Heal The World - Save Palestine
Pic : www.unsplash.com |
Di jaman saya kuliah, saya mengikuti beberapa demo protes salah satunya demo protes pembebasan Palestina yang kalau tidak salah saat itu tentang tragedi meninggalnya Rachel Corrie (rest in peace, sister) yang begitu heroic demi menyelamatkan masyarakat sipil dari serangan bulldozer merelakan tubuhnya sendiri di bulldozer (betapa samar ingatan saya akan Rachel yang kalau lagi, tidak salah di bidik kamera sedang membungkuk memeluk seorang bocah).
Jujur, saya dan teman- teman saya bergidik, mempertanyakan sanggupkah kami- terlebih lagi sesama Muslim akan sanggup melakukan hal yang sama, lha wong, pesanan makanan di restaurant telat sebentar saja sudah ngamuk-ngamuk. Rachel, kalau mau di tilik dari latar belakangnya bukanlah seorang Muslim, bliyau hanyalah manusia biasa yang tersentuh hatinya. Cuma sesedehana itu; hati yang tersentuh yang membawanya sejauh itu ke negeri asing dan berkorban jiwa raga (literally).
Di saat itu dunia menjadi heboh, kontroversi kematian bliyau membuat munculnya konspirasi teori, salah satunya pengakuan bahwa tentara Israel yang ‘tidak melihat’ bahwa Rachel sedang berada di tempat kejadian. Yeah, right.
Anyhow, buat kami- para anak muda di jaman itu (di awal 2000-an, kejadian terjadi pada tahun 2003, saya masih semester 2), apa yang menimpa Rachel sangat mengguncang. Seperti yang kita tahu, remaja dan anak muda terutama yang datang dari negara bebas merdeka konflik biasanya cenderung apathy, absent dari apa yang berada di luar lingkunngan mareka. Jika sekalipun mareka menonton berita, mendengar kabar tentang seuatu kejadian baik itu perang, wabah penyakit dan bencana alam- maaf nih, ya, ini berdasarkan pengalaman saya sendiri; kita manusia muda tidaklah begitu pusing untuk ambil tahu terlebih lagi berhenti sebentar untuk mendoakan mareka ataupun menyisihkan uang saku kita (jaman sekarang sibuk pada beli kuota internet, jaman saya dulu mungkin majalah dan kaset music).
Miris memang, tapi begitulah kita yang lupa terlena oleh kesenangan dan kenyamanan yang kita dapati bahkan sejak lahir. Indonesia sudah merdeka sejak generasi orang tua kita meskipun tidak di pungkiri negara kita juga mengalami konflik internal tapi, hey, kita semua yang ada saat ini tidak pernah mengalami apalagi mengetahuinya. Manja much, kids. Alay sih, kita ya.
Namun semakin ke depan generasi muda kita mengalami evolusi tidak hanya secara fisik yang bisa kita lihat tetapi juga secara mentality, simpati dan kesadaran kian tumbuh. Tidak hanya membantu sesama kita juga di luar zona nyaman kita, gambaran yang lebih besar adalah betapa konsistennya kita membantu saudara- masyarakat di luar negara kita seperti Palestine, Syria dan Rohingya contohnya.
Penyaluran bantuan telah terarah dan terusun, sumbangsih kita dalam bentuk materi, tenaga untuk me-lobby ke negara- negara lain juga doa yang tidak pernah putus- saya secara pribadi a firm believer of miracles, karena Tuhan itu ada dan apapun usaha kita suatu saat nanti akan berbuah manis.
Lalu kembali lagi dengan kita sebagai manusia muda (anak gaul lebih gaul lagi kalau kamu menjadi pribadi yang sensitive terhadap sekelilingmu dan mengulurkan bantuanmu, trust me your level of gaul-ness will reach up to the sky), kalau kamu masih bingung dan ragu; saya harus melakukakn apa ya buat Palestine (Syria, Rohingya dan lainnya)?. Okay ini yang harus kamu coba lakukan; kamu tahu bahwa doa itu tidak pernah merugikan apapun walau hanya sepersekian detik dalam kehidupanmu?. Nah, berdoalah. Apapun bahasa yang kamu pakai, agama yang kamu anut, anak dangdut apa anak EDM (Avichii meninggal ya, innalillah), anak sekolah mana, anak metal apa lebih heavy metal- berdoa tidak membatasi suatu makhluk. Bisa kita mulai berdoa?.
Sedekah, ini juga tidak mengurangi uang jajanmu untuk traktir pacar mu atau bujet nonton Avengers-mu minggu depan. Tidak muluk- muluk harus 100 ribu Rupiah kok, sedekahkan menurut kamu apa yang termampu serta seikhlasnya hati kamu bisa menerima. Kan, ada banyak tuh, kotak- kotak derma- cemplungin deh, tuh sedikit duit.
Educate yourself, edukasi dirimu dengan rajin membaca dan menganalisa tapi please, jangan langsung menjadi judgmental menuduh tanpa dasar pengetahuan yang banyak. Hanya karena kamu telah membaca, mendengar beberapa informasi bisa membuatmu menjadi ahli akan subjek tersebut. Ada waktu dimana saya menghabiskan bertahun- tahun membaca semua artikel, bahkan novel yang terinspirasi dari masalah Palestine dan Israel ini (saya sampai membaca beberapa cuplikan kitab mareka, sejarah mareka dari jaman mareka masih pakai kain dari kulit binatang) meskipun begitu saya masih tetap belum jadi seorang yang bisa berbicara banyak tentang masalah ini. Jadi akan lebih baik kita mempersenjatai diri kita dengan ilmu dan ketenangan melakukan pertolongan ketimbang marah- marah dan mengamuk memaki tanpa ada usaha pertolongan sama sekali. Apa coba, kan?. Buang waktu dan buang tenaga, balik lagi ke point diatas: berdoa dan bersedakah jauh lebih bermanfaat dan bermakna.
Teruntuk kids jaman now yang sibuk banget posting foto selfie mareka dan latah akan ganti profile picture mareka tiap kalau kejadian di Palestine/Syria/Rohingya lagi di blow up di media saja, ask yourself- tanya diri kamu; apakah saya tulus, apakah saya hanya mengikuti tanpa tahu apa sih, sebenarnya yang sedang terjadi di luar sana, apakah saya memang keren?. Kamu akan lebih keren kalau kamu menemukan empati, common sense- pikiran logis kamu terhadap sesama.
Kalau kamu sudah menemukan rasa simpati dan empatimu, mulailah untuk bergerak maju, ambil detik dalam hidupmu untuk berdoa, sedikit rezekimu untuk di bagi.
Donasimu akan tersalurkan, insha Allah, dalam nama Allah kepada saudara kita sesama manusia (Muslim bagi yang beragama Islam) ke;
Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina Provinsi Riau.
Bank Syariah Mandiri cabang Pekanbaru a/n KNRP RIAU 7047466614.
2 comments
Inspiratif bangets.. mantap
BalasHapusAlhamdulillah. Terimakasih, pak.
Hapus