Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo




Karena saya takut dirajam para penikmat dan kritisi film, maka sebelumnya saya tekankan disini, ini adalah murni review pribadi saya. Suka tidak suka, adalah pendapat pribadi tanpa maksud menjatuhkan pihak-pihak tertentu, ya.


Disclaimer lho, ini.



Terakhir saya me-review serial TV yang ternyata banyak pro & kontra, yakni The Rings of Power. Meski tidak banyak menonton (padahal 2023 harusnya lebih banyak nonton dan baca buku, sih), saya memutuskan untuk menonton M3GAN.



Kalau dari trailer dan pemasarannya, film ini sepertinya seru sekali dengan menonjolkan scene robot M3GAN joged-joged creepy kayak mau buat konten TikTok. Somehow, sejak ramai jogetan di medsos ini, banyak film (mungkin juga serial TV) yang memanfaatkan trend ini.



Anyhow, setelah saya menontonnya…saya rasa…



Baca Juga : THE LORD OF THE RINGS: THE RINGS OF POWER , REVIEW SINGKAT BEBAS SPOILER!





Review Film M3GAN, Spoiler Kurang Lebih



Saya tidak terlalu menantikan film ini, karena bagi saya, banyak gimmick?. Jadi saya tidak merasa kecewa karena sudah memprediksinya; 


  1. Nothing special, robot yang akhirnya berevolusi terlalu canggih dan melawan manusia


  1. Obsesi robot terhadap emosi manusia


  1. Akting Allison William yang datar terutama ketika dia ‘pep talk’ dengan Cady soal penyesalan dan all those grown ups talk, lah. Betul-betul datar, flat tanpa emosi dimana seharusnya scene seperti itu punya vibe sendiri (nonton sendiri kalau mau tahu, ya).


  1. Tidak banyak lagi selain datar, bosan, tidak ada yang spesial, jadi film ini bisa di skip saja. Sorry not sorry, asli bosan.




Cuma 4 poin, ya? 



Iya, kakagh…karena memang film M3GAN tidak punya daya tarik lainnya. Bahkan ‘pemb*n*han’ yang dilakukan robot M3GAN juga tidak menarik, mending nonton film slasher B, deh, asli.



Ketimbang M3GAN, film dari grade B berasa jauh lebih baik dan passionate. Saya malah bisa membayangkan teman saya yang memang sutradara film B akan membuat M3GAN bakalan lebih ‘nonjok’ kalau dia yang menyutradarainya 🤣🤣🤣🤣🤣




OOopppsss...bukan film ini, ya.. (sumber Twitter)




Mungkin M3GAN dimaksudkan untuk anak-anak (?!). Tapi meskipun tidak yang gore penuh darah muncrat, tapi film ini rasanya cukup dark kalau untuk anak dibawah 15 tahun?



Tapi penasaran dengan si M3GAN joget-joget TikTok sebelum membunuh? (asli di scene ini cuma joged saja yang lucu, pas b*n*hnya, datar banget gitu). Ya, tonton deh, biar terasa adegan viral itu secara langsung.



Saya kurang tahu siapa Gerard Johnstone selaku sutradara film ini, tapi sungguh, Allison Williams seperti malas berakting, saya berasa lihat akting Kristen Stewart di Twilight dan 3 film lainnya. Awkward, kaku, kurang fokus dan sekali lagi; DATAR.



  








Bisa dibilang, saya antara menanti dan tidak, menantikan serial ini. Karena begitu tahu karya Tolkien akan dibuat serial, saya sedikit takut. Al maklum, saya ‘anak’ LOTR versi mahakarya Peter Jackson (lucky me, dulu sempat nonton di bioskop) yang epic itu.


Jadi begitu akan dibuat sebagai serial, yang mana bukan dari bagian trilogy yang terkenal itu, saya merasa cukup cemas; gimana, gimana…?!


Baca Juga : REKOMENDASI FILM NETFLIX SERU UNTUK DITONTON AKHIR PEKAN TAHUN 2022



Jadi, TROP ini adalah cerita soal Galadriel muda dan latar belakang kenapa ada even The Hobbit dan LOTR. Nah, karena Galadriel yang kita tahu bersama adalah Cate Blanchett yang jadi super terkenal setelah perannya di LOTR sebagai buk Gala yang maha bijaksana dan lagi anggun.



Karena saya memutuskan untuk ‘blind watch’ , jadi saya berharap pemeran young Galadriel bakalan membawa rasa ‘regal dan anggun’ seperti yang dibawakan Cate. Apakah Galadriel muda sesuai dengan bayangan saya?. Well, not bad sih.



Sang aktor pemeran Galadriel mungkin bukan aktor yang terkenal di Hollywood, tapi ternyata Morfydd Clark si Galadriel muda telah membuat namanya sendiri sebagai aktor di Inggris. Bisa dikatakan, hanya beberapa aktor yang kita kenal di Hollywood, selebihnya adalah aktor yang relatif baru.



Baca Juga : 4 FILM ANIMASI MENARIK BAGI SEMUA LAPISAN UMUR





The Lord of the Rings: The Rings of Power : YES or NO?






Kalau saya sih, iyes. Tunggu dulu, iyes dalam sisi yang mana?. Sebagai bucin buku yang punya imajinasi sendiri akan penggambaran suatu buku, melihat bagaimana sebuah buku menjadi nyata, suatu kebanggaan tersendiri (kenapa saya yang malah, bangga?).



Bagi pembaca, apa yang dilihat di dalam buku, hanya bisa digambarkan dan dibayangkan dalam pikiran. Kadang bisa jadi sama, atau malau sangat berbeda dengan imajinasi dan maksud sanga penulis.



Baca Juga : FILM YANG JEBLOK DI ROTTEN TOMATOES NAMUN CUKUP LAYAK DITONTON




Jadi, begitu suatu karya tulis dituangkan dalam bentuk visual, maka rasanya puas begitu. Walau, itu kembali lagi dengan visi si penulis atau pembacanya juga. Ada yang setuju dengan penggambaran A, contohnya. Sebaliknya ada juga yang tidak setuju dengan penggambaran tersebut.



Maka, dari sisi saya, begitu Middle-earth terpampang di layar, saya langsung bengek. Well, nganga. Gila, ini adalah penggambaran graphic yang bagus. Itu tim CGI-nya keren banget. Dahlah, saya sebagai penonton LOTR versi Pak Jakson, melihat versi jaman now karya Tolkien ini, sangat terkesima.







Meski banyak banget pro dan kontra, tapi, sekali lagi, ini adalah serial yang bagus walau plot dan beberapa hal dalam serial ini sedikit saklek dan questionable. 



Bagi penonton baru yang tidak pernah menonton LOTR dan The Hobbit, selamat, kamu bisa menikmati serial ini tanpa banyak pikir. Bagi pencinta LOTR versi film atau buku, saya kembalikan kepada kalian semua.




 








Selamat tahun baru 2022 wahai para silent reader Ann Solo, semoga tahun ini menjadi lebih baik walau sudah ada varian baru Omicron dan Florona. Dunia tetap berputar, kita tetap berusaha mencari nafkah dan menikmati libur akhir pekan dengan menonton Netflix (atau di situs web lain).


Saya sendiri sudah lama tidak me-review film dan drama terbaru, al maklum, saya lagi sibuk dan entah kenapa tahun 2021 kemarin saya tidak terlalu antusias menonton walau saya punya waktu luang. Kalau tidak sibuk kerja, menabung, tidur, memperbaiki ibadah, kena Gerd dan cacar air, di waktu luang pun saya lebih memilih bermain dengan keponakan dan mengobrol dengan emak dirumah.


Anyway, kali ini Ann Solo datang dengan rekomendasi film Netflix yang seru untuk ditonton akhir pekan. Sengaja kali ini saya memilih film dengan genre sedikit komedi dan satir karena sebaiknya akhir pekan itu diisi dengan hal- hal ringan untuk melepas penat setelah 5 hari kerja dan berpikir keras.



Baca Juga : REVIEW FILM #ALIVE - KENAPA PARK SHIN-HYE TETAP MULUS WALAUPUN KERINGATAN






Don’t Look Up





Ini adalah salah satu film yang diantisipasi sejak trailer pertamanya muncul tahun 2020 (kalau tidak salah). Film yang disutradarai oleh Adam Mckay ini bertabur bintang yang, bagi saya, agak sedikit unik dan tidak pernah terpikirkan. Ada Jennifer Lawrence, Leonardo DiCaprio, Timothee Chalamet. Meryl Streep, Cate Blanchett, Tyler Perry, Ariana Grande, Ron Perlman dan masih banyak lagi wajah- wajah yang familiar di film ini.


Sebagai genre sci-fi yang satir dan komedi, Don’t Look Up bisa menjadi pilihan tontonan akhir pekan yang unik karena biasanya sci-fi kalau tidak serius ya, komedi konyol. Walau karakter Leonardo DiCaprio di film ini mengingatkan saya pada karakternya di Inception versi lucu yang penuh dengan anxiety, tetap membuat film ini layak ditonton karena kapan lagi melihat film yang penuh sindiran sosial yang relevan dengan keadaan saat ini, ya, kan?




Love Hard





Penggemar Jimmy O. Yang yang mulai tenar dari Crazy Rich Asian? Sama, saya malah baru tahu kalau doi adalah stand up comedian juga setelah menonton CRA. Sejak saat itu, bisa dibilang saya menonton karya Jimmy walau memang tidak terlalu hafal. Jadi saya cukup kaget ketika menemukan trailer film ini; Jimmy dan Nina Dobrev. Lha, saya juga tidak hafal dengan apa saja karya film aktris yang terkenal lewat Vampire Diaries. Saya sendiri malah belum pernah menonton series ini. Jadi benar- benar kaget karena kedua aktor ini bisa membangun chemistry cukup baik layaknya film akhir tahun bertema cinta, keluarga dan natal. Layaknya film genre yang sama, meski cringe tapi serius deh, film ini lucu dan manis untuk ditonton tanpa harus banyak berpikir akan alur yang njelimet.



Baca Juga : TREADSTONE & WATCHMEN - 2 SERIAL TV TERBARU WAJIB TONTON




Dolittle





Desas- desusnya ini bukanlah karya film terbaik dari one and only our Iron Man, Robert Downey Jr. Namun, karena kali ini daftar rekomendasi saya adalah film yang bertema ringan tanpa harus berpikir keras, film ini cukup seru dan menghibur. Sekali lagi, sama seperti Leonardo DiCaprio diatas, entah kenapa saya juga merasakan kalau vibe dari RDJ sama ketika dia menjadi Sherlock Holmes, apa karena setting di film ini kurang lebih sama? Bisa jadi.




Bad Neighbors 2





Penggemar film pertamanya? Kenapa tidak menonton sequel yang ini juga. Penggemar lawakan Seth Rogen? Silahkan juga menonton Bad Neighbors 2 yang juga lawak, khas dari aktor Seth Rogen yang bagi saya jenis lawakannya tidak banyak berubah dan film ke film. Hence, worth watching kalau kamu cuma ingin nonton santai.



Baca Juga : WHAT HAPPENED TO MONDAY - 7 SAUDARI DALAM 1 IDENTITAS




White Chicks





Klasik dari 2004, dari zaman saya kuliah hingga sekarang ini adalah film terlawak yang menjadi cult favorite, White Chicks. Dibintangi oleh The Wayan Brothers, Shawn dan Marlon, ini merupakan film komedi tercerdas di masanya. Jadi ingat nostalgia menonton ini bersama teman- teman dulu, walau diulang berapa kali pun, tetap ini tetap saja membuat saya tertawa terpingkal- pingkal.



Baca Juga : MICROHABITAT - FILM UNIK DARI KOREA BEBAS OPPA GANTENG





Punya rekomendasi film seru Netflix yang bisa ditonton tanpa harus memerah otak berpikir dan kening berkerut? Yuk, share di kolom komentar dibawah ya!


Review Film #ALIVE




Saya sebenarnya bukan penggemar film yang ada zombie-nya, takut. Karena rasanya inilah yang paling mustahil untuk terjadi ketimbang ketemu Alien. Mungkin Alien juga nyata tapi lebih baik daripada ada zombie, deh! Makanya saya cuma menonton beberapa film dan drama zombie itu sedikit sekali, and no, I hate the walking dead. Enough.


Tahun 2017 kemarin saya menonton Train to Busan yang hits itu, lalu tahun ini ada sequel-nya yakni Peninsula. Tapi sayang, film yang saya tunggu- tunggu hanya karena ada Gang Dong-Won ini tidak sekece yang saya harapkan. Terlalu banyak missed dan holes disana- sini. Dramatisnya kurang greget dan agak dipaksakan, padahal sebenarnya bisa di eksplorasi lebih jauh (duh, berasa sutradara saja).


#ALIVE ini sendiri saya tonton karena ada Yoo Ah-in yang punya akting mumpuni (saya bukan penggemar Park Shin-hye, doi terlalu neat untuk berakting yang gimana gitu). Kalau tidak salah saya juga pernah membaca webtoon yang menjadi dasar pembuatan film ini, tapi kenapa dari Wikipedia, film ini dibuat dari versi asli Hollywood, ya? Apakah saya salah ingatan? 




Review Film #ALIVE, Ketika Yoo Ah-in Si Homeboy Terpaksa Keluar Rumah

Review Film #ALIVE





Saya yakin deh, ini dibuat dari webtoon karena rasa dan vibe film ini mirip banget sama Dead Days. Terutama bagian dimana sang tokoh utama bangun, tahu- tahu dunia jadi chaos dan orang- orang berubah jadi zombie dengan cepat. Sedangkan virusnya sendiri kurang diketahui, hanya saja mereka yang menjadi zombie masih mempunyai sifat dan habit sama seperti saat mereka masih hidup.


Tokoh utama juga masih anak sekolah, maka Yoo Ah-in pun jadi anak sekolah di film ini walau kurang tahu, masih SMA apa sudah kuliah tingkat 1? Lucu juga pas ternyata versi film masih memakai karakter yang sama dari webtoon, secara Yoo Ah-in itu aslinya sudah 34 tahun dan Park Shin-hye 30 tahun. Ah-in sendiri masih lumayan lucu ya, walau rasanya kok, tokoh Oh Joon-woo si pro gamer terlalu ‘besar’ untuk jadi seorang siswa.


Sedangkan tokoh Kim Yoo-bin, yang sepertinya di buat sebagai anak mudah juga, masih pantas jadi anak kuliahan. Hanya saja nih, entah hanya perasaan saya saja, akting Park Shin-hye disini terasa biasa. Tidak ada yang baru, tidak menggugah, bahkan hambar begitu saja. Mungkin saya kurang banyak melihat akting doi, atau karena saya lebih banyak melihatnya di drama TV ya, yang biasanya sudah punya pattern untuk berakting. Ini membuat saya menyayangkan karena akting aktor Yoo terasa kurang blend dengan akting aktor Park.


You know, kamu sudah capek berakting keren, partner-mu, ya cuma sekedarnya saja.


Saya kurang bisa merasakan rasa takut dan terror dari wajah aktor Park. Padahal ini zombie lho, bahkan versi webtoon-nya saja terasa tegang dari penggambarannya yang tidak seluas dari akting sungguhan. Aktor Yoo bisa men-deliver emosinya dengan baik, mulai dari panik, bingung, putus asa, ingat emak, sedih, mau bunuh diri, panik lagi, ketakutan dan lain- lain. Doi berhasil bikin saya tegang selama nonton, pas begitu balik ke aktor Park, flat lagi.


Baca Juga :      FAKTA FILM MULAN, DARI DI BOIKOT SAMPAI TERANCAM RUGI BESAR



#ALIVE versus Peninsula


Intinya zombie di dua film ini, sama- sama bikin takut. Bedanya Peninsula lebih menyoroti rasa kemanusian dan rasa penyesalan yang dalam. Mulai rasa bersalah sama anggota keluarga sampai sama orang- orang yang sempat diabaikan sang tokoh utama. 


Wajar sih, ya, sudah panik, bingung dan terbatas pula dalam segala hal. Pasti mengutamakan keluarga terlebih dahulu.


Di #ALIVE sendiri, lebih dengan bertahan hidup. Stok makanan yang menipis, air yang mati, sendirian, rindu keluarga dan penyesalan- penyesalannya. Lalu bertemu sesama survivor yang misterius, lalu keluar rumah untuk cari stok makanan dan dikejar- kejar zombie. Kemudian di tolong orang asing yang ternyata penjahat yang egois demi menjaga fantasy kalau istrinya yang zombie masih hidup dan butuh orang untuk dimakan.


Baca Juga :      REVIEW FILM THE GENTLEMEN, KETIKA BOS PENJUAL GANJA INGIN PENSIUN



Moral of Story dari #ALIVE


Review Film #ALIVE



Film ini bercerita zombie outbreak di tengah kemajuan zaman saat ini dimana smartphone sudah canggih, semua serba digital, online hingga wireless. Orang- orang sudah pakai airpods, jadi earphone/headphone jack dan sejenisnya sudah terpinggirkan. Padahal kalau ada earphone, masih bisa dengerin siaran radio karena bisa berfungsi jadi antena gitu.


Mereka yang masih survive harus mengalami kebuntuan komunikasi karena sinyal provider pada mati, radio jadul pun tidak ada lagi dirumah- rumah zaman now. Makanya begitu sinyal balik lagi, semua orang berkomunikasi melalui WA, YouTube, Telegram, Instagram, Twitter dkk untuk saling memberi kabar dan minta bantuan. Seperti trend jaman sekarang, itulah kenapa film ini pakai tagar alias hashtag karena apapun yang terjadi di milenium ini, hashtag itu penting. 







Siapa yang menantikan film live action Mulan? Saya! Saya! Saya! Juga pastinya banyak lagi penggemar Mulan yang dari pertama tahun kalau film ini akan dibuat, sudah antisipasi ingin menontonnya. Tapi apa daya, karena adanya pandemi global Corona ini, film ini diundur terus dan akhirnya masuk Disney+ mengingat banyak negara masih melakukan lockdown dan semua bioskop di dunia tidak berani membuka bisnis mereka saat ini.


Jadi kecewa ya, karena tidak bisa menonton di bioskop. Inisiatif Disnye untuk menayangkan film ini di platform nonton resmi mereka Disney+ membuat tidak semua orang mau menonton Mulan mengingat untuk mendapatkan akun Disney+, pemirsa harus membayar sejumlah harga untuk berlangganan. Jadi tidak heran menurut situs web iknowwhatyoudownload, Mulan menjadi film yang banyak di bajak tahun ini. Kalau menurut saya sih, semua film memang lagi banyak dibajak banget- banget karena tidak semua orang mampu berlangganan Netflix, Disney+, HBO dan lain- lain. Unsur tingginya pembajakan juga karena kita tidak bisa lagi menonton film di bioskop juga, kan.


Baca Juga :      REVIEW FILM GUNS AKIMBO, DANIEL RADCLIFFE MENGGANTI MAGIC WAND DENGAN SENJATA



Fakta Kontroversi Film Mulan





Mulai dari jalan ceritanya, pemilihan casting, tokoh love interest asli Mulan yakni Li Shang yang tidak muncul di live action dan malah digantikan tokoh lain hingga komen dari lead actress, Yifei Liu, membuat film Mulan ini jadi heboh dan kabarnya hingga diboikot. Padahal penggemar Mulan menanti- nantikan film ini sejak lama, ya. Yuk, simak apa saja kontroversi yang mengiringi film Mulan ini.


Komentar Yifei Liu tentang Hong Kong


Seruan untuk memboikot film dimulai ketika Yifei Liu membagikan ulang gambar yang diposting oleh People's Daily, sebuah surat kabar resmi Partai Komunis China. Gambar tersebut termasuk kutipan dari reporter Tiongkok Fu Guohao yang bekerja untuk tabloid milik negara Global Times dan kemudian diserang oleh pengunjuk rasa selama protes Hong Kong 2019-20: "Saya mendukung polisi Hong Kong. Anda bisa memukul saya sekarang. (Saya) malu untuk Hong Kong. " Ini memicu kontroversi internasional, dengan Liu dituduh mendukung kebrutalan polisi di Hong Kong. Tagar, #BoycottMulan, telah mulai menjadi tren mendukung pemboikotan film tersebut. Menanggapi kontroversi tersebut, Liu tidak hadir di D23 Expo 2019 dan hanya memberikan cuplikan eksklusif film tersebut kepada penggemar.


Baca Juga :      THE UMBRELLA ACADEMY SEASON 1




Hilangnya Tokoh Li Shang


Pada 27 Februari 2020, produser film Jason T. Reed mengatakan bahwa love interest Mulan, si  Kapten Li Shang dicabut sebagai tanggapan atas gerakan Me Too. Dalam pernyataannya, dia menjelaskan bahwa "memiliki seorang komandan yang juga merupakan minat cinta seksual sangat tidak nyaman dan kami pikir itu tidak pantas". 


Alasan di balik penghapusan tersebut disambut dengan reaksi media sosial dari penggemar film asli dan anggota komunitas LGBTQ, yang menganggap hubungan Shang dengan alter ego laki-laki Ping Mulan adalah biseksual. Reed awalnya terkejut dengan kritik atas pemecatan Shang, tetapi mengakui bahwa karakter tersebut telah menjadi "ikon LGBTQ", dan mengklarifikasi bahwa peran Shang akan diganti dengan oleh dua karakter baru, yaitu Komandan Tung dan Chen Honghui. 


Pada September 2020, Cynthia Vinney dari CBR menulis bahwa interaksi Honghui dengan Mulan "lebih homoerotik" daripada Li Shang dalam versi animasi dan juga "dapat dibaca sebagai biseksual". Lauren Puckett dari Harper's Bazaar menulis, "Beberapa penggemar memahami dan setuju dengan argumen #MeToo. Yang lain menganggapnya menyinggung, dengan alasan bahwa Shang tidak akan pernah menggunakan posisi komandonya untuk memaksa seorang wanita menjadi romantis. Dia menunggu sampai dia tidak lagi di bawah komandonya untuk mengejar hubungan romantis apa pun. Dan bagaimanapun, Mulan-lah yang naksir dia! Meskipun daya tarik [Honghui], dia hampir tidak memiliki rasa hormat yang sama padanya seperti Li Shang yang pemberani dan cantik."


Baca Juga :     REVIEW FILM THE GENTLEMEN, KETIKA BOS PENJUAL GANJA INGIN PENSIUN



Kurangnya keragaman (ras) dalam tim produksi Mulan


Banyak kritik yang mampir untuk kru film Mulan karena film ini memiliki tim produksi yang sebagian besar terdiri dari orang kulit putih, seperti p sutradara, perancang kostum, dan penulis skenario.  Disney menerima beberapa kritik pedas karena mempekerjakan sutradara kulit putih untuk film tersebut, daripada sutradara Asia.


Dalam wawancara Februari 2020 dengan The Hollywood Reporter, sutradara Niki Caro menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan "Meskipun ini adalah kisah Tiongkok (Cina) yang sangat penting dan berlatar dalam budaya dan sejarah Tiongkok, ada budaya lain yang berperan di sini, yaitu budaya Disney. , dan bahwa sutradara, siapa pun mereka, harus mampu menangani keduanya - dan inilah saya. "


Sedangkan pada wawancara Agustus 2020 dengan Film School Rejects, Caro menanggapi lebih lanjut kritik tersebut, dengan mengatakan" Pertama, saya menolak ide bahwa Anda memberi tahu seseorang yang dapat menceritakan suatu kisah. Kedengarannya seperti penyensoran bagi saya. Seorang seniman akan mengekspresikan diri, dan beban tanggung jawab ada pada seni. Itu akan dinilai - dan harus dinilai. Yang lain Sisi lain adalah bahwa orang yang lebih beragam perlu diizinkan untuk bercerita, itulah yang terjadi. Orang yang dipekerjakan untuk semua jenis cerita harus lebih beragam, tidak hanya orang kulit putih yang dipekerjakan membuat film, tidak peduli apa masalah subject adalah. Budaya kita akan menjadi lebih kaya karena semakin banyak keragaman, dan seni, film, televisi, akan menjadi lebih baik. Semakin banyak percakapan ini dilakukan, semakin banyak seniman yang beragam diberi kesempatan. "


Nah, lho?


Baca Juga :     REVIEW FILM GUNS AKIMBO, DANIEL RADCLIFFE MENGGANTI MAGIC WAND DENGAN SENJATA



Syuting film Mulan di Xinjiang


Kritik juga ditujukan pada fakta bahwa pembuatan film dilakukan di provinsi Xinjiang, di mana kamp-kamp penguburan yang berisi hingga satu juta warga etnis Turki berada. Di akhir kredit, film tersebut memberikan ucapan terima kasih khusus kepada beberapa entitas pemerintah di Xinjiang, termasuk Biro Keamanan Umum Xinjiang di Turpan, yang mengoperasikan kamp interniran, dan beberapa komite lokal dari Departemen Publisitas Partai Komunis China. . Biro keamanan publik di Turpan ditambahkan ke dalam daftar tersebut yakni "Daftar Entitas" Biro Industri dan Keamanan pada Oktober 2019. 


Menurut Reuters, setelah kontroversi tentang hubungan film tersebut dengan Xinjiang meletus di luar negeri, pemerintah China memerintahkan media massa untuk tidak meliput pembebasan Mulan. Pada konferensi 10 September, CFO Disney, Christine McCarthy mengatakan bahwa "hampir keseluruhan" dari film tersebut diambil gambarnya di Selandia Baru, tetapi 20 lokasi di China digunakan untuk "secara akurat menggambarkan beberapa lanskap dan geografi unik negara tersebut". 


Dia menambahkan bahwa kontroversi tersebut telah "menimbulkan banyak masalah bagi [Disney]". enator AS Josh Hawley mengirim surat kepada Bob Chapek, antara lain, meminta klarifikasi tentang keterlibatan pemerintah China dalam film tersebut.  Yayasan Hak Asasi Manusia (Human Rights Foundation) juga mengirim surat kepada Chapek meminta Disney untuk mengutuk pelanggaran hak asasi manusia dan mempertimbangkan untuk menyumbangkan sebagian dari pendapatan film tersebut untuk mempromosikan hak asasi manusia di Xinjiang.




Review Film Mulan


Bukan main, ya, beratnya film Mulan ini dari hampir semua sisi terasa salah melulu. Sedangkana review saya mengenai film ini sendiri adalah :


  • Yifei Liu cantik sekali, kalau Mulan adalah tokoh nyata, maka aktris ini sudah sangat tepat menjadi Mulan.
  • Somehow ada hal yang kurang, mulai dari hilangnya tokoh Li Shang digantikan love interest baru Chen Honghui hingga kok, Mulan jadi punya adik perempuan? Bahkan sang tokoh Naga, si Mushu jadi tidak ada.
  • Mushu mungkin digantikan dengan toko burung Pheonixy  yang muncul sebagai spiritual guide tanpi tidak memmpunyai dialog.
  • Chi, apaan itu chi? Too much, chi? Apaka chi bisa powerfull sampai segitunya? Bahkan kalau tidak salah, saya melihat banyak komentar kesal mengenai 'powerufull chi' ini dari penonton Cina sendiri.
  • Ada Donnie Yen si IP Man (hottie!) dan Gong Li yang juga cantik dan legend sekali.


Ditayangkan secara resmi tanggal 4 September 2020 kemarin setelah diundur 3 kali, Mulan membuat para penonton yang tidak bisa berlangganan Disney+ mau tidak mau harus memutar otak untuk dapat menontonnya. Meskipun begitu, apakah film ini worth watching? Ini saya kembalikan kepada penonton semua.



Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Traveling
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ▼  2023 (2)
    • ▼  Januari (2)
      • Review Film M3GAN, Baca Ini Sebelum Nonton
      • Sudah 2023, yaa..
  • ►  2022 (19)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates