Wanita & Herstory Saat Ini

by - September 12, 2023


     


    Baru-baru ini saya secara random (macam biasa) menanyakan kepada seorang teman, siapa rockstar wanita tahun 90an kesukaannya. Hari itu saya merasa nostalgia, bahkan saya sampai menangis mendengar lagu-lagu dari The Cranberries. Selain lagunya memang sedih, kenyataan bahwa Dolores sudah tidak ada lagi, masih asing.

    Saya membesar di tahun 90-an yang saya anggap The Glory Days. Ketika menjadi seorang penyanyi dan band itu tidak mudah, saya menganggap mereka yang berada di zaman itu seperti Tori Amos, Alanis Morissette, Fiona Apple dan lainnya adalah mereka yang memang berbakat.

    Kebanyakkan dari seniman tersebut memang pandai memainkan alat musik, suatu bakat dan keinginan yang memerlukan disiplin serta pengorbanan yang tidak mudah. Kalau sekarang kamu mau mencoba bermain gitar, maka kamu tinggal mencari tutorialnya di YouTube.

    Dulu mana ada, tutorial paling dekat adalah dari abangers yang hobi gitaran di pos kamling.

    Anyway, kemana arah pembicaraan saya kali ini? Kurang tahu juga, saya cuma mau menulis artikel saja biar blog ini tidak kosong amat..huhuhu



Kaum Wanita dan Impian Kesetaraan Mereka





Kenapa perempuan sekarang berpakaian minim dan tidak malu?


Ini sebuah pertanyaan yang jawabannya bervariasi, tapi perlu diketahui jika sekiranya kamu nyasar kesini, saya menanyakan ini pada kaum perempuan saja karena merekalah yang bisa menjawab.


Kalau ini ditanyakan kepada saya, maka saya akan menjawab; karena memang ada fase dimana saya berpakaian ‘sedikit’ terbuka. Seperti yang sudah saya sebut diatas, saya membesar di zaman 90an dan 00an dimana saat itu Y2K lagi booming. 


Cukup beragam, saya bahkan pernah bergaya seperti Britney Spears, pamer udel. Rockstar dengan celana jeans gedombrang, sampai jadi emo. Ahahaha sebuah fase muda yang penuh eksperimen dan mengikuti trend saat itu.


Pasti kita semua mempunyai fase seperti itu apalagi di zaman muda, wajar saja. Cuma, entah kenapa sekarang menjadi terasa seperti ‘wabah’. Awalnya sebagai bentuk liberasi dengan memilih gaya sendiri, sekarang seperti ‘komoditi’ dan semacam ‘bare minimum’.


Mari coba saya jelaskan (semampu saya karena otak saya lebih cepat mencerna daripada mulut saya menguraikannya).


Pada zaman dahulu kala, di galaxy far far away, hijab contohnya dianggap sebagai atribut opresi bagi sebagian orang. Wajah dan bentuk tubuh yang tidak sesuai formula kecantikan baku merupakan suatu ‘aib’. Agak susah kalau dibilang aib, tapi inilah yang teman-teman saya katakan ketika kami tidak diundang ke party cool kids jaman then: kalian semua jelek, aib kalau ke party gue.


No kidding.


Pokoknya, sekarang itu berpakaian minim, twerking, doing nasty things yang menjurus ke hal-hal seksual itu sepertinya bukan barang baru. Dengan internet dan sosial media yang memberikan kebebasan ‘mutlak’ bagi penggunanya, kamu bisa menjadi apapun, bahkan mau ganti kelamin pun bisa karena teknologi sudah canggih.


Ahahaha saya agak keteteran menjelaskan maksud saya disini. 


I mean, zaman saya muda dulu, kami berpakaian seksi karena kami ingin, sedang fashion dan sure we can. Tapi sekarang seperti mencari keuntungan yang absurd. Ahahaha help me, I can’t put them in words.


Apa karena saya kurang tidur tadi malam, jadi kurang fokus? Saya agak pusing sih, ini.


Jadi, saya cukup merasa sedih sampai tidak nyaman melihat wanita yang vare their skin way way too much sampai tidak ada rahasia lagi. Seperti anggota keluarga Kardashian yang membeberkan segalanya tentang mereka di depan umum, saya yakin ada yang tahu letak tahi lalatnya Buk Kim karena seringnya dia bertelanjang di depan kamera.


Jengah juga dengan campaign yang menggalakkan wanita untuk free yourself dengan mengatakan obesitas itu tidak mengapa, you’re slay, savage, badass, and such. No. it’s not okay, at all, ladies.


Ya, memang body type itu bermacam ragam, tapi obesitas atau kurung kering bukan bagian dari tipe tubuh manusia. Itu mah, bagian dari penyakit.


Memamerkan tubuh tanpa konteks (tentu saja ada konteks, duh, sex, money and fame, sweetie!) juga buka dari feminis sejati. Setahu saya, feminis bukan berangkat dari ingin memakai thong atau skimpy dress sesuka hati, bukan, saya yakin deh.


Katanya kesal wanita jadi objek seksualitas, tapi sekarang malah menjadikan diri sebagai objek. Lalu marah kalau di goda, lha, situ yang pamer badan telanjang, tentu saja normalnya disambut pikiran mesum.


Coba, bagaimana payudara, vagina, bokong tidak mengundang hasrat? Dengan pose yang luar biasa? Apa yang mereka harapkan dengan itu? Karena memang pengundang nafsu itu sudah di setting dari pabriknya ya, di bagian tubuh khusus seorang manusia.


Reaksi pelecehan seksual suatu hal yang lain lagi, tidak seorang pun berhak melecehkan orang lain sesuka mereka (tidak peduli kamu pakai apa). Mereka yang dilecehkan, seratus persen salah, namun, yang dilecehkan juga harus bijaksana.


Kita tidak bisa mengendalikan orang lain, kita hanya bisa mengendalikan diri kita. Kalau kamu berpakaian dengan hanya sehelai benang dan pergi ke tempat umum, kamu jelas ingin menarik atensi dan validasi. Reaksi tersebut bermacam-macam, tapi ingat, kamu yang membawa diri kamu kepada titik itu.


Akan sangat dewasa jika kita menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi serta tempat kita berpijak. Pergi ke club dan berpakaian minim merupakan hal yang sesuai dengan layaknya tempat tersebut punya dress code. Bikini di pantai, wajar, kan, mau berenang dan sunbathing, masa pakai astronaut suit?


(Barbie lelah menjelaskan ini karena terlalu..capek…sampai bersin barusan)



Anyway, begitulah, saya percaya semua orang bisa menjadi jahat dan juga menjadi baik. Memang itu adalah tubuhmu, tapi hormatilah tubuhmu itu, kecuali kamu menjadikan tubuhmu sebagai objek tertentu, saya tidak ada komentar untuk itu.


Oya, saya mau bilang, saya tidak merasa memakai hijab itu sebagai bentuk opresi, biasa saja. Kadang saya berpikir, justru merekalah yang terlalu mengumbar tubuh mereka yang terkena opresi…dari kapitalis, pencucian otak dan masalah mental…


Just saying, jangan rajam saya..







Kemudian ini membawa saya pada rasa….


Capek rasanya feminis awal berjuang agar perempuan mempunyai cabang olahraga perempuan khusus, lha, kenapa tiba-tiba transgender bisa bersaing dengan wanita tulen.


Kemana so called feminist itu pergi? Kemana ideologi dan cita-cita serta perjuangan penuh darah, keringat dan air mata itu pergi?


Kalau mata hati tertutup, lelaki dibilang perempuan, sebaliknya. Yakinlah, cuma ada dua gender dari zaman Adam dan Hawa di surga, sampai akhir zaman nanti, cuma ada lelaki dan perempuan, tidak ada tukar-tukaran vagina dan penis.


Wahai perempuan, masihkah kita mau dibodohi dengan memasukkan I identify as a female ke dalam perjuangan yang susah payah kita dulu? Relakah kamu dibodohi dan dibohongi lagi?


Ah, saya lelah…dunia sekarang terlalu semrawut membuat saya takut akan keselamatan dan kewarasan saya dan mereka yang saya sayangi…












You May Also Like

0 comments