Kehilangan Personal Branding, Padahal Inginnya Jadi Anonymous

by - September 30, 2023




  Walah, sepertinya September jadi bulan yang cukup produktif untuk Ann Solo. Siapa sangka, karena saya sendiri sebenarnya kecapean dengan kehidupan nyata (Ann Solo ini bukan bagian real life, ya?). 

Lalu apakah judul ini cukup menarik minat pembaca? Padahal saya menulis ini sembari menunggu penutupan seminar online mengenai personal branding. Saya sendiri cukup lelah, malah pengen jadi anonymous saja. 


Sepertinya tatapan mata dan perhatian dari orang-orang asing cukup menakutkan untuk saya. Tapi tenang, dapat duit yang banyak itu justru membuat saya berani. Apadah!




Ann Solo, Where Art Thou?!




Betul sekali, saya sedang mencari ‘diri’ saya sendiri meski awalnya Ann Solo adalah persona yang saya bangun dengan niat seru-seruan. Seperti plesetan dari Om Han Solo, Ann Solo adalah keponakannya yang menerbangkan Raven84 spaceship. Ya, begitulah inti dari pembuatan branding ini.


Kenapa saya memakai nama pena, karena saya suka. Ahahahaha well, saya memilih nama pena karena lebih lega. Bisa menghindari resiko bentrok dari ruang personal dan ruang pekerjaan. Jujur, menggabungkan kedua hal ini sangatlah tidak baik untuk saya, malah kadang salah chat room. Makanya saya punya dua nomor berbeda untuk keluarga dan teman terdekat saja, untuk pekerjaan/komunitas serta mereka yang bukan termasuk sirkel skena saya.


Terus, sudah setahun lebih ini saya kehilangan jati diri dari personal branding blog ini beserta pendukungnya di Instagram, Twitter/X, FB, TikTok (sudah berdebu sih, ini). Semakin lama saya semakin tidak tertarik berbagi di medsos kecuali di blog ini karena saya memang suka menulis panjang-panjang.


Apakah ini yang dinamakan muak dengan medsos? Sayang sekali, pekerjaan saya sedikit banyaknya masih melibatkan sosmed. Sedih sekali, namun ini adalah zaman dimana semua hal yang ada di internet saling berhubungan. Cuma secara pribadi, saya agak gerah dengan LinkedIn karena sudah berbeda.


Paling jauh juga, saya hanya bercerita mengenai diri saya pada teman-teman yang memang saya kenal in real life. Oleh karena itu, bercerita di sosmed dan sekarang LinkedIn (apalagi mengenai pekerjaan dan achievement), terasa seperti beban bagi saya. Anyway, seperti yang pernah saya ceritakan di artikel sebelumnya, hidup saya tidak menarik apalagi saya sudah berumur seperti ini, tidak banyak yang bisa untuk dibagikan dan dibanggakan..ahahahaha


Mungkin bawaan umur, banyak hal yang dulunya mungkin seru dan menarik, seakan datar saja. Contoh kecil, saya merasa traveling ke negara Amerika dulunya, cukup menarik, tapi sekarang dengan bahaya mengancam dan berbagai masalah di negara itu, ide perjalanan kesana terlihat seperti ide yang amat sangat buruk. Seram juga tiba-tiba random ketemu Karen dan orang-orang woke culture yang berbahaya.


Itulah contoh kenapa saya dan Ann Solo sekarang bagaikan acuh tak acuh. Ya, karena memang tidak banyak hal yang menarik lagi. Contoh lain dalam hal produk kecantikan yang menjadikan Ann Solo seperti yang di kenal (halah, macam iya aja!), saya sudah tidak terlalu tertarik ingin mengejar trend dan mencoba produk terbaru.


Berbie lelah begitu.







Kurang pasti trigger awalnya, kalau tidak salah, kulit saya mengalami break out yang cukup memprihatinkan sehingga saya memutuskan untuk berhenti dulu. Lama-lama saya malah jadi malas gerak…ahahaha nyaman sih, ya, sehingga masa rehat random yang beberapa bulan, molor hingga 1 tahun lebih.


Lucunya, molor ini membuat saya mempelajari dan menyadari beberapa hal. Ini adalah unpopular opinion dan disclaimer, adalah pendapat saya pribadi tanpa berniat menjatuhkan pihak manapun: lipstick memang banyak warna, tapi apapun brand-nya, punya warna yang kurang lebih sama begitu juga skincare, terkadang urutan nama komposisinya sama (walau bisa jadi takarannya berbeda), cuma nama dan brand saja yang menjadi pembedanya.


Please, don’t rajam me.


Just, it is how it is.


Nah, begitulah kenapa saya bisa merasa kehilangan ‘jati diri’ Ann Solo saat ini, karena diawali dengan break out dan rehat yang molor kepanjangan. Ahahahaha tapi memang ya, mungkin secara mental tanpa sengaja saya lelah dengan pekerjaan dimana saya harus menulis setiap harinya.


Kalau lelah, katanya pergi healing. Sudah, kok, tapi saya masih lelah apalagi mata saya yang kini berkacamata tebal, kalau tidak pakai, saya kesulitan membaca (hiks, curhat tidak penting). Kayaknya sih ini, tidak mempan healing seminggu dua minggu, healing tanpa pekerjaan paling tidak setengah tahun kali, baru saya bisa kembali..ahahaha maunya.


Etapi ya, katanya; bedakan hobi dan pekerjaanmu, itu harusnya saya terapkan, karena saya pernah berada di titik dimana saya seperti robot yang menghasilkan tulisan atau editing tulisan lain setiap hari, repetitive tanpa makna, yang tidak lagi membuat saya senang karena menulis adalah hobi yang levelnya sama tingginya dengan membaca dan ngomong ngaco sama para BFF saya. 


Jujur saja, saya ingin berganti karir, jadi petani jaman now atau pekerjaan yang tidak menuntut saya untuk berada di depan komputer dan menulis setiap hari. Saking lelahnya saya, mental dan fisik, sampai terbawa mimpi apa yang saya tulis hari itu dan kaki sampai kram. Semua huruf dan kata seliweran di otak walau saya tidur sekalipun, jemari sampai kram dan sakit berhari-hari (akhirnya beli keyboard external yang lebih luas).


Petani jaman now yang anti mainstream, yang seperti legal di Thailand…ahahaha kalau harus langsung berurusan dengan manusia asing ramai setiap harinya juga bukanlah opsi yang baik juga, secara saya introvert..ahahaha lelah begitu kalau harus interaksi sosial setiap hari, begitu pulang ke rumah rasanya baterai kehidupan ini kosong melompong.


Dampak menjadi ‘dewasa’ (kata halus dari menjadi tua)? Bisa jadi sih, tapi memang tidak menemukan lingkungan yang saya sukai. 


Then again, begitulah cerita saya kali ini, mau cerita hantu, saya penakut (tapi saya adalah salah satu dari tim……..). Mau cerita drakor? Lebih baik saya review TV series Ahsoka deh, minggu depan setelah episode terakhirnya, saya lagi tidak menonton drakor setelah drakor Mba Yoo In-na yang kocak-kocak slapstick itu. Korea pun, saya cuma nonton film dari Mas Kyungsoo, The Moon saja, ada tuh review-nya di blog ini.



Bye then, sampai jumpa di episode random ranting saya berikutnya. Budayakan membaca karena membaca itu adalah Iqra dan disuruh oleh Tuhan kita. Yay!






You May Also Like

0 comments