Rekomendasi Channel YouTube Untuk Extreme Minimalist

by - Mei 25, 2022




Sudah beberapa hari ini saya berpikir; apakah saya harus benar-benar menerapkan (extreme) minimalis? Secara, minimalist pertama yang saya ketahui ya junjungan para minimalist (semua) yakni Fumio Sasaki sendiri sangat extreme.


Dari bliyau, saya mengenal para extreme minimalist lainya seperti mbak Youheum dari Heal Your Living, Aki dari Samurai Matcha, hingga Lia dari ecofriend.lia. Masih banyak sih, penganut minimalis yang sama yang kadang tidak sengaja saya temukan di YouTube.


Tapi, 3 orang YouTuber ini yang paling nyangkut di otak saya, karena mereka sangat..eerrr…extreme sampai hanya mempunyai beberapa barang saja. Kalau pembaca (siluman) Ann Solo penasaran, yuk lah, lihat 3 orang yang cara hidupnya menuai pro dan kontra.



PENGALAMAN KELOLA KEUANGAN ALA MINIMALIST



Youheum Son - Heal Your Living





Mungkin yang paling membuat saya masih mengikuti akun ini dari tidak sengaja ketemu di 2019 lalu adalah karena mbak Youheum ini dulunya mantan shopaholic yang taubat dan insaf.


Youheum juga berbagi perjalanan hidupnya menjadi minimalis untuk membantu meringankan permasalahan kesehatan mentalnya. Tidak mudah sih ya, mengakui permasalahan mental kita kepada orang banyak, tapi dari channel ini saya mulai belajar mengenal diri saya sendiri dan segala kerumitan kesehatan mental saya sendiri.


Dengan durasi video yang rata-rata pendek, kalau kamu mampir di channel ini, kamu bisa melihat topik pembicaraan yang biasanya relevan dengan kehidupan harian serta juga perjuangan untuk menjalankan minimalist.






Aki - Samurai Matcha





Minimalist yang satu ini sebenarnya cukup baru karena kalau tidak salah, Aki mulai memposting kontennya sekitar tahun lalu. Tapi, apa yang membuat saya suka dengan saluran ini karena Aki penggemar matcha dan rajin bercerita tentang matcha. Sesuai nama akunnya juga kan, ya.


Anyway, akun ini juga akun soal hidup minimalist langsung dari Jepang tempat dimana cara hidup ini booming lagi setelah di reintroduce oleh mas Fumio. Apalagi, karena keterbatasan bahasa, jadi ini akun yang tidak hanya straight outta Japan, tapi juga berbahasa Inggris sehingga bisa dipahami secara universal.




Lia - ecofriend.lia





Jujur saya kaget karena ibuk minimalist satu ini adalah seorang emak dan punya keluarga tapi menerapkan extreme minimalist meski tidak diterapkan kepada anak dan pasangannya. Saya membayangkan, bagaimana 2 cara hidup berbeda co-exist dalam satu wadah yang sama?


Tapi ternyata banyak juga yang begitu, termasuk ibuk Lia ini. Sebagai YouTuber yang aktif dengan menerbitkan banyak konten di akun YouTube-nya, kalau saya sedang tidak mood dan perlu decluttering, saya pasti menonton video Lia untuk mendapatkan inspirasi untuk decluttering.  



TIPS MEMILIH SKINCARE UNTUK SEORANG MINIMALIS





Pro & Kontra Extreme Minimalist = Tidak Sehat?




Well, apapun yang berlebihan pasti tidak sehat. Air yang biasanya bagus untuk tubuh bisa menjadi musibah kalau menjadi banjir. Jadi semua yang berlebihan sejatinya memang tidak bagus, sih.


Banyak yang beranggapan kalau cara hidup ini sangat tidak sehat bagi mental dan jiwa karena semuanya bisa berubah menjadi obsesi. Harus saya akui, para pelaku yang extreme ini mempunyai obsesi untuk mengkurator barang mereka sedemikian rupa sehingga kalau ada yang berlebih sedikit, bisa menyebabkan kecemasan.







Jadi seperti OCD, ya?


Belum lagi minimalist cenderung telah mempunyai color theme mereka masing- masing dimana semua hal bisa saja harus sesuai dengan skema warna tersebut. Saya sendiri sudah tidak lagi sanggup memakai pakaian warna mencolok, terang dengan motif yang ramai. Entah kenapa itu membuat saya anxious dan terasa bising padahal pakaian kan, tidak ada bunyinya.


Begitulah, saya sekarang lebih cenderung pada warna-warna pastel, kalem, hitam, putih, abu dan motif stripe saja. Baru- baru ini saya membeli 2 baju dengan motif bunga, tapi warna yang saya pilih juga kalem meski mempunyai motif.


Balik ke pilihan yang dibuat oleh extreme minimalist yang ternyata membuat orang lain merasa pilihan hidup ini sangat tidak sehat. Orang lain disini adalah orang yang tidak tahu minimalist atau memang minimalist jalur ‘normal’ (ih, padahal saya tidak tahu batas ‘normal’ itu gimana, tergantung masing- masing orang, deh, saya takut di rajam kalau salah omong).


Di mata orang lain, cara hidup ini seperti ‘gembel’ karena pelakunya akan memakai dan memanfaatkan suatu barang sampai buluk banget dan hancur. Pakai baju yang itu-itu saja sampai pudar dan bolong (?).


Selain itu extreme minimalist jadi borderline antara pelit dan berhemat. 


Apa benar begitu?







Bisa jadi, karena itu yang dilihat secara umum. Pada dasarnya juga extreme minimalist hanya benar-benar mengambil apa yang mereka butuhkan, semua barang yang mereka pilih dimanfaatkan dengan baik jadi tidak masalah bagaimana barang tersebut. Katakanlah, mereke berhemat, cermat.


Mereka menganggarkan pengeluaran dan tujuan keuangan mereka dengan seksama menerapkannya tanpa keluar batas. Cuma nih, cuma, kadang bisa saja lepas kendali sampai untuk menyenangkan diri sendiri, mereka juga terlalu perhitungan. Hiks.


Tidak ada salahnya lho, sesekali makan enak dan tidak harus memikirkan budget makanan setiap harinya. Pergi menonton film di bioskop, beli produk perawatan tubuh yang membuat kulit jadi glowing. Tidak ada salahnya sesekali memanjakan diri sendiri yang sudah bekerja keras untuk bertahan hidup.


Kalau tidak untuk diri sendiri, untuk siapa lagi kita menabung dan berhemat selama ini? Karena itu, saya rasa, ada baiknya jangan terlalu ketat karena memang bisa menjadi obsesi tanpa disadari, walau ya, banyak juga kok, yang merasa happy dengan pilihan mereka menjadi extreme minimalist.


Tarik garis tengah; kembali lagi ke penganutnya, ya.



MEMULAI HIDUP MINIMALIS, APAKAH MASIH PERLU MENYIMPAN BARANG CADANGAN?




Kenapa Ann Solo Ingin Jadi Extreme Minimalist?





Pengen lho, dari dulu sampai saya coba juga rasanya saya masih terbebani kebendaan saya sendiri. Hiks. 


Sekali lagi, jujur saya terinspirasi dari konten-konten 10 Things I No Longer Buy sejenisnya, karena rasanya kok ya, hidup masih santai tanpa membeli ini itu. Sayang seribu sayang, saya masih membeli ini itu, dalam jumlah kecil yang rasanya saya beli untuk kebutuhan saya, tapi entah kenapa saya merasa bersalah.



CURHAT HIDUP MINIMALIS DARI MINIMALIS YANG TIDAK AESTHETIC



Harusnya tidak begitu, ya?


Anyway, saya rasa saya tidak mungkin bisa mengadaptasi extreme minimalist secara total sesuai kebutuhan saya, tapi karena saya kemarin sempat traveling, lucunya saya bisa menerapkan cara ini ketika traveling saja.


Koper atau ransel saya biasanya penuh barang-barang yang saya pikir akan saya butuhkan ketika traveling, tapi kemarin dengan seleksi yang baik, saya merasa cukup. Nah, kapan cara itu bisa diterapkan setiap hari, ya?







Lagi nih, saya kan, seorang beauty blogger dimana saya juga harus melakukan review produk baik itu dari sponsor atau beli sendiri. Namun saya akui disini, saya merasa overwhelming mengikuti tren kecantikan sekarang yang selalu meluncurkan produk terbaru setiap tarikan nafas.


Letih dong, berbie.


Keuangan saya juga tidak sanggup mengikuti tren terbaru begitu juga jiwa saya yang sudah merasa lelah melihat barang yang tertumpuk.


Terus, sekali lagi apakah saya ingin menjadi extreme minimalist? Mungkin ya, tapi dengan takaran jumlah produk yang saya inginkan sendiri, biar kamar dan hidup terasa lega.






You May Also Like

0 comments