September Grey

by - September 30, 2019

Sumber Kompas


Kepada para pembaca Ann Solo, kali ini saya tidak akan bercerita mengenai review skincare maupun film melainkan cerita mengenai musibah yang kami alami pada September kemarin.



Kita sudah memasuki bulan September dan saya tidak begitu ada semangat menulis bulan ini karena semangat 'juang' saya kalah bersaing dengan asap yang semakin tebal kian hari.

Kota Pekanbaru - Riau seakaan terpisah dari dunia dan 'menyelubungi' dirinya sendiri dengan asap kuning tebal berbau. Tak beda dengan propinsi tetangga terdekat kami, yaitu Jambi sebagai tempat kejadian kebakaran justru lebih mengkuatirkan dengan langitnya yang merah membara.
Tidak hanya di Sumatera, asap dan kebakaran ini juga terjadi di Kalimantan. Banyak yang bertanya kenapa sampaiada kejadian kebakaran seperti ini bahkan seakan berlangganan (2015 juga adalah masa paling buruk kota ini)?.

Riau adalah sebuah daerah yg di dominasi oleh tanah gambut yang mampu menyimpan panas dan mengakibatkan kebakaran secara alami. Faktor abnormal penyumbang terbesar kebakaran seringnya adalah pembakaran lahan perkebunan kelapa sawit.

Ya, perusahaan- perusahaan sawit adalah penyumbang musibah asap disini. Mareka lebih memilih membakar lahan dengan modal serta cara cepat ketimbang menebang sawit tidak terpakai satu persatu yang tentu saja memerlukan banyak dana dan waktu.

Ketamakan juga tindakan jahat mareka ini berakibat pada masyarakat yang tidak tahu- menahu. Korban berjatuhan baik itu sakit maupun yang terenggut nyawanya. 

Lalu bagaimanakah tindakan pemerintah?.

Ya, begitulah.

Hanya Tuhan yang mampu membalaskan rasa kami penduduk yang terkena bencana asap oleh manusia zalim ,karena Tuhan tidak tidur dan doa kami yang terzalimi akan terbalas satu persatu.

Amin.


You May Also Like

6 comments

  1. iya mba, tahun ini juga teruk asapnya. tiap tahun selalu seperti ini

    BalasHapus
  2. Semoga deh tahun depan ga gini lagi, sedih

    BalasHapus
  3. Semoga gak ada lagi kabut asap di negara tercinta ini ya.

    BalasHapus
  4. Asap ini bikin kezel, apalagi warga pendatang kaya aku yg belum terbiasa.. Agak lebay tapi aku ngerasa kaya mau mati aja karena sesak hiks

    BalasHapus
  5. balada asap dan sejuta kisahnya, kesal tapi mau kek mana ya.. semoga 2020 udha ga ada lagi

    BalasHapus
  6. Aku hidup bersama asap di seluruh hidupku

    BalasHapus