Writing Challenge - Cara Simple Memahami dan Menjalani Konsep Hidup Minimalis
Setelah saya lihat dan teliti, ternyata hidup konsep hidup minimalis itu bisa berbeda tergantung dari siapa yang mencetuskan atau menjalankannya. Ya, walau memang sudah ada penjelasan mengenai prinsip dasar konsep dan cara hidup ini, tapi ternyata konsep ini mengalami perkembangan atau malah mendulang salah kaprah.
Apapun pengertian dan arah hidup minimalisme diluar sana, saya yakin mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin menata hidup dengan mengutamakan quality over quantity. Ini menjadi topik writing challenge mengenai ‘tulislah apa yang kamu rasa dekat dan kuat dihati/bagi kamu’. Voila, konsep hidup minimalis saat ini menjadi something I feel strongly about.
Seperti yang pembaca tahu (ada yang baca?), saya masih sangat- sangat struggling dalam mengimplementasikan cara hidup sederhana ini dalam keseharian saya. Memang, intinya adalah mencapai cara hidup yang sederhana tapi praktek dilapangan, jauh dari sederhana, malah saya merasa berada di medan perang batin personal setiap harinya.
Cara Memahami Hidup Minimalis Ala Ann Solo
Kenapa saya menambahkan nama saya di sub judul ini? Karena saya ingin menekankan apa yang akan saya bagikan ini adalah murni dari pengalaman trial and error saya sejauh ini. Saya hanya ingin berbagi hasil pemikiran saya dan perjuangan saya memahami konsep yang melawan arus konsumerisme zaman ini.
Awalnya saya cukup bingung karena saya membaca dan melihat dari beberapa sumber, tentang bagaimana mereka mengartikan konsep minimalisme dan menjalaninya. Dari sini juga saya tahu bahwa ada juga yang disebut dengan extreme minimalist yang hidup dengan 47 atau 80 barang saja. Sejauh ini saya belum pernah melihatnya disini, di kota saya bertempat tinggal saat ini, tapi dulu sekali, saya pernah bertemu dengan seorang backpacker yang mengaku hanya mempunyai apa yang ada di ranselnya saja.
Secara logika, ya, wajar. Seorang backpacker memang traveling dengan sedikit barang dan memanggul ransel, jadi itulah yang menopang kehidupan mereka selama perjalanan. Tapi kalau memang hanya mempunyai 1 ransel termasuk barang- barang di dalamnya selama hidup, shocking indeed. Dulu saya pasti sudah merasa cara hidup ini seperti homeless atau gembel saja.
Tidak berniat merendahkan homeless atau gembel, tapi itulah pola pikir saya saat itu saat masih tertutup dan kurang wawasan (namanya juga baru remaja akhir dan masuk umur 20an). Lucunya, saat itu pun saya hanya mempunyai sedikit barang dan pakaian terutamanya, saya biasa memakai pakaian yang sama berulang kali. Anehnya, saya tidak merasa kurang, kalau kurang, juga bisa pinjam punya teman (nasib anak kos).
Tapi saya malah menumpuk pada barang- barang lain yang sebenarnya kecil dan tidak penting. Barang- barang tidak jelas itu menumpuk dan sesungguhnya juga terselip sampa struk belanja, tiket bus, kemasan makanan dan lain- lain. Sekali lagi, saya adalah seorang hoarder yang merasa ingin balas dendam karena ketidakmampuan saya dimasa lalu.
Jadi begitu saya mengenal Fumio Sasaki 2017 lalu, saya melihat cara hidupnya terlalu ekstrim tapi juga liberating. Sesuatu membuat saya ingin juga merasakan cara hidup yang sama namun baru 2020 kemarin saya mulai mencicil dengan membaca lebih banyak buku dan artikel yang sekiranya membantu saya memahami konsep hidup minimalis. Bukan jalan yang mudah, karena step pertama setelah memutuskan untuk menjadi minimalis, adalah membuang apa saja yang merantai kaki.
Untung saja, saya tidak begitu terikat dengan barang (walau ada beberapa sentimental items) sehingga saya bisa menyingkirkan banyak pakaian yang sebelumnya saya idam-idamkan sebagai fashion statement saya (kocak, siapa yang butuh fashion statement sih, karena saya sendiri paling benci jadi menonjol dimuka umum). Lalu mendonasikan buku-buku yang sangat saya cintai (tapi saya yakin buku sebaiknya di donasikan sebagai pahala).
Langkah berikutnya adalah menyingkirkan hal- hal kecil lainnya yang fungsinya tidak ada. Setelah itu, saya berasa amat lega, meski ya, masih ada beberapa barang seperti skincare saya sebagai beauty blogger (tidak banyak, tapi lebih dari cukup) yang telah saya donasikan juga ke orang- orang terdekat. Oya, saya tidak akan berhenti jadi beauty blogger kok, cuma bagaimana saya menyelaraskannya dengan cara hidup baru ini saja.
Bisa disimpulkan cara saya memahami konsep hidup minimalis adalah :
- Minimalis juga berarti berhemat tapi bukan berarti pelit.
- Minimalis berarti mempetimbangkan banyak hal terutama soal keuangan karena seorang minimalist belajar mengatur keuangan mereka sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka.
- Minimalis bukan berarti gembel, lusuh dan tidak bergaya karena mereka memakai pakaian yang sama saja (mungkin ada 10 pakaian tapi semuanya 1 warna dan model).
- Minimalis buka berarti jadi homeless karena ini adalah pilihan pribadi, beberapa minimalis memang suka traveling dan berpindah- pindah dengan bawaan mereka yang minim.
- Minimalis jadi jeli akan apa yang sesuai dengan mereka in term of fashion, mereka tidak lagi mengikuti trend semata dan membeli sesuatu hanya karena semua orang sedang memakainya.
- Minimalis cenderung concern terhadap limbah dan sumber daya apa dari apa yang mereka pakai serta konsumsi. Saya sendiri memilih membeli used clothings daripada harus membeli dari fast fashion hanya karena saya ingin membantu mengurangi limbah pakaian.
- Minimalis lebih merasa tenang karena mereka telah dapat melihat, menerima dan berdamai dengan diri mereka tanpa harus lagi mengejar validasi masyarakat.
- Minimalis menjadi lebih aware terhadap kondisi mereka, baik itu kekurangan atau kelebihan mereka juga kondisi keuangan mereka.
Cara Simple Menjalani Hidup Minimalis Ala Ann Solo
- Membuat rincian pengeluaran (walau masih bolong- bolong) yang setiap minggunya akan saya evaluasi dari segi kebutuhan atau keinginan semata.
- Membuat daftar; wishlist, need atau want. Setiap kategori ini dapat membantu saya dalam menentukan apa saja yang penting bagi saya sebagai minimalis.
- Mengurangi pakaian, buku, sepatu dan apa saja barang yang tidak saya butuhkan, secara bertahap. Teknik saya sedikit berbeda, saya akan menghabiskan 2- 3 hari untuk mengurangi hampir 70% pakaian, lalu sebulan sebelumnya, saya mengurangi pakaian lagi.
- Membuat dan membagi tabungan (kemana saja, tabungan ayam saya?) dengan pertimbangan yang matang.
- Memakai pakaian yang sudah saya kurasi untuk ke kantor (untungnya nih, saya bekerja di startup yang bebas berpakaian tanpa harus seragam) dan berkreasi sebisa juga senyaman mungkin dengan pakaian yang masih saya simpan setelah decluttering besar-besaran kemarin.
- Memaksimalkan produk skincare saya dan mendonasikan skincare yang tidak sesuai atau membuat saya kewalahan dalam menghabiskannya. Sedikit keras pada diri sendiri, saya terkadang memaksa diri saya untuk menghabiskan skincare tersebut walau seharusnya tidak begitu juga.
- Menetapkan anggaran makan dan belanja bulanan (susah, apalagi saya adalah sugar driven person, maunya makan dan minum yang manis tiap hari).
- Memahami bahwa saya tidak sesungguhnya tidak membutuhkan barang- barang yang ada atau yang saya incar dulu, konyol juga rasanya, karena barang tersebut benar- benar useless at some point.
- Menolak rasa tamak yang selalu dibumbui kecemasan. Contoh; saya ingin menghemat memakai jeans kesayangan, tapi justru kalau tidak dipakai, jeans tersebut lapuk di dalam lemari atau saya tidak akan menemukan jeans terbaik lagi. Oh well, itu hanya benda yang saya beli untuk melayani saya dan tentu saja ada masa akhir pakainya.
Konsisten Dengan Cara Hidup Minimalis
Akan menjadi sia- sia sesuatu jika tidak ada dedikasi dan konsisten dalam menjalankannya, apa lagi ini adalah cara dan konsep hidup. Memutuskan untuk menjadi minimalis tidak cukup dengan niat saja, tapi ini adalah progres yang berkesinambungan. Berat memang ketika permulaan saya memutuskan untuk mengikuti sepenuhnya konsep ini, tapi efek yang saya rasakan cukup instant.
Kamar saya lebih terlihat besar karena barang- barang tidak perlu sudah disingkirkan. Saya tidak lagi merasa terbebani dengan keharusan merawat barang- barang tersebut. Bahkan saya sudah bisa melihat dari sisi terang akan apa saja yang benar- benar saya butuhkan dan berkonsentrasi mendapatkannya. Ya, walau belum bisa dikatakan sempurna (tidak ada yang sempurna!), sejauh ini saya merasa jalan saya sudah cukup baik dan mulai menata serta membangun dedikasi juga disiplin agar gaya hidup minimalis ini menjadi seperti yang saya idamkan.
Baca Juga : PERJALANAN MENJADI SEORANG MINIMALIST - BURNOUT DAN KELELAHAN MENTAL
1 comments
Mantepp nih, ayuk Punya goals dan tatanan baruu
BalasHapus