Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo



Hello there, baru- baru ini komuitas Beauty Blogger Pekanbaru mengadakan gathering sekalian demo make-up dan kebetulan saya sempat merasakan 'sentuhan tangan' seorang MUA Pekanbaru, Mbak Fivit yang sudah lumayan malang melintang di dunia kecantikan di kota ini.

Sembari mempelajari ilmu dan trick, saya juga memperhatikan apa saja produk kecantikan yang dipakai Mbak Fivit, ternyata memang produk yang bliyau pakai memang tentu saja sudah lebih advance dan bervariasi.


Semua produk yang bliyau pakai jadi mengingatkan saya pada produk- produk newbie/pemula yang pernah pakai walau kini saya sudah 'level up' sedikit, berikut 6 produk make-up/kecantikan untuk newbie dan juga budget friendly.




1. Red-A Translucent Compact Powder.

Bedak warna-warni pastel yang mirip sekali dengan Guerlain Meteorites Compact yang harganya jauh lebih mahal.


Saya menemukan bedak ini ketika sedang iseng hunting highlighter yang murah meriah dan tidak bikin blinding, menemukan bedak cukup mengejutkan Red-A si merek lokal yang target pasarnya dalah remaja bisa mengeluarkan produk secanggih ini (bahkan hampir mirip bedak Guerlain).

Bedak ini memang bukan bedak harian karena ia mengandung glitter yang cukup lembut, saya hanya memakain bedak ini ketika membutuhkan 'cahaya' pada kulit yang tengah lelah dan kusam, lumayan membuat wajah cerah seketika.

Harga : Rp 28.000 - 35.000
Isi :14 gram.



2. Fanbo Blush-On 02.



Begitu melihat rekomendasi beauty blogger langganan, saya pun langsung mencoba blush-on ini dan sebagai home brand, Fanbo memang tidak mengecewakan, ada harga ada mutu.

Meski kuas bawaannya memang tidak berguna, teksturnya cukup mudah dibaur dan bagi saya ini merangkap sebagai eyeshadow saat itu, karena oh karena, saya suka sekali shimmery yang dihasilkan, lembut dan segar. Kekurangan blush-on ini adalah fall off walau tidak heboh mengotori wajah juga plus kurang tahan lama yang berakhir dengan hilangnya si warna meninggalkan kilau shimmer semata.

Secara pribadi warna ini saya rasa lebih cocok untuk kulit neutral to warm bahkan lebih gelap lagi karena akan memberikan hasil sun kissed yang fresh.

Harga : Rp 25.000 - Rp 38.000
Isi : 5 gram.



3. QL Waterpfroof & Curling Mascara.



QL adalah pemain lama di Indonesia dan pergerakkannya rada 'undreground' tapi secara kualitas memang bisa bisa di adu dengan drugstore brand luar yang lebih mainstream atau sesama lokal lebih terkenal.

Banyak orang swear by this mascara, termasuk teman- teman saya sendiri yang membuat saya akhirnya ikutan mencoba. Di bulu mata saya yang tebal dan berat, mascara ini cukup curling seperti klaimnya walau tidak bertahan lama apalagi setelah kena air sedangkan untuk waterproofnya, not bad asal jangan digosok saja.

Harga : Rp 29.000 - Rp 35.000
Isi : 8 ml.



4. Pixy Matte In Love Lipstick.


Begitu banyak lisptick lokal diluaran sana yang seru dan menggiurkan, serasa semua ingin dibeli dan dicoba, tapi kali ini saya akan mengulas Pixy saja berhubung lipstick ini termasuk baru keluar tahun 2018 ini.

Ada banyak warna yang bisa kamu pilih sari nude hingga bold, nah, saya kebetulan mempunyai shade 301 Deep Plum yang berwarna ungu dengan dasar cool tone untuk efek gigi kelihatan putih.

Mengenai teksturnya sendiri tidaklah se-matte mana, jadi buat yang masih ragu menggunakan lipstick matte, lipstick dengan hasil akhir satin matte dari Pixy ini bisa kamu coba sebagai pilihan aman.

Harga : Rp 30.000 - Rp 35.000
Isi : 4.4 gram.



5. Maybelline Color Show Eyeliner.


Kalau sudah urusan eyeliner, saya masih bau kencur, super newbie karena baru January kemarin saya menggunakan item kecantikan banyak orang ini. Dulu sekali saya pernah menggunakan eyeliner tapi hanya sebagai pelengkap make-up ala gothic (duh!).

Eyeliner adalah item pertama paling tricky bagi saya, kalau salah langkan mata saya yang hooded eyes ini akan berakhir antara; semakin bengkak atau malah terlihat super garang.

Dan eyeliner bentuk pensil begini lebih aman bagi pemula, salah garis, kamu bisa menghapusnya dengan mudah.

Harga : Rp 30.000
Isi : 1.1 gram.




6.  Just Miss Eyebrow Pencil.


Ini adalah item kedua yang tricky buat alis saya yang asimetris dengan kedua ujungnya yang masuk ke pangkal atas mata, salah sedikit baik itu warna dan pengaplikasikannya, saya akan kelihatan seperti Shinchan atau wajah berubah menjadi 'keras'.

Menolak membeli pensil alis yang mahal dan malah takutnya jadi bingung, saya lebih memilih Just Miss saja dan berlatih dengannya, jika ditanya bagaimana skill alis saya sekarang jawabannya adalah; not bad.

Harga : Rp 3.000 - Rp 5.000
Isi : 1.3 gram.


Item apa saja yang kamu rasa akan membantumu dalam berdandan sebagai newbie terlebih lagi jika kamu juga mempertimbangkan budget? Share di kolom komentar, ya.

Akhir- akhir ini saya rajin sekali mengumpulkan facial mask baik itu berupa sheet, bubuk, peel-off atau pasta yang instant dan cepat. Salah satu facial mask atau masker wajah yang ingin saya review kali ini adalah Ovale Facial Mask bubuk varian Mutiara dan Bengkoang, yang tidak hanya super affordable harganya, 5k-7k namun juga senang didapati di toko-toko.

Apa saja yang membuat saya menyukai facial mask dari Ovale (selain 2 faktor kemudahan diatas) dan hampir selalu ada di make-up vanity ini?.



Ovale Facial Mask Mutiara.

Bahan dan penjelasan Ovale Facial Mask Mutiara


* Meskipun mengusung mutiara sebagai bahan utama, tapi lagi- lagi ekstrak mutiaranya justru berada diurutan 2 terakhir.

* Mempunyai wangi yang strong jika dicium langsung dari paket (bagi yang telah membaca review saya sebelumnya, saya sangat menghindari skincare/make-up yang berbau kuat), begitu dicampur air- wanginya menjadi subtle.

* Saya tidak begitu pasti akan nama lain mawar, main fragrance masker ini harum semerbak bunga mawar.

* Penjelasan paket mengatakan masker ini juga mengandung Vitamin B3.

* Selain wangi dan membuat wajah seketika adem, masker Mutira ini tdak ada bedanya dari si Bengkoang dalam segi tekstur serta hasil akhir.

* Mudah dibersihkan, melembabkan kulit dan menyegarkan tanpa meninggalkan residu terlalu banyak/putih.

* Cukup membuat efek cerah wajah walaupun dalam waktu singkat.



Ovale Facial Mask Bengkoang.

Bahan dan penjelasan Ovale Facial Mask Bengkoang


* Nothing fancy, bahan bengkoang berada pada urutan nomor 6.

* Sebegitu banyak produk yang memakai bengkoang sebagai bahan jualan mareka membuat saya kadang rancu seperti apa harum bengkoang yang sesungguhnya, layaknya harum bengkoang di bubuk masker ini yang sedikit minty seolah- olah ada daun mint di dalamnya.

* Selain wangi dan membuat wajah seketika adem, masker Mutira ini tdak ada bedanya dari si Bengkoang dalam segi tekstur serta hasil akhir.

* Mudah dibersihkan, melembabkan kulit dan menyegarkan tanpa meninggalkan residu terlalu banyak/putih.

* Cukup membuat efek cerah wajah walaupun dalam waktu singkat.

Begitulah review singkat kali ini, karena bagi saya pribadi masker ini cukup membantu mendinginkan kulit ketika sedang memerah oleh jerawat bulanan dan pulang dari berpanas- panasan. Juga, yang paling penting adalah masker ini tidak pernah membuat kulit saya meradang, gatal apalagi break out.

Worth to try sebagai selingan murah- meriah jika kamu sedang menjalankan program pemakaian masker setiap hari.







September telah tiba dan sekarang kembali lagi meng-up-date ‘niat’ saya menjalankan cara hidup minimalist, sejak tulisan terakhir saya telah mencapai kemajuan yang cukup ‘signifikan’. Melalui banyaknya rintangan baik itu kemalasan untuk berberes dan menyortir barang, tentu saja rasa nostalgia tidak masuk akal terhadap suatu benda mati masih mencoba menjegal kemajuan saya membersihkan jiwa raga dari kepemilikkan hal duniawi.

To be honest, saya cukup ragu bahkan bingung untuk memulainya dari mana mengingat saya kurang menikmati memilah barang apalagi membuat daftar kemanakah semua barang tersebut akan diberi/di donasikan.

Baca Juga : #Minimalism Menentang Arus & Pertolongan Pertama.

Sejauh ini saya telah mengurangi tumpukan buku yang menggunung (literally) kepada teman- teman yang syukurnya, sangat menikmati membaca, membuat saya senang bahwa yang saya berikan bagi mereka akan berguna plus mendukung, mengembangkan minat baca di negara ini (dan kita akan membahan mengenai decluttering books di artikel berikutnya).



Kali ini saya akan focus dalam mengurangi barang- barang fashion karena, oh well, I  love fashion walaupun selera berbusana saya biasanya mempunyai path-nya sendiri, jadi mengurangi fashion jujur saja sangat berat. Begitu juga dalam membeli fashion itu sendiri, saya sangat menyukai thrift store atau bahasa ‘busuknya’ disini; barang bekas, juga jadi menahan diri atau berhenti sama sekali dari shopping, lebih berat lagi.

Ketika saya muda (sekarang lebih, muda), saya tumbuh tanpa banyak possession on stuff, sampai usia remaja dan kuliah pun, pakaian yang saya punya tidaklah sebanyak sekarang. Masih segar diingatan, betapa minimalisnya lemari pakaian saya yang seringnya kosong apa adanya. Tetapi, saya mempunyai banyak hal lain yang memenuhi rumah sewa saat itu; comics books, buku dan majalah, unidentified trinkets, koleksi mainan, kamera- kamera jadul, CDs, bahan- bahan craft dan projek seni, juga entah-apa-itu-lainnya.

Cukup mengherankan, semakin dewasa saya semakin mempunyai banyak barang. Normalnya jika sesorang telah mampu menghasilkan pundi- pundi secara mandiri, otomatis akan menaikkan kemampuannya dalam mencukupi dirinya sendiri. Mampu beli kendaraan sendri, mampu membayar makanan di fancy restaurant, lalu diatas semuanya tentu saja mampu belanja ini-itu.

Apalagi sejak saya mengenal wise shopping dan thrifty, aktif mencari potongan diskon dari retail seperti Zara, H&M, Uniqlo, Topshop dan lain- lain. Belum lagi factory outlet yang memberi harga super miring dari merek- merek fast fashion hingga label designer kondang internasional. Ditambah dengan 'skill' yang ‘serasah’ oleh waktu dan dimentori teman- teman seperjuangan (ingin keren bermerek dengan budget terbatas), saya kini bisa membedakan antara barang palsu dan asli meski barang tersebut tergulung di lautan pakaian bekas di pasar senggol.


Oh, sedikit berbicara mengenai ‘tempat shopping’ pakaian bekas, menariknya di Indonesia (terutama di Pekanbaru), baru- baru ini masyarakat kota ini yang biasanya skpetis dan ‘malu’ kini lumayan banyak memilih berbelanja di pasar senggol ketimbang menghabiskan ratusan ribu di mall demi 1 barang saja. 

Kalau di negara ini segala macam bekas identic dengan pasar yang kumuh, bau dan kotor, lain hal nya di 2 negara tetangga. Juga kalau, barang bekas disini jarang sekali mengalami ‘make over’ seperti dicuci/dibersihkan/di tata ulang sebelum di jual kembali, barang bekas di negara jiran justru mempunyai ‘martabat’ dengan menempati lot butik layaknya toko pakaian baru. Yearp.

Begitu barang bekas tersebut di bersihkan dan ditata di sebuah toko di mall, maka secara logika, naiklah juga harga jualnya ketimbang barang bekas yang sama jika dijual di pasar jongkok. Seorang teman pernah mengeluhkan harga kemeja flannel yang bermerek sama bisa begitu berbeda; harga asli- baru dari toko, harga bekas- butik mall dibandingkan dengan harga bekas- pasar jongkok.



Terus, progress apa yang telah saya lakukan dalama mengurangi barang- barang fashion di lemari?. Pertama, saya hampir tidak pernah mengalami masalah jika itu menyangkut mengurangi jumlah pakaian, akan tetapi, ada beberapa fashion item yang  sungguh berat bagi saya jika harus berpisah darinya. Blazer/suit/jacket adalah item yang sedari dulu sudah melekat dengan saya, jauh sebelum blazer kembali trend, saya sudah mengenakan blazer berpadu santai dengan jeans dan kaos sejak tahun 2003 (sungguh bukan sesuatu yang bisa di banggakan).

Jeans/celana, simple saja; karena sulit sekali mencari ukuran dan celana yang mampu meng-accentuate pinggang, panggul kecil dan kaki saya yang cukup panjang. You know, being skinny doesn’t mean anything goes smooth on me. 

Sepatu, sneakers, dan tas adalah guilty pleasure saya yang memalukan. Baju- baju untuk acara tertentu, seriously I’m not into events nor parties, ke kondangan saja jarang sekali. Pakaian khusus demi acara khusus, ini adalah contoh betapa berhasilnya kita di brainwash oleh suatu norma tak tertulis turun temurun.

Pesta ini sebaiknya menggunakan pakaian ini, pesta semacam itu lebih tepat dengan pakaian seperti itu pula, selalu ada celah untuk menjustifikasi bagi kita untuk berbelanja mengikuti nafsu dan permainan psikologis dari iklan- iklan komersial kapitalis.

Dulu sekali (meski sudah disebutkan pakaian saya dulu tidaklah sebanyak sekarang), saya dan teman serumah mempunyai koleksi jacket dan blazer lebih dari 20 pasang (gabungan). We kept buying just because it was on sale or thrifty or cool or vintage or rare, you name it, kami 2 orang yang tidak pernah puas walau segudang jacket dan blazer menimpa kami.

Looking back, I could say it is nauseating almost disgusted even, saat ini sambil menulis pun saya berpaling pada lemari yang padat tak bisa menutup rapat, penuh dengan pakaian (apa karena belum dilipat tapi di gulung lalu di paksa masuk) membuat kepala saya pening. Kenapa saya harus mempunyai begitu banyak barang namun tidak merasa ada kepuasan karenanya?.



Sejujurnya hati, saya merasa tidak ada gunanya membeli pakaian baru tiap raya menjelang, tapi lagi- lagi masyarakat dan budaya kita sudah melekat erat dengan ‘benalu’ budaya mempercantik diri. I supposed people would demand me to get a new, proper raya outfit, no?. Do they?.

Seringkali saya mendapat teguran dari kerabat, teman bahkan orang asing tentang (pilihan) pakaian yang saya kenakan; kenapa saya tidak memakai pakaian baju kurung ke acara perkawinan, kenapa tidak memakai dress/kemeja apapun itu menyesuaikan kode etisnya suatu event.

Then here comes the bitter part of all; kenapa saya terus memakai pakaian yang sama di acara A sampai acara Z. Masyarakat sadar atau tidak sadar menetapkan hukum , penghakiman menyakitkan kepada anggotanya yang tidak terlalu mengikuti selera berbusana pasar, anti-mainstream, unik dan quirky, serta yang tidak masalah memakain pakaian yang sama berulang kali. Semua golongan yang saya tulis tadi (saya salah satunya) bisa dipastikan mengalami pertanyaan bodoh seperti itu.

Dan, sedikit pengakuan disini; saya sendiri pun pernah bertanya (serta membatin dalam hati) kepada orang lain mengapa mereka tetap memakai pakaian yang sama di kesempatan berbeda seperti tidak mampu/pelit saja dalam memanjakan diri (dengan shopping). Truly sorry, I really am.

Jika saya tidak kuat mental menanggapi pertanyan bodoh tersebut (heck yes, bahkan kemarin seseorang bertanya kenapa saya sering sekali memakai jacket denim bersulamkan nama website ini seolah- olah saya tidak punya jacket lain, heck yes, jacket saya syukurnya cuma tinggal 3 helai), saya tidak akan mampu mengatasi gejolak muak dan benci pada diri sendiri akan ketamakkan dalm membeli belah ini.

At some point saya pernah mengalami depresi khusus akan barang- barang yang menggunung di kamar ini, tapi tidak berdaya mendepaknya malah semakin keranjingan belanja. Saya menyadari, seperti di artikel saya sebelumnya, kalau saya memerlukan bantuan dan untunglah bantuan itu datang dari browsing iseng di YouTube mengenai cara hidup minimalis. 



Rasa sadar sangat menampar begitu saya melihat video mengenai tumpukkan pakaian yang tidak bisa di daur ulang dan berakhir di kubangan sampah, orang yang membutuhkan saja tidak mampu mendapatkan donasi pakaian, above all we kept spending without thinking, mindless bagai zombie menarik pakaian demi pakaian dari rak bertuliskan SALE diatasnya. 

Shame, shame, shame.

Terus menerus saya mendebat hati dan common sense sendiri; SAYA TIDAK MEMERLUKAN SEMUA BARANG UNTUK MEMVALIDASI DIRI DI KEHIDUPAN SOSIAL. Soal validasi secara social, I don’t give a damn even when I was little, mungkin itu yang menjadikan saya selalu betah jadi lone, solo ranger, terus kenapa tetap menumpuk/hoarding seperti ini?. 

Adalah rupanya kebiasan menumpuk barang/hoarding merupakan bentuk penyakit, kelainan jiwa (semakin gila saja saya, hari demi hari) yang biasanya dilakukan tanpa sadar atau sadar dengan mencari kepuasan tersendiri (I don’t feel any joy let alone being satisfied). 

Artikel ini akan terus di up-date mengikuti perkembangan saya dalam menjalankan misi hidup sederhana dan bebas, sepenuhnya menutup telinga terhadap komentar masyarakat nanti mengenai pilihan hidup saya untuk menolak konsumerisme berpakaian.

Link dari video berikut bisa kamu, pembaca budiman klik dan tonton, harapan saya mungkin bisa saja memercikkan rasa empati dan logika untuk mengevaluasi kembali pola hidup serta pemikiran kita bersama (this video membuat saya jijik dan merasa bersalah karena menganggap remeh rezeki, uang, waktu dan kemampuan sendiri sedangkan bumi dan masyarakat kurang mampu di luar sana berada dalam kesulitan).



Newer Posts
Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Traveling
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ►  2023 (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (19)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ▼  September (3)
      • 6 Produk Make-Up Budget Friendly Untuk Newbie
      • Review Ovale Facial Mask Bubuk Mutiara & Bengkoang
      • #Minimalism And Decluttering Fashion Items
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates