Budaya Barat Gila-Gilaan, Asli Bikin Takut

by - Oktober 02, 2023




  Sebenarnya saya mau membicarakan tema soal woke culture, kaum alfabet dan kegilaan dari dunia barat yakni Amerika, tapi saya takut terlalu politikal. Makanya saya mau disclaimer kalau apa yang saya tulis ini murni dari pendapat dan pemikiran saya sendiri, lagipula, saya tidak terlalu banyak tahu soal politik. 


Saya bukan politikus dan ahli semacamnya sih, ya.


Kenapa saya membicarakan hal ini, ya karena dunia saat ini memang sedang dalam situasi yang mengancam. Bukan hanya perang yang mengancam, yang lebih buruk dari itu adalah doktrin dan kepercayaan sesat karena ini adalah tipe bahaya yang bisa bertahan lama serta lebih merusak dari generasi ke generasi.





Woke Culture Identik Dengan Manusia-Manusia Aneh yang Agresif





Iya, pemikiran ini yang saya dapatkan setelah melihat mereka-mereka yang menepikan kenyataan dan memilih hidup dengan kepalsuan. Seperti orang-orang transgender, yang walau kamu mengganti kelaminmu, kamu tidak akan bisa mengganti kenyataan bahwa kamu terlahir sebagai perempuan atau lelaki.


Awalnya saya tidak terlalu mengetahui sampai batas mana budaya ini merembat, karena sejauh yang saya pahami dulu, woke itu biasanya mengacu pada gerakan ‘bangun dan melawan penindasan”. 


Lha, tapi kenapa justru orang-orang ini yang malah jadi penindas?


Tak habis pikir, berbie, sungguh.


Padahal niat asli dari woke ini cukup mulia, yakni melawan penindasan seperti rasisme, diskriminasi hingga kesenjangan sosial dan seksisme. Tapi sekarang, kenapa menjadi semacam kultus atau komunitas yang malah ingin menghancurkan manusia.


Apalagi dengan ditunggangi oleh kepentingan tertentu seperti kaum alfabet yang ‘melebarkan sayap’ dengan ‘merangkul’ komunitas trans dan pedop*l. Memberi orang-orang yang jelas-jelas secara mental tidak stabil, tempat dan suara untuk memimpin.


I mean, bahkan di Amerika sana, mereka mempunyai kampanye untuk membuat anak-anak kecil menjadi trans dan berbagi sebutan diri lainnya. Hello, itu anak-anak lho, bayi bahkan, mereka tidak dilahirkan untuk menjadi trans atau sasaran pedo.


Emosi juga ya, berbie.


Secara, orang-orang ini selain sekarang menjadi virus dan parasit di berbagai posisi penting di masyarakat, mereka juga menyasar anak-anak dan mencuci otak para orangtua. 


Tidak hanya menyasar anak-anak yang tidak tahu apa-apa, bahkan kini beragama juga dianggap sesat. Lha. Padahal yang tidak beragama ya, yang sesat.


I mean, kembali lagi kepada anak-anak dengan orang tua sesat atau lingkungan yang manipulative, saya sampai sekarang tidak paham mengapa orang-orang sesat ini berpikir anak dilahirkan trans dan memang wajar diberi pehamaman sex sesat dan goyangan drag queens?


Anak-anak tak bersalah tersebut dibawa ke pawai kaum alfabet dan diperkenalkan dengan tindakan kesesatan; pria, wanita yang tidak berpakaian, melakukan gerakan-gerakan vulgar dan bangga karenanya, mereka ingin anak-anak melihat ini. 


Rasa-rasa jaman jahiliyah mulai kembali sedikit demi sedikit.


Selain membuat konten dan produk untuk mendukung kaum sesat ini, salah satu produk kesesatan adalah banyaknya komik gambar yang juga mendukung ini. Ya, saya tahu kegilaan ini memang parah, tapi sampai saya melihat sendiri hal tersebut…saya sampai speechless.


Manusia memang mempunyai sisi gelap daripada apa yang mereka sebut hantu kek, monster kek, binatang kek, justru manusialah yang menempati puncak tertinggi dari segala kengerian dan kesesatan.


Balik lagi kepada kaum woke, ternyata feminis sudah bergabung dengan agenda kesesatan mereka. Padahal saya bangga dulu mengaku feminis, karena saya ingin wanita juga mendapatkan pekerjaan dan gaji yang setara dengan lelaki. Punya kebebasan untuk memilih presiden, menjabat jabatan penting, suaranya didengar.


Namun, kenapa feminis sekarang malah mendukung transgender yang awalnya laki terus ‘afirmasi’ jadi perempuan dan membiarkan kaum ini menginjak perjuangan feminis yang awalnya murni untuk perempuan semata?


Heran saya, lihat atlet renang laki Lia Thomas yang nobody di bagian renang putra, tetiba ‘jadi perempuan’ dan menang di regu putri. I mean, kebohongan macam apa ini yang didukung penuh oleh orang-orang ini?


Kemana perginya para ‘feminis sejati’? Inti dari feminis bukanya adalah MEMBUKA MATA DARI KETIDAKADILAN TERHADAP PEREMPUAN?


Lha, ini mah, menutup mata.


Tambahan lagi si Dylan Mulvaney yang membagikan pengalaman ‘womanhood’. Coba, apakah mungkin tanah bisa berada di atas awan dan menumbuhkan pohon?


Ini pertanyaan keluar karena betapa absurd-nya bagaimana ini orang diterima dengan ‘baik’ karena membagikan pengalamannya menjadi wanita. Mana pula dia dirayakan dan menerima award yang kurang lebih sebagai representatif para wanita.


Ternyata, saya bohong duit buku 8 ribu bilangnya 10 ribu itu lebih baik dan masuk akal, ketimbang ini orang mengaku sebagai perempuan sejati.


Banyak yang juga sama parahnya dengan ini, seperti Matt Walsh versus gen z yang agresif dan tantrum karena kalah debat soal gender. Lawak banget, mereka jadi semacam freaks show gitu kalau tertampar dengan realitas….ahahaha asli ngakak pas mereka tantrum.


Ingin tahu tidak sih, siapa yang mulai melakukan agenda ini bagaimana kuatnya doktrin mereka sehingga orang normal sampai bertindak seperti itu?





Ketakutan Untuk Berbicara dan Menjadi Normal






Jujur nih ya, saya takut untuk menulis seperti ini. Maklum, virus sudah menyebar dan selalu ada yang berkuasa diluar sana. Tapi saya sedih, sampai ketakutan akan nasib anak-anak yang berada dengan orang tua atau lingkungan yang sesat.


Hati saya sakit sekali rasanya, karena saya juga punya ponakan-ponakan yang saya sayangi dan kalau  bisa nih, saya kasih bubble untuk melindungi mereka dari kejahatan orang lain.


Untungnya, masih banyak orang dengan pikiran waras di luar sana. Bahkan Putin sampai mengeluarkan perintah untuk melarang pernikahan sejenis. Demonstrasi melawan kesesatan besar-besaran di Kanada. Alhamdulillah banget, masih banyak manusia yang memilih berada di jalan terang.


People power itu nyata apalagi dari orang-orang yang benar. Etapi saya masih risau sih..wkwkwkwk


Pastinya ada banyak orang yang mempunyai ketakutan dan kekuatiran seperti saya di Indonesia ini. Yakin, negara ini memang tidak sempurna, tapi kita tahu kalau woke dan kaum alfabet adalah parasit yang harus diatasi.


Secara pribadi, saya tidak bisa mendukung kaum 3 alfabet awal (you know who), karena jelas selain dimata agama, bagi saya secara logika juga tidak benar. Tetapi, bagi mereka yang saya kenal, saya tidak bisa membenci mereka karena menjadi seperti itu adalah ujiian personal dari Tuhan secara langsung.


Apa yang saya vokal untuk menentang adalah ideologi yang merambah menghancurkan anak-anak, kehidupan dan nyawa orang lain hingga komunitas terburuknya, sebuah negara.








Saya merasa diri saya menjadi people pleaser bagi mereka yang saya kenal dan tahu mereka salah, dengan hanya berdiam diri saja. Apa daya juga, saya tidak bisa preaching setiap saat juga, kan.


Mungkin karena umur dan kesadaran yang diberikan oleh Tuhan, cara pandang saya juga berubah karena akhirnya Allah membukakan mata saya bahwa betapa berbahayanya kaum-kaum ini. Sumpah, saya sampai menangis, sedih karena kok, rasanya saya tidak mampu menolong mereka atau bagaimana…


Walau saya tidak tahu tujuan utama dalam hidup saya ini sebenarnya apa, tapi saya tahu saya tidak ingin melukai orang-orang yang saya sayang dan tidak ingin dilukai oleh siapapun. Pada akhirnya saya belajar dengan cara yang menyakitkan, saya sedang berusaha menghindari dan menolak apa saja yang termasuk dalam agenda sesat ini.


Berbie sedikit emosional, menulisnya jadi kemana-mana…semoga pembaca budiman  paham..ahahaha


I mean, tidak pernah saya bayangkan menjadi normal, mempunyai agama, ilmu pengetahuan dan melindungi anak-anak menjadi hal yang ‘salah’ di mata kaum sesat. Tuhan memberikan saya hidup yang cukup panjang sampai saat ini untuk melihat bagaimana dunia perlahan mulai hancur dan kononnya, bangsa besar seperti Amerika mulai digerogoti dari dalam.


Open minded bisa menjadi alat dan senjata makan tuan pribadi, saya belajar banyak dari itu. Kini, open minded bagi saya adalah bagaimana tetap berpegang pada pendirian saya, membuka mata dan berhenti menjadi naive, menolak doktrin manipulative hanya karena takut melawan arus, memahami bahwa memang ada hal yang tidak wajar.


Ah, berbie letih. 


Pokoknya, saya belajar banyak dari dunia dan kesalahan saya sendiri. Saya hanya hidup dengan baik dan melindungi ponakan-ponakan juga anak-anak serta siapa saja yang membutuhkannya. Bikin rindu, jaman saya kecil dulu, agenda ini belum ‘wujud’ secara massal sehingga kami, anak-anak dulu relatif aman melewati masa pertumbuhan kami.


Anyway, semoga pembaca memahami artikel saya kali ini karena saya menulisnya murni dari perasaan saya yang sedih dan ketakutan terhadap kegilaan dunia saat ini.


Sampai bertemu di artikel selanjutnya, salam baca karena baca itu adalah Iqra dan disuruh oleh Tuhan kita.


Silahkan nonton video dibawah ini ya..(siap-siap emosi dan menangis).
















You May Also Like

0 comments