Cara Mengakali Limbah Kosmetik

by - September 23, 2020




Sudah lama sebenarnya saya ingin membuang sampah sisa kemasan skincare dan kosmetik yang ada di meja rias saya yang mini, tapi entah kenapa kalau tidak ada mood, tidak ada waktu (lupa aja, gitu) atau terbit ide untuk mengakalinya dengan daur ulang. Ide ini tidak pernah terwujud, nyaris mungkin tidak akan pernah terwujud. Sedangkan waktu, saya pernah punya banyak waktu tapi saya benar- benar lupa akan kemasan kosong ini.


Botol- botol kosong atau beberapa diantaranya memang sudah tidak saya gunakan lagi, menumpuk dan terlupakan dalam balutan debu. Padahal seharusnya tidak boleh ada debu dikamar saya, karena saya sinus. Nyatanya ini kemasan kosong malah dengan senang hati menampung debu.


Berhubung kemarin saya kebetulan kehabisan konten untuk Instagram..ahahaha (ayo, mampir ke www.instagram.com/annsolo800), saya pun membuat konten mengenai kerasahan cara mengakali limbah kosmetik atau cosmetic waste ini. Eh tapi lebih tepatnya disebut curhat karena saya sebenarnya jauh dari kata mampu mengakali masalah ini.


Baca Juga :     MENJALANI NEW NORMAL BAGI PENDERITA ANXIETY DISORDER




Sampah dan Barang yang Tertumpuk adalah Cerminan Jiwa yang Tidak Sehat


Rasanya saya sudah bilang kalau saya sedang, masih struggling dalam menerapkan pola hidup minimalis. Terlebih lagi saya mempunyai passion dibidang mencoba/review produk kecantikan dan menjadikannya pekerjaan yang sangat saya nikmati. Passion sekaligus pekerjaan saya ini membuat saya harus mencoba banyak sekali produk (gaya sekali ya, padahal masih sedikit dan newbie).


Produk dan merek sendiri selalu muncul setiap saat. Entah itu produk baru atau merek baru, ada saja yang keluar setiap waktu. Ini membuat saya penasaran, kalau saya kebetulan beruntung mendapatkan job, maka saya bisa mencicipi produk tersebut. Atau ketika saya punya rezeki lebih maka saya akan membelinya dari kantong pribadi.


Baik produk dari sponsor atau pun beli sendiri, seringnya bentrok membuat saya memilik banyak produk disaat yang hampir bersamaan. Sedangkan saya harus berkomitmen untuk mencoba produk sponsor setidaknya 2 minguu untuk bisa membuat dan berbagi hasil pemakaian yang benar menurut standar saya sendiri.


Jadinya meja rias saya yang kecil terlihat penuh, dengan 'semua' produk dalam satu waktu. Mana botol dan kemasan kosong yang seharusnya sudah tidak disana lagi, ternyata menambah semak dan serabut meja mini itu. Mumet memang saat melihatnya, terlebih lagi saya yang niatnya pengen banget minimalis, jadi tambah stress karena belum berhasil menyingkirkan limbah ini dengan cara yang layak.


Biasanya saya juga sekedar menyingkirkan limbah ini semudah melemparnya ke dalam tong sampah saja. Mudah memang, sudah lepas rasa bersalah karena ya itu tidak menjadi masalah saya lagi. Namun ya jelas tidak, karena limbah plastik itu limbah yang paling kontroversi dalam banyak hal. Saya hanya berharap siapa saja yang menemukan limbah itu mempunyai ide cemerlang dalam mengatasinya.


Apakah pembaca juga merasakan hal yang sama?


Baca Juga :       #MINIMALISM MENENTANG ARUS & PERTOLONGAN PERTAMA



Beban ini menjadi beban mental bagi saya, berakibat membuat kesehatan jiwa saya terganggu. Saya tidak mau disebut hoarder, tapi memang ini adalah penyakit manusia yang semakin parah seiringnya kemajuan zaman. Kalau dulu orang- orang menjadi hoarder dan menumpuk/menyimpan barang karena barang tersebut memang susah dicari atau langka. Tapi sekarang kita menjadi hoarder karena segalanya jadi jauh lebih mudah dan murah.


Contoh nyata di kasus saya adalah ketika saya melihat promosi belanja; buy 1 get 1, free ongkir, limited edition, atau sesederhana karena harganya murah saja. Sebenarnya saya tidak memerlukan barang tersebut, tapi something in my brain tell me to buy them dengan justifikasi; KAPAN LAGI DISKON BEGINI atau BELI SAJA DULU UNTUK KEPERLUAN EMERGENCY.


Seringnya saya sudah keduluan bosan dengan barang tersebut, terlupan tidak sengaja atau ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Ya, kalau kebetulan ada yang rela membelinya dari saya kembali, kalau tidak, seringnya begitu, itu barang kalau tidak saya donasikan atau menumpuk saja dirumah. Lama- lama, terbengkalai. 


Semua ini membuat saya menjadi hoarder dengan berbagai macam alasan seperti yang saya sebutkan diatas. Membuat jiwa saya merasa tertekan dan merasa bersalah. Saya membeli barang dengan alasan- alasan dangkal dan barang tersebut TIDAK SAYA PERLUKAN DALAM HIDUP SAYA. Aneh, kan?


Sudahlah uang habis, kepuasan mental juga tidak ada sama sekali. PENYESALAN ITU PASTI. Jiwa saya pun terasa terogoti. Tidak ada justifikasi yang cukup baik untuk membuat mood dan membaung rasa bersalah saya tidak perduli apa pun itu.


Baca Juga :      5 KEGIATAN SERU SELAMA PSBB BEBAS BOSAN, SUNTUK DAN MATI GAYA



Cara Sederhana Mendaur Ulang Sampah dan Limbah Kosmetik


Disini saya hanya ingin berbagi beberapa ide yang saya dapat dari artikel mengenai masalah limbah kosmetik. Banyak dari artikel tersebut menyarankan pembacanya untuk mendaur ulang pacakging kosmetik sebagai tempat bunga, lipstick dan eyeshadow yang kadaluarsa sebagai bahan cat lukisan, atau menjual kembali produk yang tidak sesuai dengan kulit.


Mudah sih ya, semudah untuk hanya membacanya..ahahaha 


Pada ide untuk membuat makeup yang sudah kadaluarsa sebagai cat lukis memang sempat terbersit di kepala saya, tapi sampai sekarang, boro- boro gambar pakai lipstick kadaluarsa, cat lukis asli yang saya punyai saja sudah mengering. Ya semakin hilang saya keinginan saya mendaur ulang limbah makeup ini, terbang terbawa angin. Motivasi pun sudah lenyap.


Baca Juga :      MENGHADAPI CORONA UNTUK PENDERITA GERD, BORDERLINE PERSONALITY DISORDER DAN PANIC ATTACK (KECEMASAN)



Mengirimkan Limbah Kosmetik ke Organisasi Daur Ulang Khusus


Ternyata saya mendapatkan ide dari teman- teman bagaiamana limbah kosmetik ini bisa dialamatkan tanpa membuat saya merasa bersalah. Hanya saja ini memerlukan effort yang tidk sedikit. Mulai dari mengemasnya dengan baik agar tidak pecah selama pengiriman, menggunakan kotak yang di seal dengan aman dan tentu saj; pergi ke ekspedisi pengiriman. Semua ini tentunya harus menambah budget pengiriman juga.


Kalau ada waktu untuk melakukan semua ini, saya akan senang sekali karena budget bisa diakali. Tapi saya sedang tidak mood dan terlalu sibuk plus lelah karena ada banyak hal yang terjadi saat ini. Belum lagi kota tempat saya tinggal masih dalam keadaan yang buruk dengan terus meningkatknya kasus corona.


Ya begitulah, saat ini saya akan memasukkan semua sampah ini ke dalam kotak dan meletakkannya disuatu tempat di garasi. Semoga tidak terlupakan dan saya bisa mengirimnya ke tempat yang bisa memperlakukan semua sampah ini sebagaimana mestinya. 



You May Also Like

3 comments

  1. biasanya limbah kosmetiku aku buang gitu aja jadi merasa bersalah pula awak kaann..

    BalasHapus
  2. kalau aku buang aja langsung ke tempat sampah

    BalasHapus
  3. nanti aku pikirin deh sampahku di apain

    BalasHapus