Tips Memilih Skincare Untuk Seorang Minimalis

by - Agustus 31, 2021




Mungkin bagi pembaca Ann Solo sudah tahu kalau saya memulai karir blogger saya sebagai beauty blogger, yang sekarang menerapkan cara hidup minimalis. Jujur saja, ini cukup sulit karena saya mempunyai tanggung jawab untuk mencoba berbagai produk, yang biasanya dengan jumlah yang tidak sedikit.



Ya, walau saya tidak seterkenal Tasya Farasya ya, tapi bagi saya, saya sangat bersyukur dan menghargai brand yang telah mempercayai saya dan bekerjasama dengan saya hingga saat ini. Ah, jadi terharu. 



Lalu terlepas cocok atau tidaknya produk tersebut, saya sadar atau tidak sadar jadi telah memiliki banyak benda di lemari rias saya yang mungil. Ini sempat membuat saya resah, waduh, ini kapan habisnya, sih? Karena saya sangat- sangat menghargai setiap produk yang diberikan brand, tidak mungkin saya membuangnya.



Paling banter biasanya saya menghadiahkan produk tersebut pada anggota keluarga (tidak jarang saya mendapatkan banyak produk yang sama) atau beberapa dijual, seperti shade foundation yang tidak sesuai dengan shade saya. Intinya, saya ingin semua produk tersebut bermanfaat dan habis dipakai. Pakai sampai habis, begitu.



Baca Juga. : REKOMENDASI MICELLAR WATER TERJANGKAU DIBAWAH 50 RIBU





Beratnya Berpisah dari Produk Kecantikan 





Untuk beauty blogger, up date akan brand dan produk baru itu wajib. Meski ada jutaan brand diluar sana, kami harus mencoba setidaknya 1 atau 2 item. Jadi ya, tidak heran kalau rak dan lemari kami penuh banyak barang kecantikan. Maklum, profesi ini harus selalu rajin update karena ada brand dan produk yang muncul setiap waktunya.



Orang- orang mencari review, sehingga beauty blogger/review/vlogger harus cepat tanggap untuk memenuhi kebutuhan ini. Tapi sayangnya wajah cuma 1, jadi kadang saya sendiri jadi merasa overwhelming. Makanya saya berusaha untuk mengambil sedikit job untuk benar- benar mencobanya.



Seringnya sih, paling sebentar 2 minggu untuk mencoba suatu skincare dan membuat review-nya. Kalau ada job lain, maka saya mulai mengerjakan job tersebut. Terus, bagaimana nasib produk yang sebelumnya saya coba? Ya, rata- rata masih ada entah itu sudah setengah habis atau masih belum habis.



Secara pribadi, produk yang paling cepat habis adalah facial wash, sedangkan untuk moisturizer cream adalah produk yang susah habis dalam waktu dekat. Mau tidak mau, lemari mungil saya yang sudah doyong ini jadi menyimpan semua produk yang telah saya pakai.



Bikin pusing kalau lihat. Anxiety level saya naik. Saya paling takut jadi mubazir. Sedih rasanya. Makanya saya beralih jadi minimalis dan mencoba melakukan sesuatu agar produk- produk tersebut bisa tetap dipakai dan mendapat tuan yang menghargainya. 



Walau rasanya berat, karena beberapa produk selain mahal (ahem!), rasanya sayang juga karena saya tahu saya pasti tidak bisa membelinya lagi (seperti produk yang mahal atau susah di dapat). Tetapi, bagaimanapun, akan jauh lebih baik jika produk tersebut saya berikan pada orang yang memerlukan dan juga menghargainya seperti saya.



Makanya saya senang ketika keluarga dan teman- teman yang menerima produk tersebut merasa sangat terbantu dan kulitnya jadi ikutan kece dari produk yang saya berikan. Saya ingin glowing, kenapa tidak juga berbagi kepada orang- orang yang saya sayangi? Hitung- hitung dapat free sample, kalau mereka cocok dengan produk yang saya berikan, siapa tahu mereka membelinya dengan duit mereka sendiri? Wkwkwkw saya merasa seperti penjual kosmetik saja.






Tips Memilih Skincare yang Tepat untuk Kebutuhan Kulit





Pertama kali saya tegaskan, setiap, catat, setiap orang itu mempunyai kondisi dan kulit berbeda. Tipe kulit bisa sama, ya berminyak, kombinasi, kering, tapi kondisinya akan kembali lagi pada empunya badan. Walau kita punya tipe kulit kombinasi nih, tapi belum tentu kita sama 100%.



Kulit saya kombinasi di bagian T-zone dan dagu, tapi di beberapa bagian lainnya malah kering dan itchy. Bahkan nih, baru saya sadari sekarang atau memang perubahan akibat umur, kulit badan saya ternyata cukup kering kerontang. Saya juga mempunyai skintag yang muncul karena faktor genetik dan usia (?). 



Pokoknya, kita beda begitu. Tapi produk kecantikan kalau tidak memadatkan semua permasalahan kulit dalam satu produk, malah memberikan banyak pilihan sampai bingung memilihnya? Ya, kan? Bahkan saya sendiri sampai bingungnya karena terlalu banyak dan juga, selalu ada kandungan/ingredients baru yang muncul dengan berbagai macam klaim.



Meski saya tidak bisa menggeneralisasi kebutuhan skincare setiap orang, paling tidak saya bisa berbagi tips sederhana dalam memilih skincare untuk orang yang menjalankan hidup minimalis lebih efektif :



  • Klise, tapi krusial, ketahui jenis kulit kamu: permasalahannya dan keluhannya. 



  • Cari tahu beauty blogger/guru/vlogger yang kira- kira mempunyai permasalahan kulit yang sama dengan kamu. Bisa juga langsung bertanya dengan mereka atau membaca review mereka. Paling tidak kamu telah mempunyai gambaran garis besar; oh ternyata produk Z berhasil untuk jerawatnya beauty guru X.



  • Jangan terlalu berpakem pada satu beauty guru saja, ada banyak bauty guru yang lain yang mempunyai permasalahan yang kurang lebih sama dengan kamu dan bisa juga memberikan opsi yang berbeda (misalnya, mereka menggunakan produk yang lebih sesuai dengan budget kamu).



  • Tidak semua produk yang di review oleh beauty guru itu 100% ampuh ya, namanya juga bisnis, tentu semua ingin menjual produk mereka lebih baik lagi, kan.



  • Pelajari kandungan isi skincare dan lihat bagaimana reaksinya di kulit kamu. Ada yang alergi kandungan tertentu, saya alergi sama pewangi dalam skincare, kulit saya bisa merah terbakar kalau kandungan pewanginya terlalu kuat atau buruknya, berada pada kandungan pertama dari produk itu.



  • Kulit saya cenderung lebih baik jika dibersihkan dengan facial wash yang water based, alias air atau water adalah daftar pertama dari pembersih wajah. Di luar itu, kulit saya akan jadi super kering tertarik dan bahkan bisa berdarah saking ketariknya.



  • Wajar kalau produk mempunyai alkohol (bermacam jenis alkohol untuk fungsinya masing- masing), tapi kulit saya tidak bisa mentolerir kalau kandungan alkoholnya berada dalam top 3 dari ingredients dan yang terlalu kencang.



  • Beberapa moisturizer cream bisa terlalu thick untuk saya hingga menimbulkan jerawat atau bruntusan, jadi saya cenderung menghindari moisturizer tipe ini. Pun, saya akan lebih memilih yang teksturnya ringan seperti gel atau perpaduan gel cream.




Semua list di atas ini saya tulis berdasarkan apa saya ketahui dari kulit saya, ya, setelah trial and error yang bukan main panjangnya. Fiiuhh. Akhirnya saya bisa mengenali, apa sih, yang dibutuhkan dan ditolak kulit saya. Ini juga berlaku bagi setiap orang karena skincare itu bersifat pribadi dan telah melalui suatu proses untuk bisa cocok sama kebutuhan kulit kita. Jadi kurang tepat kalau dibilang untung- untungan, menurut saya, lho.



Baca Juga : REVIEW ESSENHERB TEA TREE TONER DAN FOAM CLEANSER UNTUK MENGATASI JERAWAT BANDEL







Tips Memilih Skincare, Beli Travel Size atau Beli Preloved?





Sebagai orang minimalis, kita pasti sangat, sangat concern dengan sampah dan limbah; kalau skincare ini tidak sesuai, saya jadi mubazir, dong? Saya jadi menambah sampah, dong? Iya, sama, saya juga sering berpikir begitu.



Mau beli travel size, rasanya akan sangat bijaksana karena kalau tidak cocok, jadi kita tidak rugi, bahkan beberapa travel size punya packaging yang bisa dipakai kembali. Tapi kalau bentuknya sachet? (Duh, masalah hidup ini, ya!). Mana kita tidak mungkin mencoba hanya 1 kali saja, paling tidak butuh sekitar 2 minggu untuk melihat efek dari sebuah skincare (berdasarkan pengalaman saya, pasti juga ada penjelasan ilmiah lainnya?). Bayangkan berapa sachet dan travel size kecil mini lainnya yang kita perlukan untuk bisa melihat si skincare bekerja atau tidaknya?



