Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo




  Walah, sepertinya September jadi bulan yang cukup produktif untuk Ann Solo. Siapa sangka, karena saya sendiri sebenarnya kecapean dengan kehidupan nyata (Ann Solo ini bukan bagian real life, ya?). 

Lalu apakah judul ini cukup menarik minat pembaca? Padahal saya menulis ini sembari menunggu penutupan seminar online mengenai personal branding. Saya sendiri cukup lelah, malah pengen jadi anonymous saja. 


Sepertinya tatapan mata dan perhatian dari orang-orang asing cukup menakutkan untuk saya. Tapi tenang, dapat duit yang banyak itu justru membuat saya berani. Apadah!




Ann Solo, Where Art Thou?!




Betul sekali, saya sedang mencari ‘diri’ saya sendiri meski awalnya Ann Solo adalah persona yang saya bangun dengan niat seru-seruan. Seperti plesetan dari Om Han Solo, Ann Solo adalah keponakannya yang menerbangkan Raven84 spaceship. Ya, begitulah inti dari pembuatan branding ini.


Kenapa saya memakai nama pena, karena saya suka. Ahahahaha well, saya memilih nama pena karena lebih lega. Bisa menghindari resiko bentrok dari ruang personal dan ruang pekerjaan. Jujur, menggabungkan kedua hal ini sangatlah tidak baik untuk saya, malah kadang salah chat room. Makanya saya punya dua nomor berbeda untuk keluarga dan teman terdekat saja, untuk pekerjaan/komunitas serta mereka yang bukan termasuk sirkel skena saya.


Terus, sudah setahun lebih ini saya kehilangan jati diri dari personal branding blog ini beserta pendukungnya di Instagram, Twitter/X, FB, TikTok (sudah berdebu sih, ini). Semakin lama saya semakin tidak tertarik berbagi di medsos kecuali di blog ini karena saya memang suka menulis panjang-panjang.


Apakah ini yang dinamakan muak dengan medsos? Sayang sekali, pekerjaan saya sedikit banyaknya masih melibatkan sosmed. Sedih sekali, namun ini adalah zaman dimana semua hal yang ada di internet saling berhubungan. Cuma secara pribadi, saya agak gerah dengan LinkedIn karena sudah berbeda.


Paling jauh juga, saya hanya bercerita mengenai diri saya pada teman-teman yang memang saya kenal in real life. Oleh karena itu, bercerita di sosmed dan sekarang LinkedIn (apalagi mengenai pekerjaan dan achievement), terasa seperti beban bagi saya. Anyway, seperti yang pernah saya ceritakan di artikel sebelumnya, hidup saya tidak menarik apalagi saya sudah berumur seperti ini, tidak banyak yang bisa untuk dibagikan dan dibanggakan..ahahahaha


Mungkin bawaan umur, banyak hal yang dulunya mungkin seru dan menarik, seakan datar saja. Contoh kecil, saya merasa traveling ke negara Amerika dulunya, cukup menarik, tapi sekarang dengan bahaya mengancam dan berbagai masalah di negara itu, ide perjalanan kesana terlihat seperti ide yang amat sangat buruk. Seram juga tiba-tiba random ketemu Karen dan orang-orang woke culture yang berbahaya.


Itulah contoh kenapa saya dan Ann Solo sekarang bagaikan acuh tak acuh. Ya, karena memang tidak banyak hal yang menarik lagi. Contoh lain dalam hal produk kecantikan yang menjadikan Ann Solo seperti yang di kenal (halah, macam iya aja!), saya sudah tidak terlalu tertarik ingin mengejar trend dan mencoba produk terbaru.


Berbie lelah begitu.







Kurang pasti trigger awalnya, kalau tidak salah, kulit saya mengalami break out yang cukup memprihatinkan sehingga saya memutuskan untuk berhenti dulu. Lama-lama saya malah jadi malas gerak…ahahaha nyaman sih, ya, sehingga masa rehat random yang beberapa bulan, molor hingga 1 tahun lebih.


Lucunya, molor ini membuat saya mempelajari dan menyadari beberapa hal. Ini adalah unpopular opinion dan disclaimer, adalah pendapat saya pribadi tanpa berniat menjatuhkan pihak manapun: lipstick memang banyak warna, tapi apapun brand-nya, punya warna yang kurang lebih sama begitu juga skincare, terkadang urutan nama komposisinya sama (walau bisa jadi takarannya berbeda), cuma nama dan brand saja yang menjadi pembedanya.


Please, don’t rajam me.


Just, it is how it is.


Nah, begitulah kenapa saya bisa merasa kehilangan ‘jati diri’ Ann Solo saat ini, karena diawali dengan break out dan rehat yang molor kepanjangan. Ahahahaha tapi memang ya, mungkin secara mental tanpa sengaja saya lelah dengan pekerjaan dimana saya harus menulis setiap harinya.


Kalau lelah, katanya pergi healing. Sudah, kok, tapi saya masih lelah apalagi mata saya yang kini berkacamata tebal, kalau tidak pakai, saya kesulitan membaca (hiks, curhat tidak penting). Kayaknya sih ini, tidak mempan healing seminggu dua minggu, healing tanpa pekerjaan paling tidak setengah tahun kali, baru saya bisa kembali..ahahaha maunya.


Etapi ya, katanya; bedakan hobi dan pekerjaanmu, itu harusnya saya terapkan, karena saya pernah berada di titik dimana saya seperti robot yang menghasilkan tulisan atau editing tulisan lain setiap hari, repetitive tanpa makna, yang tidak lagi membuat saya senang karena menulis adalah hobi yang levelnya sama tingginya dengan membaca dan ngomong ngaco sama para BFF saya. 


Jujur saja, saya ingin berganti karir, jadi petani jaman now atau pekerjaan yang tidak menuntut saya untuk berada di depan komputer dan menulis setiap hari. Saking lelahnya saya, mental dan fisik, sampai terbawa mimpi apa yang saya tulis hari itu dan kaki sampai kram. Semua huruf dan kata seliweran di otak walau saya tidur sekalipun, jemari sampai kram dan sakit berhari-hari (akhirnya beli keyboard external yang lebih luas).


Petani jaman now yang anti mainstream, yang seperti legal di Thailand…ahahaha kalau harus langsung berurusan dengan manusia asing ramai setiap harinya juga bukanlah opsi yang baik juga, secara saya introvert..ahahaha lelah begitu kalau harus interaksi sosial setiap hari, begitu pulang ke rumah rasanya baterai kehidupan ini kosong melompong.


Dampak menjadi ‘dewasa’ (kata halus dari menjadi tua)? Bisa jadi sih, tapi memang tidak menemukan lingkungan yang saya sukai. 


Then again, begitulah cerita saya kali ini, mau cerita hantu, saya penakut (tapi saya adalah salah satu dari tim……..). Mau cerita drakor? Lebih baik saya review TV series Ahsoka deh, minggu depan setelah episode terakhirnya, saya lagi tidak menonton drakor setelah drakor Mba Yoo In-na yang kocak-kocak slapstick itu. Korea pun, saya cuma nonton film dari Mas Kyungsoo, The Moon saja, ada tuh review-nya di blog ini.



Bye then, sampai jumpa di episode random ranting saya berikutnya. Budayakan membaca karena membaca itu adalah Iqra dan disuruh oleh Tuhan kita. Yay!









    Sebagai orang yang mood dan tindakannya random atau sering berubah-ubah (seperti manusia lainnya), beberapa bulan belakangan ini saya lagi rajin menonton ulang film lama dari tahun 90an. 


Karena saya membesar di era itu dan saya masih berpikir film yang di produksi tahun itu akan tetap legendary dan keren selamanya, jadi kali ini saya ingin berbagi rekomendasi film terbaik era 90an, menurut saya (si penulis di blog ini).


Dibawah ini ada daftar film era 90an yang bakalan tetap menarik tidak kalah dengan film jaman now. Semua foto yang saya gunakan terhubung langsung dengan sumber, silahkan click kalau mau tahu lebih lanjut, ya.



Chungking Express (1994) 




Well, saya adalah salah satu penggemar pak sutradara Wong Kar-wai serta semua jajaran aktor di dalam film ini. Ada Tony Leung, Takeshi Kaneshiro dan tentu saja, forever coolness Faye Wong (jadi ingat saya potong rambut seperti si mbak Faye di film ini).


Mungkin salah satu alasan saya menyukai film ini adalah tone yang digunakan, lampu neon kontras dan efek blur. Bisa disebut radiant blur yang menampilkan hyperreal clarity yaitu kejernihan yang sangat nyata (kayak lihat kaca yang didepannya ada lampu-lampu kali, ya). Jadi ada efek film yang ada gerakan lambat yang memberi kesan sensual dan berpiksel begitu, kira-kira (informasi yang saya ambil dari hasill Googling).


Adapun temanya mungkin sangat relate dengan penonton, ya soal kehilangan, kesepian, identitas diri manusia, percintaan juga bagaimana tetap melanjutkan kehidupan ini. Tapi yang saya paling ingat sih, nanas kalengan dan rambut pendek ikoniknya mba Faye.


Oya, film ini punya dua cerita berbeda ya, pokoknya, must watch. Ah, jadi rindu film lama dari Hong Kong, salah satu penghasil film terkeren di dunia.




Girl, Interrupted (1999)




Niat hati mau membawa mba Winona Ryder kembali bersinar, tapi yang ada malah mba Angelina Jolie yang menang Academy Award for Best Supporting Actress. Wajar sih ya, karena aktingnya sebagai Lisa disini sangat epic dan sesuai dengan image yang ia punya saat itu.


Sebenarnya saya punya pengalaman amat sangat personal dengan film ini dan orang-orang disekeliling saya saat itu. Saya akan skip soal itu, saya akan menekankan kalau film ini layak tonton karena temanya yang unik dan berdasarkan buku yang juga based on true story dari sang penulis.


Bertabur bintang muda perempuan yang lagi naik daun dan yang karirnya akan sangat cemerlang di masa depan seperti Elizabeth Moss yang bermain di Handmaid’s Tale saat ini. Ada si creepy Jared Leto juga disini walau dulu sepertinya tidak semenakutkan sekarang). Tentu saja film ini membuat saya rindu mendiang Britanny Murphy.




My Best Friend’s Wedding (1997)




90an itu sepertinya era buk Julia Roberts banget, beliau ada dimana-mana. Film beliau kali ini sukses membuat saya (yang menonton ulang tahun 2002 karena pertama nonton dulu masih belum paham percintaan) jadi was-was, kalau-kalau saya akan berada di posisi Julianne Potter yang ternyata suka BFF cowoknya selama ini.


Sudahlah baru tahu dia cinta sobatnya, eh, saingannya juga berat kalau calon istri si sobat cowok adalah mba Cameron Diaz. Anyway, masuk jajaran romcom terbaik dari 90an versi Ann Solo lho, ya. 


Silahkan tonton karena somehow sangat relate dengan jalanan percintaan people jaman now yang biasanya curhat di base di Twitter/X. Ahahaha






Jerry Maguire (1996)




“You had me at hello” dari mba Renee Zellweger yang mukanya melas waktu dia lihat om Tom Cruise di film ini dan “Show me the money”, adalah 2 kalimat yang bikin film ini terkenal. Iya, sepenting itulah dialog yang nyangkut di otak penonton dan bisa menjadi asosiasi film itu selamanya.


Pokoknya sehabis film ini booming, cewek cowok jaman itu bilang suka ya, pakai line dari mba Renee dan kalau ada bisnis pakai line yang satu lagi, asli ikonik banget, deh. Akting, suara dan wajah melas khas Renee membuatnya menjadi aktris yang semakin booming dan laku dimana-mana. Please nonton ini, seru asli dah.




Empire Records (1995)




Kalau tidak salah ini film yang punya fanbase penggemar beratnya tersendiri. Andaikan mba Lana Del Rey sudah beken jaman itu, pasti ada soundtrack-nya di situ. Kurang tahu juga sebanyak apa penggemar dan penonton film ini di Indonesia, tapi ini film sungguh keren banget.


Ada mba Liv Tyler yang muda dan duh, tidak heran kalau dia dipilih jadi Arwen beberapa tahun kemudian. Oh, ada mba Renee juga yang nantinya main di Jerry Maguire seperti daftar diatas, serta yang tak kalah fenomenalnya, ada mba Robin Tunney yang menggunduli kepalanya langsung di depan kamera. Yearp, meski dianggap gagal di Amerika, film ini mempunyai sekte penggemarnya sendiri termasuk saya.




Daftar Film Terbaik Era 90an


Bila saya harus menulis semua daftar film favorite saya dari 90an, pasti saya sudah menulis setidaknya 5000 kata yang membayangkan saya harus menulis sebanyak itu untuk 1 artikel saja, sudah bikin lelah, apalagi kamu yang pembaca siluman budiman, pasti tidak sanggup baca.


Yadalah ya, berikut ini daftar film wajib tonton dari era 90as yang saya tulis mana yang saya ingat saja:


  • Reality Bites (1994)


  • Four Weddings and a Funeral (1994)


  • Interview With The Vampire (1994)


  • Sleepy Hollow (1999)


  • Magnolia (1999)


  • Se7en (1995)


  • Pulp Fiction (1994)


  • Trainspotting (1996)


  • Fight Club (1999)


  • Meet Joe Black (1998)



Baiklah, sampai disini dulu rekomendasi film terbaik era 90an (versi saya). Cuma sanggup menulis sampai sini…ahahaha kalau kamu punya rekomendasi lain atau juga punya kesukaan yang sama dalam daftar ini…..ya, tulislah di komen atau boleh DM saya di Instagram.



 



    Sudah lama rasanya tidak memakai moisturizer, biasanya saya skip karena kulit saya terasa berat setelah essence dan serum. Maklum, saya tinggal ditempat panas sehingga saya mudah merasa sumuk dan keringatan, kalau skincare saya terlalu tebal, malah bikin gatal.


Karena sekarang cuaca amburadul, malah bikin kulit saya kering sampai timbul dry patches yang tentu saja gatal banget. Sudah berapa bulan ya ini, akhirnya saya memutuskan untuk membeli moisturizer tipe klasik yakni yang berada di dalam jar.


Repot memang, tapi saya lagi pengen dan kebetulan ada diskon tanggal kembar kemarin, random banget, saya akhirnya membeli White Story yang sampai sekarang saya pikir White Lab.


Maaf, tapi namanya mirip dan entah kenapa otak saya mengasosiasikannya mempunyai font tulisan yang sama. No idea.


Lalu bagaimana review White Story Skin Barrier Moisturizer Gel & Granactive Retinoid ini? Langsung curhat, kuy!


Oya, berhubung kemasan produk yang saya punya sudah tidak estetik lagi alias yang putul lah tutupnya (oleh tenaga She-Hulk saya) dan entah kenapa kena beret hitam, saya menggunakan foto dari Shopee semua (di laman resmi White Story).


Terus, White Story ini, siapanya White Lab, sih?



Review White Story Skin Barrier Moisturizer Gel 




Saya kurang paham apakah ini produk terbaru saat itu, tapi saya kebetulan mendapatkan bundling diskon dengan serumnya.  Anyway, kandungan dari moisturizer gel ini adalah (diambil dari page resmi mereka di Shopee) :


Vitamin B5, Hyaluronate, Ceramide-Complex, Pentavitin


Powerful Ingredients:


  • Vitamin B5 (D-Panthenol) : melembapkan, merawat kehalusan, dan menenangkan kulit


  • Hyaluronate (Sodium Hyaluronate) : mengikat kadar air dan kelembaban, serta mudah masuk dan meresap kedalam kulit


  • Ceramide Complex : Merawat dan memperbaiki skin barrier, menjaga kelembaban kulit, memberikan efek halus pada kulit


  • Pentavitin : Memperkuat skin barrier dengan kemampuan melembabkan secara mendalam, untuk kulit tampak lebih sehat.



Sepertinya tipe gel moisturizer yang dulu dipegang oleh aloe vera dari NatRep kembali membuat gebrakan tapi diisi oleh pemain lokal seperti The Originote yang kemarin trending. Bedanya, aloe vera tidak lagi menjadi bintang utamanya.


Meski The Originote Hyalucera Moisturizer Gel viral banget, entah kenapa saya tidak terlalu ingin mencoba sampai akhirnya saya panik dan butuh moisturizer ekstra namun tidak ingin terlalu berat, malah ketemu White Story yang lagi live di Shopee.


Sayang sekali, kotak kemasan skincare ini penyok dan langsung saya buang, jadi saya lupa foto jajaran ingredients-nya. Padahal saya paling teliti soal apa saja yang ada di dalam kandungan sebuah skincare, saya paling tidak tahan pewangi dan Myristic Acid dalam face wash yang, sukses bikin kulit saya kering ketarik.


So, ternyata White Story Skin Barrier Moisturizer Gel mengandung pewangi, dong. Begitu juga serumnya. Sukses bikin saya merasa menyesal dan cemas takut bikin kulit iritasi.


Akhirnya, setelah bengong sehari, saya memutuskan untuk memakainya juga, untung seribu untung, tidak membuat bengek saya kumat dan tidak menimbulkan iritasi, gatal, kemerahan dan rasa panas. Syukur banget, asli dah.


Iseng pula, saya mencoba gel ini diatas skincare beda merek lainnya dan alhamdulillah sauda-saudara, tidak ada kejadian apa-apa. Aman. Kulit saya juga cukup lembab tanpa bikin sumuk dan kusam.






Review White Story Granactive Retinoid




Baru saya sadari, info mengenai produk retinoid ini sedikit membingungkan in term of penulisan marketing-nya. Anyway, ini penjelasan dari laman Shopee mereka:


White Story Advanced Care Serum -> White Story Retinoid Night Serum (Improved Formula).


Best Ingredients: Granactive Retinoid + Peptide (Tripeptide & Tetrapeptide) + Hyaluronate.


White Story Retinoid Night Serum bermanfaat untuk:


  • Menyamarkan bekas jerawat

  • Menyamarkan kerutan & garis halus

  • Merawat kekencangan dan elastisitas kulit

  • Merawat pembaharuan sel kulit

  • Melembabkan kulit



Well, tidak banyak cerita yang bisa saya bagikan mengenai serum retinoid ini karena tidak semua serum jenis ini yang bisa mempunyai efek yang bagus atau signifikan di kulit saya. Tapi untung saja sama seperti efek gel diatas, walau serum ini ada wanginya tapi tidak membawa efek buruk di kulit sensitif saya. 


Sedikit penjelasan yang saya kutip dari laman weheartthis.com jika pembaca budiman kebingungan retinoid apa retinol (apakah saya salah ketik, misalnya):


Apakah retinoid granaktif sama efektifnya dengan retinol?


Retinoid granaktif bisa sama efektifnya dengan retinol. Anda perlu meningkatkan konsentrasinya untuk mendapatkan hasil yang serupa. Untungnya, granactive retinoid lebih lembut dan kecil kemungkinannya menyebabkan iritasi, bahkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.


Maka tidak heran kalau memang di sebagian orang retinol, retinoid dan mungkin perbedaan nama lainnya tidak begitu berpengaruh. Semua tergantung dosis, brand dan harganya juga.



Kalau ditanya mau repurchase apa tidak, mungkin ya, mungkin. Ada banyak lagi skincare brand dari lokal diluar sana yang semakin bagus yang menggoda iman saya…ahahah 


Overall, saya bersyukur sekali lagi bahwa meskipun White Story ini mempunyai pewangi dalam produk mereka, tapi tidak menimbulkan alergi dan kerusakan di kulit saya. 


Semoga review ini membantu dan disclaimer ya, setiap orang itu berbeda jenis kulit, permasalahan, isi dompet dan fandom-nya, okay? Lain di saya, tentu lain di kamu. Salam mari giat membaca!





     


    Baru-baru ini saya secara random (macam biasa) menanyakan kepada seorang teman, siapa rockstar wanita tahun 90an kesukaannya. Hari itu saya merasa nostalgia, bahkan saya sampai menangis mendengar lagu-lagu dari The Cranberries. Selain lagunya memang sedih, kenyataan bahwa Dolores sudah tidak ada lagi, masih asing.

    Saya membesar di tahun 90-an yang saya anggap The Glory Days. Ketika menjadi seorang penyanyi dan band itu tidak mudah, saya menganggap mereka yang berada di zaman itu seperti Tori Amos, Alanis Morissette, Fiona Apple dan lainnya adalah mereka yang memang berbakat.

    Kebanyakkan dari seniman tersebut memang pandai memainkan alat musik, suatu bakat dan keinginan yang memerlukan disiplin serta pengorbanan yang tidak mudah. Kalau sekarang kamu mau mencoba bermain gitar, maka kamu tinggal mencari tutorialnya di YouTube.

    Dulu mana ada, tutorial paling dekat adalah dari abangers yang hobi gitaran di pos kamling.

    Anyway, kemana arah pembicaraan saya kali ini? Kurang tahu juga, saya cuma mau menulis artikel saja biar blog ini tidak kosong amat..huhuhu



Kaum Wanita dan Impian Kesetaraan Mereka





Kenapa perempuan sekarang berpakaian minim dan tidak malu?


Ini sebuah pertanyaan yang jawabannya bervariasi, tapi perlu diketahui jika sekiranya kamu nyasar kesini, saya menanyakan ini pada kaum perempuan saja karena merekalah yang bisa menjawab.


Kalau ini ditanyakan kepada saya, maka saya akan menjawab; karena memang ada fase dimana saya berpakaian ‘sedikit’ terbuka. Seperti yang sudah saya sebut diatas, saya membesar di zaman 90an dan 00an dimana saat itu Y2K lagi booming. 


Cukup beragam, saya bahkan pernah bergaya seperti Britney Spears, pamer udel. Rockstar dengan celana jeans gedombrang, sampai jadi emo. Ahahaha sebuah fase muda yang penuh eksperimen dan mengikuti trend saat itu.


Pasti kita semua mempunyai fase seperti itu apalagi di zaman muda, wajar saja. Cuma, entah kenapa sekarang menjadi terasa seperti ‘wabah’. Awalnya sebagai bentuk liberasi dengan memilih gaya sendiri, sekarang seperti ‘komoditi’ dan semacam ‘bare minimum’.


Mari coba saya jelaskan (semampu saya karena otak saya lebih cepat mencerna daripada mulut saya menguraikannya).


Pada zaman dahulu kala, di galaxy far far away, hijab contohnya dianggap sebagai atribut opresi bagi sebagian orang. Wajah dan bentuk tubuh yang tidak sesuai formula kecantikan baku merupakan suatu ‘aib’. Agak susah kalau dibilang aib, tapi inilah yang teman-teman saya katakan ketika kami tidak diundang ke party cool kids jaman then: kalian semua jelek, aib kalau ke party gue.


No kidding.


Pokoknya, sekarang itu berpakaian minim, twerking, doing nasty things yang menjurus ke hal-hal seksual itu sepertinya bukan barang baru. Dengan internet dan sosial media yang memberikan kebebasan ‘mutlak’ bagi penggunanya, kamu bisa menjadi apapun, bahkan mau ganti kelamin pun bisa karena teknologi sudah canggih.


Ahahaha saya agak keteteran menjelaskan maksud saya disini. 


I mean, zaman saya muda dulu, kami berpakaian seksi karena kami ingin, sedang fashion dan sure we can. Tapi sekarang seperti mencari keuntungan yang absurd. Ahahaha help me, I can’t put them in words.


Apa karena saya kurang tidur tadi malam, jadi kurang fokus? Saya agak pusing sih, ini.


Jadi, saya cukup merasa sedih sampai tidak nyaman melihat wanita yang vare their skin way way too much sampai tidak ada rahasia lagi. Seperti anggota keluarga Kardashian yang membeberkan segalanya tentang mereka di depan umum, saya yakin ada yang tahu letak tahi lalatnya Buk Kim karena seringnya dia bertelanjang di depan kamera.


Jengah juga dengan campaign yang menggalakkan wanita untuk free yourself dengan mengatakan obesitas itu tidak mengapa, you’re slay, savage, badass, and such. No. it’s not okay, at all, ladies.


Ya, memang body type itu bermacam ragam, tapi obesitas atau kurung kering bukan bagian dari tipe tubuh manusia. Itu mah, bagian dari penyakit.


Memamerkan tubuh tanpa konteks (tentu saja ada konteks, duh, sex, money and fame, sweetie!) juga buka dari feminis sejati. Setahu saya, feminis bukan berangkat dari ingin memakai thong atau skimpy dress sesuka hati, bukan, saya yakin deh.


Katanya kesal wanita jadi objek seksualitas, tapi sekarang malah menjadikan diri sebagai objek. Lalu marah kalau di goda, lha, situ yang pamer badan telanjang, tentu saja normalnya disambut pikiran mesum.


Coba, bagaimana payudara, vagina, bokong tidak mengundang hasrat? Dengan pose yang luar biasa? Apa yang mereka harapkan dengan itu? Karena memang pengundang nafsu itu sudah di setting dari pabriknya ya, di bagian tubuh khusus seorang manusia.


Reaksi pelecehan seksual suatu hal yang lain lagi, tidak seorang pun berhak melecehkan orang lain sesuka mereka (tidak peduli kamu pakai apa). Mereka yang dilecehkan, seratus persen salah, namun, yang dilecehkan juga harus bijaksana.


Kita tidak bisa mengendalikan orang lain, kita hanya bisa mengendalikan diri kita. Kalau kamu berpakaian dengan hanya sehelai benang dan pergi ke tempat umum, kamu jelas ingin menarik atensi dan validasi. Reaksi tersebut bermacam-macam, tapi ingat, kamu yang membawa diri kamu kepada titik itu.


Akan sangat dewasa jika kita menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi serta tempat kita berpijak. Pergi ke club dan berpakaian minim merupakan hal yang sesuai dengan layaknya tempat tersebut punya dress code. Bikini di pantai, wajar, kan, mau berenang dan sunbathing, masa pakai astronaut suit?


(Barbie lelah menjelaskan ini karena terlalu..capek…sampai bersin barusan)



Anyway, begitulah, saya percaya semua orang bisa menjadi jahat dan juga menjadi baik. Memang itu adalah tubuhmu, tapi hormatilah tubuhmu itu, kecuali kamu menjadikan tubuhmu sebagai objek tertentu, saya tidak ada komentar untuk itu.


Oya, saya mau bilang, saya tidak merasa memakai hijab itu sebagai bentuk opresi, biasa saja. Kadang saya berpikir, justru merekalah yang terlalu mengumbar tubuh mereka yang terkena opresi…dari kapitalis, pencucian otak dan masalah mental…


Just saying, jangan rajam saya..







Kemudian ini membawa saya pada rasa….


Capek rasanya feminis awal berjuang agar perempuan mempunyai cabang olahraga perempuan khusus, lha, kenapa tiba-tiba transgender bisa bersaing dengan wanita tulen.


Kemana so called feminist itu pergi? Kemana ideologi dan cita-cita serta perjuangan penuh darah, keringat dan air mata itu pergi?


Kalau mata hati tertutup, lelaki dibilang perempuan, sebaliknya. Yakinlah, cuma ada dua gender dari zaman Adam dan Hawa di surga, sampai akhir zaman nanti, cuma ada lelaki dan perempuan, tidak ada tukar-tukaran vagina dan penis.


Wahai perempuan, masihkah kita mau dibodohi dengan memasukkan I identify as a female ke dalam perjuangan yang susah payah kita dulu? Relakah kamu dibodohi dan dibohongi lagi?


Ah, saya lelah…dunia sekarang terlalu semrawut membuat saya takut akan keselamatan dan kewarasan saya dan mereka yang saya sayangi…












Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Traveling
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film Gaming monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ▼  2023 (29)
    • ▼  September (7)
      • Kehilangan Personal Branding, Padahal Inginnya Jad...
      • Nostalgia Nonton Ulang Film Terbaik Era 90an
      • Review White Story Skin Barrier Moisturizer Gel & ...
      • Wanita & Herstory Saat Ini
      • Review Film Talk To Me (2022), Kecanduan Kesurupan...
      • Review Film The Moon (2023), The Martian Rasa Korea
      • Cerita Awal September 2023
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates