Sudah memasuki December ya, saya jadi kurang aktif belakangan ini. Mood terasa berat dan hopeless, sedih banget setiap hari ada saja berita buruk yang terjadi di Palestina.
Dimana Indonesia sekarang juga mengalami berbagai macam cobaan kita sendiri. Mulai dari pengungsi Rohingya yang berlabuh di Aceh (itu kok, bisa lolos, patut diselidiki nih), sampai Marapi yang meletus di Sumatra Barat yang memakan korban.
Kali ii saya mau berbicara soal boikot, boycott, apa saja produk dari Israel dan perusahan-perusahaan yang terafiliasi dengannya.
Boikot, Tindakan Nyata yang Bisa Dilakukan Masyarakat Sipil
Kalau menurut saya ya, banyak yang salah paham mengenai boikot. Menolak menggunakan suatu produk karena bertentangan dengan suatu ideologi, bukan berarti kita tidak lagi menggunakan barang itu.
Ya, cuma ganti merek saja sih, kalau biasa minum kopi Starbucks (yang overpriced dan tasteless itu), kita masih bisa minum kopi merek lokal. Banyak lho, merek lokal yang beragam baik harga dan rasanya. Sejujurnya, mereka lokal lebih enak di lidah saya.
Seperti tidak menggunakan produk skincare atau body care L’oreal, Maybelline, Revlon dll, tenang saja, local brands kita saat ini sudah canggih dan bervariasi. Sekarang saya juga sedang beralih menggunakan lokal.
Produk lokal kita sekarang beuh, ketjeh.
Mulai dari kopi, skincare, body care, dan produk hal lainnya yang kita gunakan seperti odol gigi, sabun cuci piring, deterjen, jangan kuatir, kita punya kok, tinggal pakai merek lokal saja.
Jadi ya, kalau di pikir lagi, boikot itu bukan tidak pakai, contoh, odol sama sekali. Tapi cuma switch ke merek yang berbeda yakni merek dan perusahaan yang tidak mengirimkan bantuan dan dana kepada si pembantai/pencuri.
Begitu.
Tindakan boikot juga merupakan dukungan yang bisa dan masuk akal, yang bisa dilakukan masyarakat sipil. Secara kita tidak punya kuasa dan kekuatan untuk pergi kesana secara langsung, ya cara termudah adalah berdonasi dan melakukan boikot serta juga aktif menyuarakan dukungan kita tanpa kenal lelah.
Lagipula, boikot ini menjadi suatu berkah tidak, sih?
Kalau kamu kebiasaan minum soda, makan junk food, duit habis buat beli kopi gengsi, kini, tubuhmu bisa detox dan dompetmu juga bisa istirahat begitu.
Secara pribadi saya melihatnya seperti ini, ya, walau saya bukan penggemar coke (hampir tidak minum coke beberapa tahun ini) dan tidak makan junk food setiap hari (sekali setahun mungkin, tapi tidak juga sih).
Dengan berita kesuksesan boikot ini, ternyata mempunyai dampak. Bagus juga, gerakan sipil ini, ya.
Okay deh, sampai disini tulisan saya (mungkin tahun 2023 ini), disaat mata dunia sudah melek dan sadar, serta melakukan perlawanan, mari kita tetap bersatu wahai saudaraku, apapun ras, negara dan agamamu, ingatlah musuh kita adalah sama.
Stay safe!