang lain merasa pilihan hidup ini sangat tidak sehat. Orang lain disini adalah orang yang tidak tahu minimalist atau memang minimalist jalur ‘normal’ (ih, padahal saya tidak tahu batas ‘normal’ itu gimana, tergantung masing- masing orang, deh, saya takut di rajam kalau salah omong).


Di mata orang lain, cara hidup ini seperti ‘gembel’ karena pelakunya akan memakai dan memanfaatkan suatu barang sampai buluk banget dan hancur. Pakai baju yang itu-itu saja sampai pudar dan bolong (?).


Selain itu extreme minimalist jadi borderline antara pelit dan berhemat. 


Apa benar begitu?







Bisa jadi, karena itu yang dilihat secara umum. Pada dasarnya juga extreme minimalist hanya benar-benar mengambil apa yang mereka butuhkan, semua barang yang mereka pilih dimanfaatkan dengan baik jadi tidak masalah bagaimana barang tersebut. Katakanlah, mereke berhemat, cermat.


Mereka menganggarkan pengeluaran dan tujuan keuangan mereka dengan seksama menerapkannya tanpa keluar batas. Cuma nih, cuma, kadang bisa saja lepas kendali sampai untuk menyenangkan diri sendiri, mereka juga terlalu perhitungan. Hiks.


Tidak ada salahnya lho, sesekali makan enak dan tidak harus memikirkan budget makanan setiap harinya. Pergi menonton film di bioskop, beli produk perawatan tubuh yang membuat kulit jadi glowing. Tidak ada salahnya sesekali memanjakan diri sendiri yang sudah bekerja keras untuk bertahan hidup.


Kalau tidak untuk diri sendiri, untuk siapa lagi kita menabung dan berhemat selama ini? Karena itu, saya rasa, ada baiknya jangan terlalu ketat karena memang bisa menjadi obsesi tanpa disadari, walau ya, banyak juga kok, yang merasa happy dengan pilihan mereka menjadi extreme minimalist.


Tarik garis tengah; kembali lagi ke penganutnya, ya.



MEMULAI HIDUP MINIMALIS, APAKAH MASIH PERLU MENYIMPAN BARANG CADANGAN?




Kenapa Ann Solo Ingin Jadi Extreme Minimalist?





Pengen lho, dari dulu sampai saya coba juga rasanya saya masih terbebani kebendaan saya sendiri. Hiks. 


Sekali lagi, jujur saya terinspirasi dari konten-konten 10 Things I No Longer Buy sejenisnya, karena rasanya kok ya, hidup masih santai tanpa membeli ini itu. Sayang seribu sayang, saya masih membeli ini itu, dalam jumlah kecil yang rasanya saya beli untuk kebutuhan saya, tapi entah kenapa saya merasa bersalah.



CURHAT HIDUP MINIMALIS DARI MINIMALIS YANG TIDAK AESTHETIC



Harusnya tidak begitu, ya?


Anyway, saya rasa saya tidak mungkin bisa mengadaptasi extreme minimalist secara total sesuai kebutuhan saya, tapi karena saya kemarin sempat traveling, lucunya saya bisa menerapkan cara ini ketika traveling saja.


Koper atau ransel saya biasanya penuh barang-barang yang saya pikir akan saya butuhkan ketika traveling, tapi kemarin dengan seleksi yang baik, saya merasa cukup. Nah, kapan cara itu bisa diterapkan setiap hari, ya?







Lagi nih, saya kan, seorang beauty blogger dimana saya juga harus melakukan review produk baik itu dari sponsor atau beli sendiri. Namun saya akui disini, saya merasa overwhelming mengikuti tren kecantikan sekarang yang selalu meluncurkan produk terbaru setiap tarikan nafas.


Letih dong, berbie.


Keuangan saya juga tidak sanggup mengikuti tren terbaru begitu juga jiwa saya yang sudah merasa lelah melihat barang yang tertumpuk.


Terus, sekali lagi apakah saya ingin menjadi extreme minimalist? Mungkin ya, tapi dengan takaran jumlah produk yang saya inginkan sendiri, biar kamar dan hidup terasa lega.










Apa kabar semuanya, pembaca siluman Ann Solo? Mohon maaf lahir batin ya, semoga pembaca siluman semua sehat dimana saja dan lebarannya kemarin meriah karena sudah bisa mudik dengan legal..wkwkwk


Oh well, lebaran saya, lumayan menarik (kalau ada yang bertanya-tanya). Meski memang kurang meriah, entah kenapa, tapi saya suka lebaran santai, kok.



Jadi, karena ada banyak hal yang terjadi sejak puasa kemarin, saya memutuskan untuk pergi liburan singkat dengan budget ala backpacker yang biasa saya terapkan dalam setiap liburan saya.



Tapi, ini adalah salah satu liburan yang memang santai tanpa ekspektasi. Tidak ada tujuan khusus, walau ada itinerary yang awalnya dibuat, tapi tidak jadi dilaksanakan karena keterbatasan waktu dan tentu saja, dana.



Anyway, meski singkat dan saya sempat mengalami masa down mendadak ditengah liburan, overall, liburan santai non assuming kali ini, terbilang sukses sama seperti beberapa liburan saya sejenis ini sebelumnya.



Dengan berakhirnya liburan singkat ini, berarti kembali ke dunia nyata…hiks..


Newer Posts
Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Traveling
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ►  2023 (6)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2022 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ▼  Mei (3)
      • Produk yang Sudah Tidak Dibeli Lagi Setelah Jadi M...
      • Rekomendasi Channel YouTube Untuk Extreme Minimalist
      • Kembali ke Dunia Nyata Setelah Liburan Singkat dan...
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates