Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo




Siapa yang menantikan film live action Mulan? Saya! Saya! Saya! Juga pastinya banyak lagi penggemar Mulan yang dari pertama tahun kalau film ini akan dibuat, sudah antisipasi ingin menontonnya. Tapi apa daya, karena adanya pandemi global Corona ini, film ini diundur terus dan akhirnya masuk Disney+ mengingat banyak negara masih melakukan lockdown dan semua bioskop di dunia tidak berani membuka bisnis mereka saat ini.


Jadi kecewa ya, karena tidak bisa menonton di bioskop. Inisiatif Disnye untuk menayangkan film ini di platform nonton resmi mereka Disney+ membuat tidak semua orang mau menonton Mulan mengingat untuk mendapatkan akun Disney+, pemirsa harus membayar sejumlah harga untuk berlangganan. Jadi tidak heran menurut situs web iknowwhatyoudownload, Mulan menjadi film yang banyak di bajak tahun ini. Kalau menurut saya sih, semua film memang lagi banyak dibajak banget- banget karena tidak semua orang mampu berlangganan Netflix, Disney+, HBO dan lain- lain. Unsur tingginya pembajakan juga karena kita tidak bisa lagi menonton film di bioskop juga, kan.


Baca Juga :      REVIEW FILM GUNS AKIMBO, DANIEL RADCLIFFE MENGGANTI MAGIC WAND DENGAN SENJATA



Fakta Kontroversi Film Mulan





Mulai dari jalan ceritanya, pemilihan casting, tokoh love interest asli Mulan yakni Li Shang yang tidak muncul di live action dan malah digantikan tokoh lain hingga komen dari lead actress, Yifei Liu, membuat film Mulan ini jadi heboh dan kabarnya hingga diboikot. Padahal penggemar Mulan menanti- nantikan film ini sejak lama, ya. Yuk, simak apa saja kontroversi yang mengiringi film Mulan ini.


Komentar Yifei Liu tentang Hong Kong


Seruan untuk memboikot film dimulai ketika Yifei Liu membagikan ulang gambar yang diposting oleh People's Daily, sebuah surat kabar resmi Partai Komunis China. Gambar tersebut termasuk kutipan dari reporter Tiongkok Fu Guohao yang bekerja untuk tabloid milik negara Global Times dan kemudian diserang oleh pengunjuk rasa selama protes Hong Kong 2019-20: "Saya mendukung polisi Hong Kong. Anda bisa memukul saya sekarang. (Saya) malu untuk Hong Kong. " Ini memicu kontroversi internasional, dengan Liu dituduh mendukung kebrutalan polisi di Hong Kong. Tagar, #BoycottMulan, telah mulai menjadi tren mendukung pemboikotan film tersebut. Menanggapi kontroversi tersebut, Liu tidak hadir di D23 Expo 2019 dan hanya memberikan cuplikan eksklusif film tersebut kepada penggemar.


Baca Juga :      THE UMBRELLA ACADEMY SEASON 1




Hilangnya Tokoh Li Shang


Pada 27 Februari 2020, produser film Jason T. Reed mengatakan bahwa love interest Mulan, si  Kapten Li Shang dicabut sebagai tanggapan atas gerakan Me Too. Dalam pernyataannya, dia menjelaskan bahwa "memiliki seorang komandan yang juga merupakan minat cinta seksual sangat tidak nyaman dan kami pikir itu tidak pantas". 


Alasan di balik penghapusan tersebut disambut dengan reaksi media sosial dari penggemar film asli dan anggota komunitas LGBTQ, yang menganggap hubungan Shang dengan alter ego laki-laki Ping Mulan adalah biseksual. Reed awalnya terkejut dengan kritik atas pemecatan Shang, tetapi mengakui bahwa karakter tersebut telah menjadi "ikon LGBTQ", dan mengklarifikasi bahwa peran Shang akan diganti dengan oleh dua karakter baru, yaitu Komandan Tung dan Chen Honghui. 


Pada September 2020, Cynthia Vinney dari CBR menulis bahwa interaksi Honghui dengan Mulan "lebih homoerotik" daripada Li Shang dalam versi animasi dan juga "dapat dibaca sebagai biseksual". Lauren Puckett dari Harper's Bazaar menulis, "Beberapa penggemar memahami dan setuju dengan argumen #MeToo. Yang lain menganggapnya menyinggung, dengan alasan bahwa Shang tidak akan pernah menggunakan posisi komandonya untuk memaksa seorang wanita menjadi romantis. Dia menunggu sampai dia tidak lagi di bawah komandonya untuk mengejar hubungan romantis apa pun. Dan bagaimanapun, Mulan-lah yang naksir dia! Meskipun daya tarik [Honghui], dia hampir tidak memiliki rasa hormat yang sama padanya seperti Li Shang yang pemberani dan cantik."


Baca Juga :     REVIEW FILM THE GENTLEMEN, KETIKA BOS PENJUAL GANJA INGIN PENSIUN



Kurangnya keragaman (ras) dalam tim produksi Mulan


Banyak kritik yang mampir untuk kru film Mulan karena film ini memiliki tim produksi yang sebagian besar terdiri dari orang kulit putih, seperti p sutradara, perancang kostum, dan penulis skenario.  Disney menerima beberapa kritik pedas karena mempekerjakan sutradara kulit putih untuk film tersebut, daripada sutradara Asia.


Dalam wawancara Februari 2020 dengan The Hollywood Reporter, sutradara Niki Caro menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan "Meskipun ini adalah kisah Tiongkok (Cina) yang sangat penting dan berlatar dalam budaya dan sejarah Tiongkok, ada budaya lain yang berperan di sini, yaitu budaya Disney. , dan bahwa sutradara, siapa pun mereka, harus mampu menangani keduanya - dan inilah saya. "


Sedangkan pada wawancara Agustus 2020 dengan Film School Rejects, Caro menanggapi lebih lanjut kritik tersebut, dengan mengatakan" Pertama, saya menolak ide bahwa Anda memberi tahu seseorang yang dapat menceritakan suatu kisah. Kedengarannya seperti penyensoran bagi saya. Seorang seniman akan mengekspresikan diri, dan beban tanggung jawab ada pada seni. Itu akan dinilai - dan harus dinilai. Yang lain Sisi lain adalah bahwa orang yang lebih beragam perlu diizinkan untuk bercerita, itulah yang terjadi. Orang yang dipekerjakan untuk semua jenis cerita harus lebih beragam, tidak hanya orang kulit putih yang dipekerjakan membuat film, tidak peduli apa masalah subject adalah. Budaya kita akan menjadi lebih kaya karena semakin banyak keragaman, dan seni, film, televisi, akan menjadi lebih baik. Semakin banyak percakapan ini dilakukan, semakin banyak seniman yang beragam diberi kesempatan. "


Nah, lho?


Baca Juga :     REVIEW FILM GUNS AKIMBO, DANIEL RADCLIFFE MENGGANTI MAGIC WAND DENGAN SENJATA



Syuting film Mulan di Xinjiang


Kritik juga ditujukan pada fakta bahwa pembuatan film dilakukan di provinsi Xinjiang, di mana kamp-kamp penguburan yang berisi hingga satu juta warga etnis Turki berada. Di akhir kredit, film tersebut memberikan ucapan terima kasih khusus kepada beberapa entitas pemerintah di Xinjiang, termasuk Biro Keamanan Umum Xinjiang di Turpan, yang mengoperasikan kamp interniran, dan beberapa komite lokal dari Departemen Publisitas Partai Komunis China. . Biro keamanan publik di Turpan ditambahkan ke dalam daftar tersebut yakni "Daftar Entitas" Biro Industri dan Keamanan pada Oktober 2019. 


Menurut Reuters, setelah kontroversi tentang hubungan film tersebut dengan Xinjiang meletus di luar negeri, pemerintah China memerintahkan media massa untuk tidak meliput pembebasan Mulan. Pada konferensi 10 September, CFO Disney, Christine McCarthy mengatakan bahwa "hampir keseluruhan" dari film tersebut diambil gambarnya di Selandia Baru, tetapi 20 lokasi di China digunakan untuk "secara akurat menggambarkan beberapa lanskap dan geografi unik negara tersebut". 


Dia menambahkan bahwa kontroversi tersebut telah "menimbulkan banyak masalah bagi [Disney]". enator AS Josh Hawley mengirim surat kepada Bob Chapek, antara lain, meminta klarifikasi tentang keterlibatan pemerintah China dalam film tersebut.  Yayasan Hak Asasi Manusia (Human Rights Foundation) juga mengirim surat kepada Chapek meminta Disney untuk mengutuk pelanggaran hak asasi manusia dan mempertimbangkan untuk menyumbangkan sebagian dari pendapatan film tersebut untuk mempromosikan hak asasi manusia di Xinjiang.




Review Film Mulan


Bukan main, ya, beratnya film Mulan ini dari hampir semua sisi terasa salah melulu. Sedangkana review saya mengenai film ini sendiri adalah :


  • Yifei Liu cantik sekali, kalau Mulan adalah tokoh nyata, maka aktris ini sudah sangat tepat menjadi Mulan.
  • Somehow ada hal yang kurang, mulai dari hilangnya tokoh Li Shang digantikan love interest baru Chen Honghui hingga kok, Mulan jadi punya adik perempuan? Bahkan sang tokoh Naga, si Mushu jadi tidak ada.
  • Mushu mungkin digantikan dengan toko burung Pheonixy  yang muncul sebagai spiritual guide tanpi tidak memmpunyai dialog.
  • Chi, apaan itu chi? Too much, chi? Apaka chi bisa powerfull sampai segitunya? Bahkan kalau tidak salah, saya melihat banyak komentar kesal mengenai 'powerufull chi' ini dari penonton Cina sendiri.
  • Ada Donnie Yen si IP Man (hottie!) dan Gong Li yang juga cantik dan legend sekali.


Ditayangkan secara resmi tanggal 4 September 2020 kemarin setelah diundur 3 kali, Mulan membuat para penonton yang tidak bisa berlangganan Disney+ mau tidak mau harus memutar otak untuk dapat menontonnya. Meskipun begitu, apakah film ini worth watching? Ini saya kembalikan kepada penonton semua.






Saya mendengar istilah kandungan retinol ini sudah sejak lama dan seringnya di dalam grup penggemar skincare dan kosmetik yang saya ikuti, mengatakan bahwa ibu hamil sebaiknya menghindari skincare yang berbahan retinol. Tidak bagi bagi kandungan, gitu. Karena mendengar ini, saya pun penasaran mencari tahu apa sih, retinol ini.


Saat ini retinol sedang naik daun, kalau kemarin kita lagi heboh banget dengan centella asiatica atau cica yang menjadi 'jualan' banyak skincare merek luar negeri maupun lokal, lalu niacinamide atau B5 yang juga ikutan jadi star ingredients. Kini retinol ikutan muncul dan banyak local brands yang membuat line retinol khusus seperti Avoskin yang menjagokan 2 produk yakni toner dan serum.


Sebagai skincare enthusiast, saya juga penasaran ingin mencoba karena klaim retinol yang dreamy banget mulai dari mengatasi dan mencegah tanda penuaaan (anti- aging), mengatasi jerawat, breakout, menyamarkan visible pores, menghaluskan dan meratakan tekstur kulit dan klaim lainnya yang sangat menggiurkan. Siapa yang tidak terpengaruh? Apalagi saya yang punya teksur kulit yang bikin dongkol; cepat digerogoti komedo, terasa kasar hingga kusam, menggelap padahal tidak kena matahari.


Berpegang pada klaimnya yang 'dreamy' nan aduhai itu, maka saya pun mencari tahu beberapa merek lokal yang mengeluarkan serum retinol, sejauh ini saya menemukan 4 serum retinol lokal yang akan saya masukkan ke dalam wishlist saya (entah kapan itu akan terwujud, semoga secepatnya).



Baca Juga :   REVIEW CENTELLA ASIATICA ESSENCE - ELIZAVECCA, MS GLOW DAN L'OREAL REVITALIFT



Mengenal Retinol Kandungan Skincare Anti-Aging Terbaik 2020




Seperti yang saya kutip dari Wikipedia, Retinol, juga dikenal sebagai vitamin A1-alkohol, adalah vitamin dalam keluarga vitamin A yang ditemukan dalam makanan dan digunakan sebagai suplemen makanan.  Sebagai suplemen, ia dicerna untuk mengobati dan mencegah kekurangan vitamin A, terutama yang menyebabkan xerophthalmia. Jadi disini retinol lebih ditekankan pada jenis vitamin yang dikonsumsi langsung ke dalam tubuh. Retinol ditemukan pada tahun 1909, diisolasi pada tahun 1931, dan pertama kali dibuat pada tahun 1947. Sebagai obat, retinol masuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia serta tersedia sebagai obat generik dan dijual bebas.


Sedangkan sumber dari WebMD yang saya kutip : Retinol adalah kandungan yang ditambahkan ke krim yang menempel di kulit Anda untuk membantu meningkatkan jumlah kolagen yang dibuat oleh tubuh Anda dan mengencangkan kulit, mengurangi garis-garis halus dan kerutan, juga meningkatkan warna dan warna kulit dan mengurangi bercak berbintik-bintik. Menggunakan produk berbahan dasar retinol dapat membuat lapisan atas kulit Anda kering dan bersisik. Cara terbaik adalah mengaplikasikannya pada malam hari dan memakai pelembab dan tabir surya keesokan harinya. 


Menurut artikel dalam Good Housekeeping pula : dalam perawatan kulit, retinol adalah versi OTC dari tretinoin dalam dosis yang lebih kuat, juga dikenal sebagai asam retinoat, yang sering diresepkan oleh dokter kulit untuk pengobatan jerawat dan tujuan anti-penuaan. Retinol dan asam retinoat termasuk dalam kelompok turunan vitamin A yang disebut retinoid. 


Meskipun retinol dapat menyebabkan manfaat yang serupa dengan asam retinoat yang diresepkan, ia lebih lemah dan karenanya tidak menyebabkan iritasi. Beberapa dokter kulit menyarankan untuk memulai dengan retinol agar kulit Anda menyesuaikan diri dengan bahan tersebut. Tetapi Anda tidak perlu menggunakan retinoid berkekuatan resep untuk mendapatkan manfaatnya. Selain itu, retinol tersedia dengan harga yang lebih murah daripada harga asam retinoat khusus yang memerlukan resep dari ahli dan Anda tidak perlu menjadwalkan kunjungan dokter untuk menggunakannya.



Baca Juga :     REVIEW AXIS-Y TONER DAN AMPOULE - SKINCARE BARU ASAL KOREA



Efek Samping Pemakaian Skincare Mengandung Retinol


Pada umumnya Retinol aman untuk semua jenis kulit, tetapi beberapa orang mungkin akan mengalami  efek samping seperti kulit yang menjadi kering, kemerahan, dan iritasi, yang umum terjadi terutama jika kita baru pertama kali menggunakan retinol.  Karenanya, cara yang terbaik adalah memulai dengan bertahap.  Selain itu, karena retinol meningkatkan pergantian sel yang mendorong kulit baru yang halus ke permukaan, hal ini berpotensi menyebabkan kulit menjadi lebih sensitif terhadap matahari. Makanya penting sekali untuk mengaplikasikan tabir surya setiap hari saat menggunakan retinol.


Baca Juga :      CLEANSING BALM LOKAL TERBAIK DAN TERJANGKAU



4 Serum Retinol Lokal Terbaik 


Setelah saya cari informasinya kesana- kemari (ulang alik baca semua artikel, gitu), saya memutuskan 4 serum retinol lokal yang ingin sekali saya coba, yakni :



Avoskin Miraculous Retinol Ampoule




Menurut keterangan resmi langsung dari situsnya : This Ampoule contains Retinol, Peptide, Vitamin E, with green tea extract and raspberry that work optimally to stimulate regeneration of new skin cells thereby increasing the production of natural collagen in the skin. Serves to diminished fine lines, maintain skin elasticity, and brighten the skin. Review serun ini sudah lumayan banyak meski ternyata ini produk terbaru dari Avoskin, saya sendiri juga sudah mencoba Miraculous Retinol Toner dan nantikan review toner ini diawal bulan nanti, ya. Hanya saja saya masih penasaran dengan serum atau ampoule-nya, nih.



For Skin Sake Retinol Serum







FSS atau For Skin Sake adalah brand lokal yang ingin saya coba semua produknya sayanganya belum sempat kesampaian hingga saat ini (masih menabung, akutuh). Salah satu produk yang paling ingin saya coba ya retinol serum-nya yang ternyata banyak disukai banyak orang dan di rave oleh banyak beauty enthusiast.


Baca Juga :        REVIEW WATER BASED FACIAL WASH YANG BISA DIBELI DI DRUGSTORE/ONLINE



Votre Peau Retinol Serum




Satu lagi local brand yang paling ingin saya coba, ya, Votre Peau ini karena banyak sekali rekomendasi dan review yang memuji brand ini mulai dari serum vitamin C hingga sunscreen-nya. Bahkan produk niacinemide terbaru dari Votre Peau sedang trending ya, masih, saya harus menabung dulu untuk beli. Hiks.




Somethinc Level 1% Retinol




Rasanya dari 4 serum ini, Somethinc yang paling affordable dengan harga Rp 155.000 dibandingkan 3 serum diatas yang dibanderol diatas 200 ribu. Tapi, tetap belum kebeli. Hiks. Padahal saya sudah beli peeling serum dan coba sedikit serum niacinemide-nya. Cuma somehow kurang greget, namun bukan berarti saya berhenti mencoba merek ini, malah saya kepengan coba semuanya. Arkh!



Kontroversi Retinol Untuk Penggunaan Skincare


Sayang sekali deh, saya lupa artikel yang dulu saya baca tentang kontroversi retinol di dunia kecantikan. Sejauh yang saya ingat artikel itu mengatakan kalau belum ada riset ilmiah pasti mengenai khasiat atau klaim khusus retinol yang dipakai sebagai bahan skincare. Berhubung saya bukan sumber yang tepat untuk mengemukakan pendapat mengenai ini, kalian bisa baca link artikel The Retinol Controversy ,  The Truth About Retinol — A Powerful Yet Controversial Ingredient dan di artikel Skincare: The Vitamin A Controversy.


So far saya hanya menemukan 4 retinol serum dari leading local brands, tapi saya masih ingin mencoba mereka- mereka lain sekiranya mereka juga mengeluarkan produk retinol juga. Kalau pembaca Ann Solo punya produk lokal retinol andalan, please banget, tolong share di kolom komentar, yak. Juga nih, kalau kalian punya informasi tambahan mengenai retinol, sekali lagi please share karena saya juga masih mempelajari kandungan ini. 


 


 

Cica atau Centella Asiatica ternyata masih merajai dunia skincare hingga tahun ini bahkan banyak brand lama maupun baru berlomba- lomba mengeluarkan produk dengan kandungan cica mereka sendiri. Sebelumnya saya sudah menulis mengenai toner Elizavecca yang di klaim berbahan murni 100% centella asiatica.

Saya juga sudah mengulas toner lokal yang mempunyai daun cica di dalamnya, yakni dari merek lokal N'Pure. Jadi tanpa saya sadri saya mempunyai 4 toner dengan main ingredient si cica ini, cuma sayangnya N'Pure telah lama habis dan saya tidak bisa memotonya bersamaan 4 brand ini. Lalu bagaimana pengalaman pemakaian ke-3 toner cica ini? Yuk, simak review-nya dibawah ini.

 

 

Review L'Oreal Revitalift Crystal Micro-Essence


 


Somehow saya agak bingung, karena tekstur produk ini sangat cair layaknya toner biasa tapi dipasarkan sebagai essence. Setelah cari infonya, ternyata banyak yang mengatakan ini sebagai first essence, jadi tidak heran kalau teksturnya cari sekali. Ah, pandai sekali orang- orang pemasaran produk ini, ya.

Klaim dari L'Oreal sendiri adalah :

 

"Menyerap hingga 10 lapisan*, Revitalift Crystal Micro-Essence mengandung Centella Asiatica dan memiliki Skin Brightening Actives yang dapat membantu mempercepat proses peremajaan kulit, menyamarkan tampilan pori serta menghaluskan tekstur kulit agar wajah terasa lebih halus dan tampak muda. Gunakan setelah membersihkan wajah. Jangan puas dengan kulit cerah, dapatkan kulit tampak sebening kristal!
Hasil yang didapat mungkin berbeda-beda tergantung pengguna".

 

(ini saya copy langsung dari website resmi mereka)

 

Produk ini sempat bikin heboh saat keluar akhir tahun lalu (kalau saya tidak salah, ya) dan yang saya pikirkan saat itu; wah, L'Oreal akhirnya ikutan trend cica juga, nih. Pertamanya mereka mengeluarkan essence dengan tutup perak ini untuk mereka yang berkulit kombinasi berminyak meski tidak disebutkan secara langsung. Tidak lama kemudian versi botol tutup merah pun keluar walau gaungnya tidak sebesar tutup perak. Ternyata setelah dicek lagi, si tutup merah untuk mereka yang berkulit kering.

Sedangkan hasil pemakaian :

  • Wanginya keterlaluan, semerbak, seolah- olah membasuh muka dengan parfume
  • Waspada bagi mereka yang alergi pewangi dan mudah sesak nafas
  • Untungnya tidak membuat kulit saya breakout ataupun merah meski terasa panas dibagian philtrum
  • Aman dilayer dibawah sunscreen dan makeup
  • Masih mengandung alkohol diurutan ke-3 mungkin itu yang membuat parfume-nya terasa nyegrak
  • Kulit memang terasa kenyal tapi mungkin itu efek dari rutin step skincare gabungan lain
  • Pemakaian tunggal memberi kesan kulit terasa plump namun tidak cukup lembab



Baca Juga :      Review 3 Toner Lokal : NPure, Avoskin dan The Bath Box



Review Elizavecca Centella Asiatica Extract 100%


 


Rasanya inilah satu- satunya toner murni cica tanpa tambahan bahan- bahan lain, setidaknya itu yang tertulis dikemasan produk ini. Saya mendapatkan produk ini saat mendapat tawaran kerjasama dari pihak Elizavecca. Siapa sangka toner ini malah jadi holy grail saya yang membuat saya bingung cara membelinya karena Elizavecca masih susah ditemukan disini terlebih lagi toner ini ya.

Toner ini aman untuk penderita fungal acne, bebas paraben, sulfate, alcohol maupun silicone. Jadi memang bahan utamanya tok, centella asiatica semata. Keren juga, ya. Kadang harus saya akui, saya merasa kesal kalau suatu brand mengaku mengandung cica dan meletaknya sebagai judul produk, eh tapi begitu dilihat kembali, cica-nya berada di urutan akhir atau yang kesekian dari banyaknya bahan kandungan lain. Jengkel ga, sih?

Sedangkan hasil pemakaian : 

 

  • Membantu meredakan kulit saya yang meradang, merah dan lagi jerawatan
  • Cocok untuk menjadi first layer sebelum tahap skincare atau makeup selanjutnya


Baca Juga :     Review Elizavecca Centella Asiatica & Galactomyces Toner

 

 

MS Glow Deep Treatment Essence


 


Kudos to MS Glow karena juga mengikuti perkembangan dan inovasi terhadap produk mereka (walaupun saya belum pernah memakai produk MS Glow sebelumnya..ahaha). Jujur saja saya semmpat skeptik karena saya bingung dengan nama merek ini dengan merek pemutih abal- abal yang pernah diceritakan teman saya dulu. Ternyata sudah resmi terdaftar di BPOM ya, jadi rasanya akan lebih aman dan punya kredibilitas.


Sedangkan hasil pemakaian : 

 

  • Masih mempunyai wangi meski tidak nyegrak
  • Slightly thick, antara cair dan agak kental tapi mudah menyerap
  • Apakah daun- daun yang hijau dalam kemasannya adalah cica? 
  • Sayangnya masih kurang lembab saat saya mencoba memakainya tunggal
  • Kulit memang terasa kenyal, tapi tidak bertahan lama 
  • Bersamaan itu kulit terlihat bersih (mungkin juga karena essence ini cocok dengan 'adonan' skincare saya yang lain)
  • Botolnya dari kaca yang lebih travel friendly

 

Baca Juga :    Review Water Based Facial Wash Yang Bisa Dibeli Di Drugstore/Online


 

Kesimpulan

Dari 3 essence/toner diatas, saya lebih memilih MS Glow jika ingin repurschase mengingat kemasannya yang lebih aman dan mudah didapatkan meski money wise tidak lebih murah. Revitalift terlalu menyengat sehingga saya tidak sanggup memakainya tiap hari dan masih terasa perih di bagian philtrum. Elizavecca sendiri sebenarnya perfect kalau lebih mudah didapatkan di Indonesia, affordable dan botolnya bukan kaca (tapi berasa 'aura' SKII ya? ahaha).

Secara pribadi saya akan terus berusaha mencoba bermacam produk skincare yang mengandung cica baik itu asli atau hanya gimmick saja..ahaha. Bagaimana dengan pembaca Ann Solo yang budiman, apakah kalian punya produk cica andalan? Yuk, share di kolom komentar dibawah, yak!

 


 

 


 

Dulu saya pernah mencoba cleansin balm Korea, tapi saat itu saya tidak begitu suka akan hasil dan rasanya di kulit saya. Kini selain merek lokal menggeliat dengan produk, ingredients dan packaging yang mengikut zaman, plus sudah tentu ada BPOM resmi, cleansing balm juga menjadi skincare item yang turut booming.

Sebelumnya kita membersihkan make-up dengan milk cleanser yang duh, greasy, repot, memakan banyak kapas, lalu ke micellar water yang sempat trending sekali dan kini cleansing balm. Awalnya mulai dari ingin meringkas pembersihan make-up lebih cepat dan hemat kapas, menjadi 'hanya 1 kali swipe' yang masih memakai kapas namun dengan jumlah lebih sedikit sampai ke menghapus make-up perpaduan cleansing balm dengan handuk (yang reusable) atau langsung dicuci bersih pakai air.

Mungkin awalnya untuk menghemat kapas dan mengurangi limbah ya, jadi pakai handuk. Tapi saya sendiri kurang suka membersihkan, mengelap muka dengan handuk. Karena selain rasanya kasar, juga tidak praktis. Meski memang handuk kecil, masa sih, setiap pakai cleansing balm, saya harus mencucui handuk lagi. Tidak mungkin juga 1 handuk untuk seminggu pemakaian. Ya, jorok!

Mencuci handuk jadi lebih boros dan lebih banyak menambah limbah detergent. Nah, lho?


Baca Juga :     Review Water Based Facial Wash Yang Bisa Dibeli Di Drugstore/Online


Makanya dari awal saya kurang sreg dengan cleansing balm karena repot! Belum lagi teksturnya yang lengket, oily, greasy dan meleleh. Ah, repot.

Tapi ya, sebagai beauty blogger yang masih 'meniti karir', saya mau tidak mau harus mencoba apa saja yang sedang hype setiap saat di dunia kecantikan. Beruntung sekali saya mendapatkan kesempatan untuk mencoba 2 cleansing balm dari 2 merek lokal terbaik dan terjangkau dari Indonesia.

 

 

 Fanbo All-in-One Deep Cleansing Balm - Lemon

 
IU Nature baru keluar dari kulkas, jadi tidak begitu cair di foto ini, aslinya cair oily banget


Siapa yang tidak kenal local brand legendaris asal Indonesia ini? Walau mengikuti zaman, Fanbo masih mengeluarkan produk- produk jadul legendaris mereka, lho. Bedaknya saja masih ada yang 8 ribu. Tahun ini Fanbo juga banyak mengeluarkan produk skincare & make-up. Salah satunya cleansing balm yang bisa dipilih karena ada 3 varian, warna hijau, pink dan kuning ini.

Ini hasil pengalaman saya yang bikin saya salut sama merek legend yang masih terus maju mengikuti zaman dan mengeluarkan inovasi baru ini :

  • Kemasannya ketjeh syekali, ada spatulanya yang bisa dilekatkan kembali ke lid/tutup kemasan yang membuatnya praktis. Kudos untuk tim design packaging dari Fanbo. Benar- benar praktis karena kita tidak harus kecarian atau bingung mau meletakkan spatula dimana.
     
  • Saya memang tidak suka produk kecantikan yang mempunyai wangi, tapi ini wanginya lumayan nyegrak untuk hidung saya. Seger sih, wangi lemon. Tapi saya masih harus menahan nafas kalau sedang memakai cleansing balm ini.
     
  • Make-up luruh, ruh, ruh, dengan baik. Semasa menggosok wajahpun, tidak terasa kesat atau gatal.
     
  • Masih terasa ada lapisan film/greasy walau sudah dibersihkan. Saya pasti akan lanjut cuci muka dengan water based cleanser sesudahnya.
     
  • Sayang sekali harus dihapus dengan handuk kering atau kapas, masih repot.
     
  • Tekstur-nya balm-ish yang stabil disuhu kamar saya yang panas dan tidak meleleh.

 

 

 Baca Juga :    Review 3 Toner Lokal : NPure, Avoskin dan The Bath Box

 

 

 IU Nature Jaganing Wanci Cleansing Balm


 

Awalnya saya tahu merek ini dari toner Senandung Hujan-nya yang di rave di Instagram dan sudah set bakalan coba beli bersamaan dengan cream-nya. Ternyata IU Nature punya produk lain yakni cleansing balm. Oya, dari foto tekstur diatas, IU Nature terlihat lebih padat karena baru keluar dari kulkas, sedangkan aslinya ia lebih cair sampai runny begitu.
 

  • Datang dengan spatula yang panjang cuma karena tidak punya tempat letak khusus, si spatula pun hilang diantara meja rias.
     
  • Teksturnya balm-ish tetapi mudah sekali meleleh kena suhu ruangan apa lagi suhu kamar saya, maka dari itu saya menyimpannya di kulkas.
     
  • Mudah larut di kulit, jadi lebih terasa mengoleskan minyak lembut sembari pijat ringan.
     
  • Warnanya kuning! Khas Indonesia banget yang suka kuning rempah, untungnya kulit tidak ikutan kuning juga.
     
  • Ini bagian yang terbaiknya; di bilas dengan air dan efek bersihnya lembab, tidak terasa oily dan berasa habis pakai facial wash yang membuat kulit terasa bersih dan lembab. Aneh memang. Saya sampai bingung dan berkaca, ini placebo efek atau apa, tetapi ternyata beneran. Kudos untuk Kang Bebeb (admin nyambi owner-nya)!
     
  • Bagian meluruhkan cleansing balm dengan air adalah bagian yang membuat saya memaafkan teksturnya yang kuning, mudah cair dan tidak ada tempat simpan spatula ..ahahahaha



Baca Juga :   
Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon

 

 

Harga Cleansing Balm Lokal


Rasanya kedua cleansing balm ini berharga masing- masing tidak lebih dari Rp 60.000. Netto keduanya juga 30 ml. IU Nature dikemas dalam glass jar kekinian sedangkan Fanbo dalam kemasan plastik. Kalau untuk traveling sebaiknya bawa Fanbo karena lebih stabil dan tidak bocor. Sayangnya IU Nature rentan bocor dan merembes.

Lalu bicara repurchase, saya lebih memilih IU Nature karena lebih praktis, tidak perlu kapas mau pun handuk. Lebih masuk akal untuk dibawa traveling kalau, IU Nature bisa mengemasnya dengan lebih aman dan mengubah teksturnya lebih stabil. Serius deh, pembaca saya yang budiman harus coba cleansing balm IU Nature karena bikin kaget!

Baca Juga :   Review Axis-Y Balanced Gel Cleanser & Dark Spot Correcting Glow Serum






Secara random saya ketemu sebuah konten mengenai gaya hidup minimalist yang sedikit mempunyai topik yang sebelumnya (seingat saya) belum pernah saya dengar dari podcast atau konten minimalist lainnya. Kalau rata- rata pembicaraan minimalist menyinggung pembelian dan penggunaan pakaian, YouTuber ini memberikan sedikit ‘warna’ dengan mengatakan bahwa ia sekarang lebih memilih pakaian yang lebih sesuai dengan warna kulit dan personal style-nya.

Iya sih, kebanyakan minimalist lebih menekankan jumlah pakaian seminimum mungkin dan, warna dasar seperti hitam, putih dan abu. Somehow saya belum ketemu minimalist yang warna- warni pelangi atau saya masih kurang mencarinya. Tapi intinya minimalist sekarang identik dengan serba minim dan warna pakain dasar yang seakan terasa, kurang greget.

Sebenarnya minimalist itu sendiri bukan berarti menghilangkan warna, hanya saja bagi beberapa konsep, warna yang terlalu banyak bisa membawa kecemasan dan memberi image yang sangat berisik. Makanya mungkin warna- warna minimalist lebih cenderung kepada warna- warna yang kalem, subtle dan datar (?).

Balik lagi kepada YouTuber yang saya lupa siapa namanya tetapi berhasil memberi saya ide, saya terpikir untuk memakai warna- warna yang lebih flattering di kulit saya dan personal style saya sendiri. Hanya saja, tidak mudah menemukan warna yang pas untuk saya di antara banyak warna dan Pantone (ahahaha sekarang bagi saya warna dan pantone itu 2 hal berbeda tetapi tetap warna, bingung ya?).

Kalau bicara zodiac, saya berada dalam naungan Capricorn yang mempunyai elemen tanah. Jadi harusnya saya lebih sesuai dengan warna- warna earthy tone dan mungkin sedikit warna laut/air karena Capricorn itu kambing laut. Aneh memang, kambing dengan ekor ikan dan hidup di dataran tapi pandai berenang? Silahkan pikir sendiri.


Baca Juga :    #Minimalism Menentang Arus & Pertolongan Pertama








Menurut teman saya, saya cocok dengan warna- warna navy dan light blue, sedikit pink, range warna hijau dan kuning. Sayangnya tidak semua warna coklat atau earthy tone sesuai dengan saya, jadi pewarnaan berdasarkan zodiac dan elemennya memang tidak bisa menjadi panduan.

Sedangkan secara ‘logika’, warna yang sesuai dengan kita bisa dilihat dari undertone kulit kita. Undertone sendiri umumnya terbagi tiga; cold, neutral or warm. Saya berada pada tone neutral dengan wajah condong pada cold tone dan tubuh condong ke warm tone.

Complicated memang. Karena keseluruhan tubuh kita tidak mempunyai 1 tone saja melainkan bisa campuran dari ketiga-nya. Ini yang membuat mencari warna yang sesuai menjadi lebih sulit.

Pada dasarnya saya lebih banyak memakai pakaian dan hijab yang polos saat ini. Berbeda dengan beberapa tahun lalu, saya lebih memilih hijab dengan motif- motif yang meriah karena tren saat itu memang meriah. Tapi sejak 4 tahun ini saya lebih banyak memakai warna- warna polos meski terkadang juga memakai hijab motif dengan paduan pakaian polos.

Karena rasanya warna- warna polos akan terlihat less troublesome kalau dipadu padankan. Namun ya, tentu saja tidak selalu begitu. Kadang saya membeli warna ‘Pantone’ yang begitu unik sampai saya sendiri tidak tahu mengelompokkan warna itu entah biru, hijau atau ungu. Maka dari itulah, warna- warna yang membingungkan itu saya sebut Pantone saja seolah- olah warna itu baru ditemukan dan tidak pernah ada sebelumnya.

Padahal tidak begitu sih, kan yang menciptakan warna adalah Tuhan, kita hanya baru bisa melihat jelas semua tones dan hues dengan bantuan teknologi saat ini..ehehehe


Baca Juga :    #Minimalism And Decluttering Fashion Items








Lalu, lalu, saya juga mempunyai beberapa pakaian bercorak mulai dari bunga- bunga, abstrak dan absurd hingga geometric yang sebaiknya dipakai saat sedang trend saja (kalau dipakai saat bukan trend, entah kenapa terlihat tacky dan outdated banget, aduh, sorry!). Saya juga masih struggling dalam memadukan pakaian saya jadi kadang saya heran saat saya menang sebagai well dressed person atau dapat pujian karena dibilang berpakaian sangat baik.

Ketawa juga, tapi bersyukur juga, bagus juga orang- orang melihat sisi yang baik itu dari saya. Aslinya saya sendiri memang suka fashion dan kadang- kadang sok tahu sekali..ahahaha padahal saya cuma tahu apa yang menarik dan padan saja. Meski memang saya sering bereksperimen dalam fashion, selebihnya saya pakai apa saja yang nyaman karena saya mau point kenyamanan dan kepraktisan over style jadi nomor 1.

Makanya banyak orang- orang minimalist terlihat nyaman dengan fashion dan pemilihan warna mereka, itu karena mungkin mereka tidak harus mikir banyak kalau ingin keluar rumah, kali ya? Pakaian kerja, pakaian nongkrong, pakaian tidur apapun itu- ya hitam, putih atau abu- abu saja. Simple memang. Tapi memikirkannya saja saya sudah jemu. Arkh!

Terlebih lagi saya benci sekali warna abu cenderung silver, so tacky! Mengingatkan saya pada zaman fashion disaster saat SMU dulu, al maklum saat itu kita memasuki milenium baru yang 1 dunia demam dilanda anything silver futuristic style. Termasuk saya. Ya sendal, sepatu, sampai jaket pun ada silver-nya. Arkh!

Okay, lupakan masa 2000 itu, dimana Spice Girls pun ikutan futuristic. Arkh!

Kembali ke saat sekarang ini, saya rasanya akan terus berusaha mencari item dan warna pakaian serta style yang lebih sesuai dengan saya. Susah memang, terlebih lagi disaat yang bersamaan saya harus berpikir logika dengan membeli yang essentials saja dan mengehemat duit (yang tidak banyak ini) namun juga fashionable. Kalau bisa dengan warna- warna ‘meriah’ pula.

Okay, mungkin saya akan kembali lagi untuk update mengenai perjalanan minimalist saya di blog ini. Sejauh ini saya sudah berhasil menyingkirkan banyak barang seperti mendonasikan ratusan buku (yearp!), pakaian- pakaian, sepatu dan barang- barang remeh temeh yang tidak spark joy selain nimbun debu.

Semoga saja saya bisa menepati niat ini dengan menampilkan foto kondisi saya sudah sesuai dengan konsep minimalist saya sendiri suatu hari nanti. Yearp. *sigh.
















Masih zaman ya, buat artikel Haul? Ehehe saya sendiri rasanya pernah terinspirasi dari artikel haul blogger lain yang sempat menjadi trend saat itu. Tapi rasanya saat ini pun banyak orang yang memposting hasil belanjaan mereka baik di blog maupun di Instagram yang lebih umum.

Sedangkan haul saya sendiri ternyata tidaklah terlalu banyak. Setelah mengingat kembali apa saja yang saya beli (khusus haul skincare dan makeup, ya), entah kenapa saya kehilangan minat dalam berpetualang dalam dunia kecantikan tahun ini. Bisa jadi karena pengaruh pandemi, karantina dan paranoya. Semuanya tidak mustahil.

Meski begitu saya masih bersyukur saya masih di kasih rezeki oleh Allah yaitu berupa beberapa hadiah giveaway dan endorsement yang otomatis menambah khasanah percobaan jalan ninja skincare dan makeup saya. Lalu kembali ke haul, inilah beberapa barang yang saya beli dalam kurun waktu 6 bulan ini.

Sunscreen L’Oreal (pink)
Begitu saya melihat kalau sunscreen ini di bundling dengan harga Rp 75.500, saya memutuskan untuk langsung membelinya tanpa repot- repot mencari tahu mengenai review sunscreen botol pink ini. Ternyata tone- up, tapi karena murah dan memang sedang membutuhkan stok sunscreen yang kosong, saya tetap membelinya.


Toner Pond’s
Beberapa bulan lalu saya lumayan suntuk dan kehilangan minat tapi juga memerlukan produk baru untuk di review, maka toner produk baru dari Pond’s ini menjadi ‘pelarian’ saya. Toner ini sendiri bisa dibilang; meh.


Bedak Marck’s
Saya selalu butuh lebih dari 1 bedak dan karena bedak ini diskonnya cukup murah, tentu saja saya membelinya untuk persedian hingga tahun semut.


Clay Mask dari Madam Gie
Rasanya ini masker wajah yang paling murah sekaligus aman karena resmi dan ada BPOM yang pernah ada. Saya membeli 5 varian hanya karena penasaran, nothing fancy, really.


Bedak Padat Sariayu
Ini adalah refill ya, bedak ini saya beli lebih dulu dari Marck’s dan Dear Me Beauty karena bedak saya saat itu sudah kosong melompong. Ternyata cukup bagus, shade juga sesuai dan begitulah, yang penting saya pakai bedak. Titik.


Exfoliating serum dari Somethinc

Karena di gadang- gadang sama dengan The Ordinary (yang mana saya belum pernah mencoba hingga saat ini), saya pun ikutan beli dan sampai saat ini belum saya coba karena ingin menghabiskan beberapa exfoliating toner Hada Labo.


Hada Labo Peeling Lotion
Siapa sangka kalau lotion ini baunya berubah menjadi masaaamm begitu menyentuh kulit? Tapi anehnya tidak selalu berubah masam, apakah ini karena tergantung keadaan kulit saat itu, basah, masih kotor atau kering?


Facial brush tool dari Tammia
Setelah bertapa sekian lama saya memutuskan alat bantu pembersih wajah agar jemari bisa istirahat. Lucunya, ternyata dengan bentuk yang persis sama, saya menemukan brush ini jauh lebih murah dengan merek lain. Arkh!


Loose powder dari Dear Me Beauty
Demi apa? Tidak lain dan tidak bukan karena sudah sekian lama penasaran sama brand ini, kebetulan diskon (meski ongkirnya lumayan) saya akhirnya membeli bedak ini yang kebetulan varian kolaborasi dengan micin. Semoga Sasa juga dapat menyedapkan semua riasan, ya.


Face brush dari Miniso

Bersamaan dengan brush badan yang fotonya tidak saya sertakan disini, saya yang dulu pernah dapat face brush dari teman (dan ternyata itu brush somehow walau pun bermerek dan mahal anehnya kurang bekerja), mempunyai brush untuk bedak lagi.


Simple face wash versi hijau transparan
Aneh rasanya kembali menggunakan Simple setelah dulu brand ini menjadi holy grail saya saat masih kuliah. Simple sendiri terutama varian ini susah sekali ditemukan di e-commerce, untungnya Guardian lagi diskon dan varian ini menumpuk di toko mereka. Tapi karena budget tidak memungkinkan, saya hanya membeli 1 untuk stok.


Benton
Dari dulu ini masuk wishlist saya tapi baru tahun ini terbeli karena seorang teman di Instagram menjualnya lebih murah dari harga pasaran.


Bloomka set face oil
Apa pun dari The Bath Box pasti bikin saya penasaran termasuk sister brand, Bloomka. Mana saya juga lagi mencoba mengumpulkan semua skincare untuk anti aging, collagen dan lain sejenisnya.


Ariul face wash
Face wash ini saya beli berbarengan dengan Pond’s dan sama seperti Pond’s, walaupun FW ini berbahan water based malah membuat kulit saya kering.


Antis hand sanitizer
Berikut- berikutnya mungkin saya akan mengumpulkan semua saniter dan melakukan review. Karena semua brand tidak peduli apa yang mereka jual sebelumnya tiba- tiba juga memproduksi hand sanitizer karena ini menjadi komoditi yang sangat menguntungkan saat ini.


Ternyata selama 6 bulan ini saya tidaklah membeli banyak barang meski mungkin beberapa item terlupa di sebutkan dalam daftar diatas (tidak penting juga sih, ya). Saya sendiri sebenarnya sudah lama ingin berkomitmen untuk menjalankan gaya hidup minimalis, oleh sebab itulah saya harus belajar to reasoning myself untuk membeli sesuatu berdasarkan kebutuhan saja.

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu selalu belanja tergiur diskon dan menjadi kalap? Ayo bagikan tips dan trick belanja kamu di kolom komentarr dibawah, ya.






Setelah kemarin dunia harus melakukan karantina besar- besaran (walau tidak semua orang punya kesadaran melakukannya, di samping faktor ekonomi), bulan Juni menjadi awal mulanya new normal. Perkantoran mulai buka dan orang- orang kembali bekerja meski tetap harus mengikuti peraturan seperti memberi jarak, mencuci tangan dan  memakai masker wajah.


Ini tentunya membuat orang seperti saya yang menderita anxiety disorder dan panic attack menjadi tambah cemas. Disatu sisi saya harus mulai masuk kerja, disisi lain, selain ketakutan karena saya kemana- mana mengandalkan ojol yang jelas- jelas mempunyai kemungkinan resiko penularan tinggi, untuk keluar ke halaman saya saja sudah paranoid apalagi pergi ke kota dan keramaian.



Paranoya saya ini tidaklah berlebihan atau tanpa alasan. Saya yang tidak punya kendaraan pribadi mau tidak mau mengandalkan ojol yang random dan telah melakukan banyak interaksi dengan banyak orang sehingga sedikit tidaknya membawa sesuatu di tubuh mereka. Belum lagi saya punya 2 keponakan bayi dan balita, orang tua yang sudah tua, yang mana mereka akan sangat rentan tertular.



5 Kegiatan Seru Selama PSBB Bebas Bosan, Suntuk dan Mati Gaya




New Normal of Abnormal


Untungnya, kantor saya masih memberlakukan WFH entah sampai kapan (mungkin masuk kembali awal Juli?). Jadi paling tidak saya bisa merasa tenang tapi sesungguhnya saya masih sakit dada dan keringat dingin tiap ingat harus keluar rumah dan naik ojol lagi.


Sama seperti artikel saya kemarin, sebenarnya ini juga artikel curhat saya mengenai pandemi corona dan segala yang berhubungan dengannya. Kalau kemarin karantina, sekarang adalah new normal. Tetap saja saya stress dan cemas memikirkannya. 


Sedangkan new normal itu sendiri sangat tidak normal karena kita akan selalu diikuti ketakutan dan paranoya. Ditilik kebelakang, saya pernah demam panas hampir 40 derajat. Saat itu rasanya saya bisa melihat hal- hal aneh saking panasnya suhu tubuh. Sialnya lagi, saat itu juga lagi musim flu babi atau swine flu. Mana saya juga harus terbang keluar negeri dan tinggal disana 3 bulan.




Menghadapi Corona Untuk Penderita Gerd, Borderline Personality Disorder dan Panic Attack (Kecemasan)




Teman- teman yang saya temui saat itu juga baru pulang dari perjalanan luar negeri mereka dan mereka semua positif kena swine flu. Padahal saya juga sempat nongkrong bersama mereka sambil berpelukkan dan berinteraksi fisik seperti biasa. Mereka semua dilarikan ke rumah sakit dan harus berada dalam karantina.

Saya sendiri mungkin karena awalnya sudah demam panas (saya juga heran karena dokter cuma bilang saya demam biasa, oh well, tipikal kurangnya awareness dokter setempat juga, sih ya), jadi tidak tertular swine flu. Ajaib memang. Tuhan punya kuasa. Mungkin Tuhan tahu 3 minggu sebelumnya saya sudah berjuang antara hidup dan mati saat demam panas.


Jadi selain tidak tertular swine flu, saya sendiri mengalami demam panas yang membahayakan (saat itu saya juga kurang awareness) selama hampir 1 bulan dan penyesuaian untuk kembali pulih sekitar 2 minggu. Saya sendiri telah beberapa kali mengalami sakit panas tinggi selama hidup sampai seluruh tubuh kebas dan halusinasi.



Kalau dilihat kembali, saya sangat bersyukur walau apa pun penyakit demam saya saat itu, saya masih bertahan. Dari situ juga saya melihat kalau kita sudah mengalami peningkatan mengenai pengetahuan akan sebuah penyakit. Kita lebih aware, lebih terbuka dan teredukasi. Ini membuat saya semakin percaya kalau virus ini memang sudah dirancang sedemikian rupa sama seperti swine flu 1 dekade lalu. Heh!








Hai, bagaimana perayaan Idul Fitri pembaca sekalian? Masih tetap disiplin berada dirumah atau sudah keluar karena merasa sudah aman?


Saya sendiri dirumah saja, tidak keluar meski ada beberapa keluarga yang datang. Cuma sedikit mengganggu adalah orang- orang yang tidak terbilang keluarga dekat juga ngotot datang kerumah. Entah apa motivasinya pun saya tidak tahu.


Secara pribadi ini sangat mengganggu karena saya orang yang mudah stress dan anxiety level saya sangat mudah di trigger. Sedihnya lagi keluarga dekat juga tidak disiplin dan malah pergi kesana kemari. Mana di tempat saya juga sudah boleh sholat Ied berjamaah juga.


Sayangnya pemerintah setempat maupun RT/RW kurang tanggap dan tidak memberitahukan warga mengenai boleh atau tidaknya, aman atau tidaknya zona tiap tempat. Bahkan saya tidak tahu status tempat saya tinggal ini dalam zona apa, selain susah mendapatkan informasi yang valid, informasi yang keluar pun simpang siur jadi mana yang benar?


Ya begitulah pengalaman Idul Fitri 1441 H / 2020 M  kita sekalian, semoga ini akan menjadi pelajaran dan pengalaman di masa depan meski saya tidak pernah membayangkan kalau saya akhirnya bisa merasakan pengalaman hidup di tengah pandemi seperti jaman- jaman dulu.


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H / 2020 M , mohon maaf lahir batin pembaca semuanya.


Newer Posts
Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Traveling
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film Gaming monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • Asyik, Perang Tarif, Mari Kita Beli Barang KW
  • ►  2024 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2023 (45)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates