Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo

Water Based Facial Wash
Water Based Facial Wash




Sudah lama tidak menulis di Ann Solo, saya kembali menulis karena hari ini saya lagi panikan dan confuse mencari pengganti facial wash andalan yang water based. Kalau kamu lihat di foto ini ada 2 facial wash, nah, itulah facial wash yang saya gunakan dari awal tahun ini dan tentu saja semakin menipis.


Sayangnya, selain susah dicari (kecuali yang Bio-Essence), harganya pun melebihi budget. Mungkin ini yang dinamakan, ada harga ada rupa. Ini berlaku buat Axis-Y Quinoa One Step Balanced Gel Cleanser yang selain harus dibeli online dan tidak di semua seller, juga harganya yang paling mahal. Harganya juga bervariasi mulai dari Rp 200.000 -an.


Simple Skincare pun susah dicari online, somehow stoknya selalu sedikit dan varian dengan kemasan hijau transparan ini paling susah ditemukan di e-commerce. Varian Simple yang sempat ‘ketemu’ itu yang packaging warna putih. Itu pun juga cepat sold out meski kadang ada diskon jadi Rp 40.000-an dari harga normal sekitar Rp 75.000. Begitu juga varian hijau transparan kesukaan saya ini juga punya harga normal yang lumayan dan biasanya bisa ditemukan di Guardian atau Watsons.



Saya beruntung mendapatkan dan bisa mencoba ke-3 facial wash ini yang ternyata bekerja dengan baik untuk kulit saya. Sebelumnya saya harus mengatakan bahwa kulit saya adalah tipe berminyak kombinasi dan sensitif. Facial wash adalah skincare item yang akan bekerja instant dikulit saya, 1 kali pakai saya sudah bisa menentukan cocok atau tidaknya sebuah face wash itu di kulit saya. Kulit saya juga sering kali dehidrasi kalau cuaca lagi panas- panasnya, padahal saya minum 2 liter lebih per hari, lho.



Review 3 Toner Lokal : NPure, Avoskin dan The Bath Box




Mengenal Water Based Facial (Face) Wash/ Cleanser




Seringnya banyak orang yang mengupas mengenai water based cleanser yang mana cleanser di sini entah kenapa lebih condong pada kategori micellar water. Sampai saya menulis artikel (yang diakibatkan oleh rasa dongkol), saya belum menemukan artikel yang betul- betul mendetail mengenai water based face wash ini. Entah mungkin saya kurang menggali di Google, barangkali?


Jadi water based facial wash itu adalah produk pembersih wajah yang cara gunanya harus dilarutkan dengan air yang kandungan si facial wash itu sendiri dimulai dengan tulisan “WATER atau AQUA”. Sebagai ‘ketua’ dari kandungan (ingredients) atau bahan lainnya yang mendukung ke semua bahan untuk berfungsi/bekerja.



Seperti yang saya bilang kalau banyak artikel water based lebih condong ke pembersih tipe micellar atau yang untuk mengangkat makeup, ternyata memang water based juga punya bermacam- macam tipe seperti foam cleanser, gel cleanser dan cleansing water.



Review Axis-Y Balanced Gel Cleanser & Dark Spot Correcting Glow Serum




Review Water Based Facial Wash Simple Skincare, Bio-Essence & Axis-Y


Kalau kembali lagi pada 3 facial wash yang ada di foto atas, maka Simple dan Axis-Y adalah tipe gel cleanser. Bio-Essence sendiri punya tipe seperti cream sama dengan tipe foam cleanser lainnya meski varian Collagen Cleanser ini tidak terlalu berbusa seperti jenis whip cleanser. Meski tentu saja berawal dengan kandungan Water, Bio-Essence tidak dapat saya andalkan setiap waktu karena salah mood kulit dan cuaca panas sedikit saja, kulit saya akan terasa kering.


Sedangkan Simple yang sebenarnya sempat saya pakai ketika saya berumur 18 - 22 tahun (yang mana sudah 1 dekade lebih lalu), mempunyai mixed feelings buat saya pribadi. Mulai dari cocok, tidak cocok, cocok lagi, bla bla bla. Tapi semakin kesini, saya juga mulai mengimbas balik kenapa Simple dan saya berada di on & off relationship 2 dekade ini.


Pertama mungkin kualitas dan tempat saya tinggal saat itu sangat berpengaruh. Lalu waktu saya memakai facial wash klasik dan legendaris ini kadang salah timing. Atau juga saya memakai kadar air yang salah? Entahlah, semua mungkin saja dan tidak mustahil.



Review Elizavecca Centella Asiatica & Galactomyces Toner




Water Based Facial Wash



Saat ini saya masih WFH dan mencuci muka dengan sumur pribadi yang airnya punya pH yang bagus (sempat di cek dulu). Mana saya juga rajin exfoliate dan disiplin dengan skincare routine yang membuat kulit kasar saya kembali terasa halus. Nah, Simple ini membuat kulit saya semakin adem dan terasa halus terlebih lagi dia tidak terasa sumuk atau berat seperti yang saya pakai saat di Singapore kemarin (saya yakin kali ini mungkin pengaruh air). 


Kalau Simple asyik dipakai dengan bare hands sambil pijar ringan, Axis-Y menemukan ‘belahan jiwa’ dengan lebih berjodoh kalau dipakai dengan facial cleanser tool. Itu lho, alat dengan brush untuk membantu membersihkan wajah lebih detail lagi. Facial brush ini pun praktis apalagi kalau kamu capek pulang malam tapi harus double cleanser dan tidak punya tenaga untuk pijat, coba pakai facial brush, deh.



Axis-Y somehow terasa kering kalau cuci muka dengan tangan saja (ini juga rasanya tergantung humidity saat itu), justru dengan facial brush malah membuat wajah saya lebih lembut, bersih tapi tidak kering. Dari awalnya iseng menjodohkan kedua item ini, ternyata malah cocok.




Kelebihan dan Kekurangan Water Based Facial Wash


Disclaimer, disini saya hanya menuliskan kelebihan dan kekurangan water based facial cleanser berdasarkan 3 produk yang saya pakai serta efeknya langsung kepada kulit saya yang berminyak kombinasi, sensitif juga mudah kering kalau salah pakai pembersih wajah.


Kelebihan :


  • Dengan teksturnya yang gel, tidak mengakibatkan iritasi di kulit saya, sangat aman dan meninggalkan kesan bersih.

  • Tidak after effect seperti kesat, ketarik maupun panas.

  • Aman dipakai dengan facial brush.

  • Tidak berbusa.




Kekurangan :


  • Pricey alias mahal untuk budget saya.

  • Stoknya susah dicari.


Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon



Itulah 3 review yang saya tulis karena kesal dan dongkol (ehehe) karena ternyata kulit saya lebih sesuai dengan tipe facial cleanser gel dan tentu saja yang water based. Makanya kulit saya kemarin protes saat saya mencoba facial wash dari Holika Holika, duh, tobat (tapi saya lupa apa kandungan awal FW itu).


Cuma kesalnya, selain harus lebih berusaha sendiri dengan mengecek satu per satu kandungan skincare dari cara Googling, kadang rasanya lebih baik kalau kita langsung memeriksa barang tersebut. Tapi ya bagaimana, selain beberapa mereka tidak tersedia di kota saya, saya juga masih belum berani keluar ke toko dan mall.


Oh, mau berbagi cerita sedikit. Kemarin saya iseng membaca beberapa kandungan facial wash yang di jual di minimarket dekat rumah. Sudah jelas merek drugstore yang biasa kita lihat, salah satunya mereka dari Jepang (?) produksi Indonesia. Daftar kandungan awalnya adalah MYSTIRIC ACID dan water berada pada kandungan ke-3. Yikes! No!


Untuk kedepan, saya akan berusaha lebih giat mencari water based facial wash yang lebih mudah didapatkan dan tentunya dengan harga sesuai ukuran dompet saya. Jadi tunggu ya, saya akan kembali dengan water based facial wash dari merek lokal Indonesia karena saya lagi obsesi mencoba merek- merek skincare lokal yang semakin kece saat ini.








Irrfan Khan




Salah satu aktor favorite saya, yaitu Irrfan Khan secara mengejutkan meninggal dunia pada akhir bulan April kemari karena sakit colon infection yang ia derita beberapa tahun sebelumnya. Secara pribadi saya sangat terpukul, karena sebagai orang yang tidak begitu menggemari artist, celebrities and famous people, saya sangat menggemari bliyau sebagai aktor yang memang berbakat tanpa banyak gimmick dan gossip tidak penting.

Meskipun saya tidak bisa mengatakan diri saya adalah penggemar dan mengetahui banyak film Bollywood, Irrfan Khan yang memulai karirnya di sinema India ini juga mempunyai film asli India yang sangat saya nikmati. Juga mungkin bangi banyak orang, terutama di kancah perfilman internasional, lebih mengenal bliyau dari film Life Of Pi yang legendaris. Justru, saya mengenal bliyau dari film yang diangkat dari buku novel kesayangan saya, The Namesake yang di sutradarai oleh Mira Nair.

Berikut beberapa film dari mendiang Irrfan Khan yang wajib kamu tonton jika kamu seorang movie buff yang memang menikmati kualitas tontonan tanpa melihat asal dan genre film.


Baca Juga :  Review Film Guns Akimbo, Daniel Radcliffe Mengganti Magic Wand Dengan Senjata




The Namesake (2006)
The Namesake


Seperti yang sudah saya katakan diatas, ini tentu akan menempati peringkat film kesayangan saya dari mendiang aktor Irrfan Khan. Tidak hanya sangat ‘fanatik’ terhadap bukunya yang merupakan hasil karangan penulis India kesayangan saya juga, Jhumpa Lahiri, veris film yang dirilis 2006 ini berhasil membawa tokoh- tokoh didalam novel secara  nyata di versi film. Selain tokoh Gogol/Nikhil Ganguli, tokoh sang ayah yang diperankan oleh Irrfan, yakni Ashoke juga terasa rapuh dan lebih kompleks dengan semua ekspresi yang saya rasa sangat sempurna dibawakan oleh Irrfan Khan seorang.




Piku (2015)
Piku


Sedikit cerita random, ketika menonton film ini (saya lupa dimana tapi yang saya ingat menontonya dua kali, lho), saya terkejut ketika karakter sang supir taksi adalah Irrfan Khan. Konyol memang, karena saya sebenarnya tidak begitu mencari tahu mengenai para pemain film Piku selain Amitabh Bachan yang berperan sebagai kakek tua yang tiba- tiba memutuskan untuk melakukan road trip. Kalau tidak salah scene favorite saya dari film ini adalah ketika tokoh Irrfan bermain badminton, random ya? Memang.




The Lunchbox (2013)
The Lunchbox


Rasanya mungkin inilah film genre romance dari Irrfan Khan yang pernah saya tonton (?). Somehow film ini memberikan saya vibe film The Chungking Express besutan Wong Kar-Wai (entahlah, mungkin hanya saya saja). Film ini bukan genre romance layaknya film Hindi yang lain ya, tidak ada nyanyi di bawah air hujan dan bayangan romantis yang tidak masuk akal. Kalau kamu sedang mencari cerita romantis India yang relatable dan nyata, kamu wajib menonton The Lunchbox ini.


Baca Juga :    Review Film The Gentlemen, Ketika Bos Penjual Ganja Ingin Pensiun



Itulah 3 film dari Irrfan Khan yang saya sukai secara personal dan tidak keberatan untuk menontonnya beberapa kali pun. Saya juga bermaksud untuk menonton rekomendasi film terbaik dari bliyau, seperti Hindi Medium dan film dari India bliyau lainnya. Irffan sendiri dikenal sebagai method actor yang rendah hati, meski terkenal di kancah film dunia, tetapi bliyau adalah sosok yang tidak silau dengan gaya hidup yang glamour.

Irrfan Khan juga dikenal sebagai sosok yang tidak banyak bicara namun selalu berhasil membawakan peran- perannya dari bermacam ragam tokoh dan watak. Bliyau juga diberikan pujian sebagai versatile actor yang bisa memerankan hampir semua jenis peran dan memberikan acting memukau dengat tatapan mata serta ekspresinya yang berhasil menyampaikan ribuan dialog.







Tanpa sadar kita sudah memasuki bulan Ramadan, bagaimana puasa kalian sejauh ini? Baru hari ke-2 kali, ya. Pasti lagi semangat- semangatnya. Sayangnya puasa kali ini kita tidak bisa melakukan ibadah tarawih bersama di mesjid karena semua tempat umum sudah ditutup untuk menghindari, kalau bisa nih, memutus rantai penyebaran pandemi COVID-19.

Ah, kalau berbicara mengenai pandemi ini, bisa bikin emosi dan Gerd saya akan kumat lagi.

Untungnya nih, saya masih bisa bekerja dari rumah alias work from home karena bidang kerja saya sebenarnya tidak terlalu membutuhkan kedatangan ke kantor, khas cara kerja milenial yang bebas remote dimana saja asal kerja kelar dan cuan masuk.


Baca Juga :  
Review Film The Gentlemen, Ketika Bos Penjual Ganja Ingin Pensiun



Secara pribadi saya juga orang yang cukup introvert kalau tidak ambivert kalau kumat. INFP. Jauh sebelum adanya PSBB, karantina, lockdown, saya sudah menghindari orang banyak dengan mengurung diri dirumah lebih dari 1 dekade. Untuk memancing saya keluar, itu perlu mood dan effort yang besar. Kinda anti social. Lagian kota ini tidak menarik sih, ya. Mau kemana panas- panas kalau bukan ngadem di mall? Padahal saya muak melihat mall tiap hari.

Nah, bagi orang yang terbiasa bertemu orang banyak dan menyenangi rutin, pasti merasa pandemi ini turut membuat ritme hidup mereka mati. Ekstrovert pasti kesal sekali tidak dapat keluar bergaul, ngopi- ngopi, ghibah dan julid, semua yang serba melibatkan sosial secara fisik dan visual.

Saya sendiri sebenarnya stress, kalau tidak depresi, karena pandemi ini mendatangkan paranoya bagi saya yang menderita panic attack dan anxiety. Jangkan pandemi, berada di dalam ruangan penuh orang dan sempit seperti di bioskop saja bisa bikin saya mual, keringat dingin dan ketakutan. Apalagi pandemi ini, saya tambah depresi karena harus berpikir tentang anggota keluarga yang tua dan bayi yang tentu sangat rentan.

Baca Juga :  Menghadapi Corona Untuk Penderita Gerd, Borderline Personality Disorder dan Panic Attack (Kecemasan)



 5 Kegiatan seru yang bisa kamu coba untuk menghilangkan bosan, suntuk dan mati gaya


Sekali lagi, meski saya introvert dan sudah lebih 1 dekade menghindari orang banyak, saya sendiri juga terkadang suntuk. Kalau saya sudah mumet, baru deh, saya keluar barang 2 - 3 jam ke mall, makan atau ke toko sekedar window shopping. Tapi sekarang kan, tidak mungkin. Buka jendela saja, saya takut. Tapi ini kegiatan asli yang biasa dilakukan para introvert yang bisa juga di coba oleh ekstrovert :

1. Baca komik online di Webtoon atau KakaoPage

Apakah kamu juga menggemari membaca? Kalau saya sih, banget. Apapun saya baca, terlebih kalau sudah kehabisan bahan bacaan. Mulai dari novel fiksi, non fiksi sampai buku geologi pun akan saya lahap juga. Yang penting baca. Sayangnya Indonesia menempati urutan 2 terakhir sebagai negara dengan minat baca terendah. Duh, sayang sekali.

Padahal membaca itu seru lho, buku dapat membawa kita ke dalam dunia sendiri yang personal yang ada di dalam otak dan pikiran kita. Mana kalau komik, webtoon atau manhwa ini bergambar dan berwarna lagi. Ceritanya pun, seru semua. Plus, yang paling saya gemari itu adalah komentar kocak-kocak para pembacanya. Lebih lucu dari webtoon-nya sendiri malah.

2. Nonton film dan Drakor

Kalau yang satu ini jangan ditanya, orang Indonesia lebih suka menonton dan mendengar daripada membaca saking malasnya mereka. Ampun. Sempat heboh ya, kalau website layanan nonton dan download online kemarin sempat ‘lenyap’ untuk ‘mendukung per-film-an’, tapi sekarang rasanya sudah muncul kembali untuk membantu menghilangkan kebosanan orang- orang yang terkurung. Juga nih, ada Netflix kalau kamu ada budget lebih, dan kuota yang unlimited.

3. Belajar bikin dalgona

Right. Lagi trend banget ini, tapi pastikan kamu punya kesabaran yang tinggi dan pergelangan tangan yang kuat. Tapi kamu bisa menggunakan mixer, coba tanya Ibu kamu kalau bliyau punya mixer kue. Lumayan menghemat tenaga dan kewarasan jiwa.

4. Bikin konten TikTok, YouTube atau Instagram

Kalau kemarin kamu sempat mumet atau mager, mungkin dengan banyaknya waktu di rumah kamu jadi menjadi kreatif (karena tidak banyak pilihan) dengan merapikan feed Instagram, belajar joged di TikTok atau curhat podcast mendadak di YouTube (saya dari dulu ingin bikin podcast sendiri).


5. Tidur

Yes, you hear me. Tidur. Turu. Sleep. Lalok. Ini saatnya memperbaiki rutin kamu dan mendengarkan kebutuhan tubuh kamu yang mungkin sebelumnya terlalu dipaksakan untuk bekerja. Tapi yang ada, malah orang- orang lebih tidur lebih lambat dari biasanya karena sekarang sudah tidak perlu buru- buru bangun pagi untuk ke kantor.
 