Kasus paling singkat, sekali pakai, kulit terasa terbakar, gatal, kering ketarik, okay bye. Kita cuma punya sampah itu saja, tapi kita pasti cari skincare lain dong, masa menyerah? Ahahaha rasanya ini leingkaran yang tidak ada habisnya.



Makanya produk preloved bisa jadi pilihan yang cukup bijak; biasanya jauh lebih murah dan biasanya full size. Tapi tergantung juga ya, ada yang menjualnya setelah hanya memakai 2 kali, ada yang sudah ¾ dari isi produk. Ini bijaknya kamu mencari dimana harus membeli produk skincare preloved yang valid dan masih terjamin kebersihan serta kadaluarsanya.




Karena oh karena bagaimana pun, kulit kita adalah organ terbesar yang tugasnya selalu secara harafiah, melindungi kita. Ada minimalis yang memangkas semua skincare mereka dan menggunakan 1 produk untuk semua hal, tapi sekali lagi kulit, kebutuhan dan permasalahan setiap orang itu unik juga berbeda.




Saya bahkan pernah mencoba memakai produk body wash jadi shampoo dan pencuci wajah juga, alhasil, kulit muka saya kasarnya ampun dah, kering, bruntusan dan kusam bukan main. Rambut saya jadi sekeras ijuk, iya keras, keras. Tapi badan saya malah lembah. Sederhana, pH kulit kita berbeda ya, rupanya. Oalah.



  • Jangan memaksakan untuk menggunakan 1 produk untuk semua kebutuhan, kamu juga harus menghargai tubuhmu juga punya kebutuhan masing- masing, lho, Celana untuk kaki, baju untuk badan, lengan, masa pakai celana untuk muka dan kepala juga? Ya tidak, mungkin sobat!



  • Memberikan apa yang tubuh kita butuhkan bukan berarti itu adalah pemborosan, kecuali kita menumpuk barang yang tidak terpakai, itu jelas boros, beud!



  • Kesehatan dan kecantikan kulit adalah hak setiap orang, jadi minimalis bukan berarti kulit cuma dirawat seadanya, kenapa harus keki kalau kulit juga butuh perhatian? Toh, itu tubuh kita, ya, mari rawat dengan sesuai.



  • Kebutuhan setiap orang berbeda ya, jangan sampai menjadi minimalis membuat kamu juga ikut cara minimalist lain pek ketiplek. Minimalis itu sebenarnya bermaksud agar setiap orang melakukan dan mengambil yang sesuai dengan kebutuhannya saja, tidak mempunyai pakem dan juga tidak pula menghakimi.



  • Untuk mendapat kulit yang sehat, pasti ada trial and error sampai kamu bisa memahami kulitmu sendiri. Mau tidak mau, kita harus melewati proses ini, jadi jangan merasa terlalu bersalah.



  • 1 produk tidak selalu all purpose, manusia punya kompleksitasnya tersendiri, kita terdiri dari sel, bukan baja atau besi. Jadi pilih dan pakai produk sesuai dengan posisinya masing- masing.








Sekali lagi, saya mau disclaimer yak, ini semua adalah hasil proses panjang saya mencari skincare yang pas, untuk kulit juga dengan tujuan saya sebagai minimalis. Jadi kalau ada yang bertanya bagaimana cara memilih skincare, 1 produk/1 set saja dengan menepikan proses alami yakni mencoba terlebih dulu, jawaban ya, tidak bisa.



Jalan satu- satunya adalah kamu mencoba produk tersebut secara langsung, kamu juga bisa mencatat progress-nya juga, jadi kamu tahu apa produk itu sesuai atau malah membuat kondisi kulit kamu makin parah. Jangan lupa juga untuk mencari tahu dan mempelajari setiap kandungan/ingredients dari produk, Google saja, pasti kamu bisa tahu apa saja fungsinya.



Nikmati prosesnya, karena hidup adalah proses setiap waktunya! Ahahahaah (bijak ceunah Ann Solo!)



Baca Juga : CURHAT HIDUP MINIMALIS DARI MINIMALIS YANG TIDAK AESTHETIC




Foto dari Unsplash.



You May Also Like

2 comments

  1. Menarik tulisannya. Memang terkadang susah menahan diri untuk tidak beli skincare baru, especially ketika musim promo di mana-mana. Semoga bisa semakin lebih bijak dalam menggunakan skincare dan paling penting tunggu skincare habis baru beli baru duluuuuu. Yoshhhh semangat para pejuang kulit glowing 💪💪💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mba, Saya juga kadang pusing liat diskon skincare T^T semangat pejuang kulit glowing yg lebih mindfulness dan responsible yak, wkwkwwk

      Hapus