Baca Juga :  Explaining Things To Your Mom


Semua kegiatan diatas telah saya pratikan (sedari dulu), rasanya hampir semua webtoon telah saya baca. Komentar lucu para pembaca lumayan membantu mengurangi ketakutan dan kesedihan saya. Semoga kamu juga bisa terbantu dan terinspirasi dengan artikel ini. Tetap dirumah saja dan semoga selalu sehat, ya. Selamat menjalankan ibadah puasa!








Produk lokal semakin maju, keren dan berkualitas. Plus harganya juga ikutan naik. Ahaha.

Saya masih ingat zaman kecil ketika memperhatikan rutin kecantikan Ibu saya, selain mayoritas semua wanita saat itu rata- rata punya krim Kelly, produk Sariayu, Mustika Ratu dan lipstick Mirabella juga bedak Fanbo (jadi ingat mendiang nenek), produk lokal saat itu sangatlah sedikit, tidak bervariatif dan kurang diminati (kalau tidak terpaksa).

 
 Baca Juga :  Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon


Begitu milenium baru mulai, kita diserbu oleh produk- produk kecantikan dari Korea yang seakan datang sebagai ‘penyelamat wajah’. Tidak lama kemudian merek lokal terutama merek baru dan independent ikutan muncul dengan (mengikuti) kiblat skincare asal oppa Gong Yoo berasal. Jadi jangan heran ada yang mengaku membuat formulasi di Korea, packaging a la Korea hingga pek ketiplek mirip produk Korea.

Anyway, bagi saya pribadi saya malah suka. Semakin ramai semakin seru terutama mereka lokal yang berdiri sendiri dengan KUALITAS TERBAIK, pasti akan mendapat dukungan penuh dari saya terlepas cocok atau tidaknya saya terhadap produk mereka, ya.


Baca Juga : 
Review Axis-Y Balanced Gel Cleanser & Dark Spot Correcting Glow Serum


Salah satu item dari skincare yang paling saya cintai adalah toner, maka dari itulah artikel kali ini saya bercerita mengenai 3 toner lokal terbaik sejauh ini yang saya coba. Yuk, simak 3 Review 3 Toner Lokal : NPure, Avoskin dan The Bath Box yang pas buat kondisi kulit Indonesia yang panas dan humid.

Review Avoskin Miraculous Refining Toner


Kapan lagi saya sadar kalau mereka lokal juga punya exfoliating toner secanggih Cosrx dan merek luar lainnya? Sampai saya mencobanya sendiri tahun lalu. Memang sih, hargnya juga 11-12 dengan Cosrx saat diskon, tetapi dengan ukuran atau isi lebih sedikit. Saya masih menunggu diskon yang dahsyat untuk repurchase toner ini kembali.

Ingredients Avoskin Miraculous Refining Toner : Water, Glycerin, Glycolic Acid, Butylene Glycol, Propylene Glycol, Gluconolactone, Melaleuca Alternifolia (Tea Tree) Leaf Extract, Hamamelis Virginiana (Witch Hazel) Leaf Extract, Niacinamide, Chamomilla Recutita (Matricaria) Flower Extract, Rubus Idaeus (Raspberry Fruit) Extract , Citrus Limon (Lemon) Fruit Extract, Salicylic Acid, Acer Saccharum (Sugar Maple) Extract, Portulaca Oleracea Extract, Aloe Barbadensis Leaf Juice, Amylopectin, Dextrin, Xanthan Gum, Tetrasodium EDTA, Sodium Hydroxymethylglycinate, Polyglutamic Acid.

 Baca Juga : 
Review Elizavecca Centella Asiatica & Galactomyces Toner



Review N’pure Centella Asiatica Toner


Cica datang dalam produk lokal, yay! Centella asiatica adalah bahan skincare yang booming sejak 2 tahun lalu, kalau tidak salah juga dipopulerkan oleh merek asal Korea(?). Begitu merek lokal juga membawa bahan beken ini, saya pun harus mencobanya juga. I tell you this; toner ini soothing banget dan adem buat kompresan diatas kulit yang meradang merah dan habis panas- panasan.

Ingredients N’pure Centella Asiatica Toner : Real Centella Leaves, Green Tea, Mix Fruit Extract, Vit B3, Tranexamic Acid


 

Review Toner The Bath Box Rose Hydrating Toner

The Bath Box adalah merek lokal yang sudah saya ikuti dari tahun 2015 silam sampai sekarang sudah keren dengan konsep clean beauty yang konsisten. Mungkin banyak review beragam dari merek yang satu ini, tapi sejauh ini saya menggemari produk- produk mereka yang kebetulan pas dengan kulit dan cuaca super panas di kota ini.

Ingredients The Bath Box Rose Hydrating Toner : Rosa Damascena Flower Water, Propanediol, Aqua, Glycerin, Rosa Gallica Flower, Oryza Sativa Extract, Leontopodium Alpinum Flower Leaf Extract, Phenoxyethanol, Ethylhexylglycerin, Sodium Benzoate, Potassium Sorbate, Trisodium Ethylenediamine Disuccinate.


Baca Juga : 
Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation




Kapan terakhir kali saya menonton film dari sutradara Guy Ritchie? 

Rasanya tiap kali sutradara asal Inggris ini menelurkan sebuah film past selalu unik dan penuh adegan action. Atau lebih tepatnya sejauh yang saya ingat, Ritchie selalu punya style dan teman film yang sama? Dari Lock, Stock and Two Smoking Barrels, Snatch, RockNRolla sampai The Gentlemen memberikan saya vibe yang sama. Mungkin perasaan saya saja.

Dan, oh no, Aladdin ternyata disutradarai oleh Guy Ritchie, bagaimana saya bisa lupa, sih?

Lalu kembali ke film penuh dengan aktor keren dan macho sekaligus punya kaliber masing- masing ini, selama menonton saya jadi tidak fokus. Mulai bengong karena Charlie Hunnam yang sexy banget, Henry Golding yang sleek dengan aksen Inggris-nya, Colin Farrell dengan geng anak nakal khas Inggris dengan setelan sporty attire. Plus Michelle Dockery yang stunning sekali.

Sedikit banyaknya tentu saja SPOILER ALERT. 

Baca Juga : Review Film Guns Akimbo, Daniel Radcliffe Mengganti Magic Wand Dengan Senjata


Alur dan sinopsis The Gentlemen







Sekali lagi saya kurang ingat alur cerita 3 film Ritchie yang mempunyai vibe yang sama ini, mungkin alurnya juga sama? Okay, jadi alur cerita film ini dibuka dari cerita yang dinarasikan oleh tokoh Fletcher yang diperankan oleh Hugh Grant (entah kenapa saya tidak pernah minat dengan aktor ‘sexy’ yang dulu beken sekali sewaktu saya kecil di awal 90-an) yang somehow bikin saya confuse karena mirip Stallone saat bliyau sedang gaya dengan kumis seketika dulu.

Seawal film saya juga bingung, ini diceritakan versi benar atau versi dari si tokoh Fletcher semata? Al maklum, saya hanya menonton film ini tanpa mengetahui lebih banyak dan bisa dibilang random. Oh well.


Baca Juga : Menghadapi Corona Untuk Penderita Gerd, Borderline Personality Disorder dan Panic Attack (Kecemasan)







Menceritakan mengenai tokoh penjual marijuana Mickey Pearson yang diperankan oleh Matthew McConaughey yang ingin pensiun dan mencari pembeli yang akan membeli dan terus melangsungkan hasil kerja keras yang dibangunnya sejak masa ia kuliah. Mickey menemukan calon pembeli Matthew Berger. Sejak Mickey ingin menjual ‘perkebunannya’ inilah, masalah dimulai. Dari intrik, kesalahpahaman sampai hal- hal yang terlihat random muncul di sana- sini.

Film ini lumayan menghibur, sungguh cowok sekali dengan senjata, kriminal dan perebutan kekuasaaan (hahay!). Cukup menarik dan tidak mudah ditebak, kalau kamu bosan dengan masa kuarantina/PSBB/social distancig di masa Corona ini, The Gentlemen merupakan film yang bisa kamu pertimbangkan. Selamat menonton.

Baca Juga : Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon


Saya sudah lupa sejak kapan saya bekerja dari rumah, mungkin sejak minggu kedua bulan Maret hingga saat ini 10 April. Sejak corona alias COVID-19 sudah masuk ke Indonesia dan ke Pekanbaru, kota dimana saya tinggal, anxiety saya semakin naik hari demi hari. Paranoya yang lebih kuat karena dirumah saya mempunyai dua ponakan di bawah usia 3 tahun dan kedua orang tua diatas 60 tahun. Plus saya sendiri juga sudah punya riawayat penyakit sendiri.

Sebelumnya saya ingin memberi judul artikel ini dengan Kiat Menghadapi Corona Untuk Penderita Gerd, Borderline Personality Disorder, dan Panic Attack/Anxiety(Kecemasan), tapi sejauh ini saya belum berhasil melakukan kiat dan tips yang saya dapat dari artikel lain untuk mengatasi kecemasan saya. Jadi rasanya kalau dinamakan dengan judul Kiat, rasanya bohong banget.

Baca Juga :  Segala Rupa Penginapan 
Jadi, saya memutuskan untuk menulis ini karena saya berpikir untuk mencoba melepaskan rasa stress dan depresi yang tiap hari tanpa henti. Mulai dari emosi yang tidak stabil, overthinking karena memikirkan anggota keluarga yang masih sering lalai untuk mencuci tangan dan mengganti pakaian setiap pulang kerumah dan lainnya.

Pikiran- pikiran dan kecemasan ini memang membawa efek buruk terhadap orang- orang disekeliling saya. Terlebih lagi jika mereka masih ignorant dan menganggap sepele efek corona. Melelahkan.

Belum lagi saya juga harus menulis artikel mengenai corona untuk keperluan pekerjaan, ya Tuhan, itu kecemasan yang saya alami cuma Allah SWT saja yang tahu. Mungkin bagi ‘orang sehat’, penyakit yang saya alami ini adalah penyakit ‘lebay’, beruntunglah ‘orang sehat’ tersebut, karena mereka tidak punya simpati, empati dan termasuk golongan kaum ignorant. Semoga suatu saat akan kena batunya. Amin.

 
Baca Juga :  Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
Kembali lagi dengan tema menghadapi corona untuk semua penderita penyakit seperti yang saya derita dan khususnya untuk penderita OCD (saya mengirimkan lebih banyak doa untuk kalian semua), saya tidak dapat betul- betul berbagi tips yang ampuh, tapi salah satu yang saya lakukan adalah menjauhkan diri dari berita corona sebisa saya, banyak berdoa kepada Tuhan karena selain berusaha menjaga diri, memang hanya Tuhan-lah yang menjadi penolong utama.

Saat ini saya rasanya sudah terlalu mumet, bukan karena harus berada dirumah tiap saat karena saya memang sebelumnya bekerja dari rumah alias freelance, tetapi paranoya akan pikiran yang buruklah yang membuat saya lelah secara mental yang berakibat buruk ke fisik saya saat ini (kulit menjadi lebih tua, rambut rontok, maag kumat tiap hari, migrain dan sinus juga lebih rentan).

Mungkin yang bisa kita lakukan saat ini adalah berdoa, berdoa, berdoa dan yang paling penting secara nyata menjaga diri, menjaga kebersihan dan membatasi kegiatan sosial yang melibatkan interaksi fisik. God, stay safe people.

Baca Juga :  Review Film Guns Akimbo, Daniel Radcliffe Mengganti Magic Wand Dengan Senjata




Holy moly.

Mungkin saya sedikit terlambat dalam mengulas review film yang saya tonton tanggal 29 Februari kemarin atas undangan screening event dari CGV Transmart Pekanbaru untuk Blogger Pekanbaru, terima kasih bioskop nonton kesayanganku ini selalu berbaik hati mengundang kami.

Tetapi karena saat ini kita semua sedang dalam masa karantina massal hampir di seluruh dunia yang terkena dampak pandemi coronavirus alias COVID-19, bahkan review What Happened To Monday yang saya tulis 2 tahun lalu pun tiba- tiba melonjak menjadi trending karena orang- orang sepertinya sedang membutuhkan hiburan dan lebih memilih menonton film, ya.

Senang juga rasanya bisa membantu para pembaca Ann Solo untuk menentukan mana film yang asyik ditonton disaat- saat pengurungan begini. Sudah baca review TV series Treadstone , Watchmen, The Witcher, atau juga The Umbrella Academy yang kabarnya akan mulai menayangkan season 2 bulan ini, lho. Oh ya, saya juga mengikuti serial Netflix Korea, Kingdom yang review-nya, seharusnya saya tulis tahun lalu, tapi saya lupa. Duh! Tahu- tahu saja, season 2 sudah muncul. Arkh!


Baca Juga :  Treadstone & Watchmen - 2 Serial TV Terbaru Wajib Tonton
 
Okay, kembali ke film Daniel Radcliffe terbaru yaitu Guns Akimbo. Seingat saya nih, selain Harry Potter , saya tidaklah begitu mengikuti perjalanan karir film Daniel, hanya satu film diluar HP yang saya ingat dengan jelas karena saat itu bela-belain pergi nonton ke bioskop; The Woman In Black. Ya, pertama- tama saya tidak ingat kenapa saya memilih film ini dan bersama siapakah saya saat menonton film itu, yang teramat jelas disini, saya benci film horror dan kenapa saya menonton film seseram itu? Saya hilang ingatan, sepertinya.

Lalu bagaimana kesan saya setelah menonton film Daniel Radcliffe selepas Harry Potter? Mari simak review singkat film Guns Akimbo yang lebih brutal dari mematikan dari mantra sihir dan magic wand. Dan oh, tentu saja artikel review kali ini juga mempunyai spoiler sedikit banyaknya, kamu siap untuk terus membaca?

Baca Juga : The Umbrella Academy Season 1


Guns Akimbo, ketika game menjadi nyata dan memilihmu sebagai pemainnya


Film ini mengingatkan saya pada Ready Player One yang juga mengangkat topik yang dekat dengan gaya hidup milenial sekarang; game. Juga sama dengan banyak tipe film yang sama, tokoh utama juga turut terserap dalam permainan dengan menjadi salah satu pemainnya. 

Adalah Skizm sebuah organisasi kriminal yang menjadikan perburuan hidup mati sebagai permainan yang diliput dan disiarkan live secara online. Para penonton akan memilih dan bertaruh pada pemain andalan mereka. Sickening, is it? Itulah yang dialami tokoh Miles (Daniel Radcliffe) yang sebenarnya pecandu game online dan bekerja di perusahaan sebagai programer komputer yang menjadi langganan bully oleh boss-nya.

Baca Juga : 
Microhabitat - Film Unik Dari Korea Bebas Oppa Ganteng

 



Pada suatu malam ketika Miles sedang galau, ia melayangkan sumpah serapah pada komen kolom karena kemuakannya pada  Skizm. Sang pemimpin Skizm, Riktor yang rupanya adalah pelaku kriminal yang menjadi buron pun mengutus anak- anak buahnya menangkap Miles dan membiusnya. Miles kemudian dioperasi dengan kedua tangannya dipasangkan dua pistol permanen.

Begitu Miles sadar, maka ia resmi menjadi pemain live dan mulai diikuti oleh drone kamera kemana pun ia pergi. Petualangan Miles pun bermula dengan banyaknya pembunuh atau bounty hunter yang mengejar Miles untuk menamatkan permainan dan mendapatkan hadiah.

Salah satu bounty hunter yang terkenal adalah wanita serampangan Nix, yang terkenal sebagai pemain nomor 1 tak terkalahkan saat ini. Nix sendiri memiliki motif dan latar belakang yang kompleks. Pengejaran tak terelakkan, Miles harus menghindari kejaran pembunuh bayaran, Nix, polisi dan disaat yang bersamaan juga harus memenuhi janjinya untuk bertemu Nova, bekas mantan pacar yang ia harapkan untuk bertemu kembali setelah sekian lama.

Complicated, indeed.

Baca Juga : 
Review The Wicther Serial Baru Netflix Pengganti Game Of Thrones 

 

Tokoh- tokoh karakter Guns Akimbo

 

Sepertinya setiap film dengan tema game begini pasti mempunyai tokoh- tokoh yang tampil dengan dandanan berwarna, serba hitam, badass, cool alias keren atau nyeleneh. Tokoh mantan pacar Nova mengingatkan saya pada Ramona Flowers dari Scott Pilgrim karena warna rambutnya yang tidak biasa dan kesan quirky yang diberikan.

Sedangkan Nix yang diperankan Samara Weaving rasanya tidak banyak berbeda dari karakter wanita femme fatale yang versi grunge alias serabutan, terlihat kotor dan cuma tahu cara memakai kekerasan.
Untuk tokoh Miles pun juga memenuhi stereotype dari tokoh yang biasa, lemah, penakut menjadi tokoh yang mengalami banyak hal dalam waktu singkat dan membuatnya menjadi karakter yang tegas, kuat dan tentu saja; mempunyai keahlian dan kecakapan bela diri dan menembakkan senjata.

Terdengar cliche ya, tapi begitulah kebanyakan penokohan dalam film bukan, sih? Walau pun secara pribadi saya hanya akan memberikan rating 5.5/10, film ini cukup menghibur dan tentunya menjadi warna baru bagi mereka yang hanya melihat Daniel Radcliffe sebagai Harry Potter saja. Selamat menonton!

Baca Juga : 
Film Yang Jeblok Di Rotten Tomatoes Namun Cukup Layak Ditonton

Newer Posts
Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Traveling
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film Gaming monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • Asyik, Perang Tarif, Mari Kita Beli Barang KW
  • ►  2024 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2023 (45)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates