Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo



“Skincare itu cocok- cocokan” – quote yang disimpulkan dari pengamatan hasil review hampir semua beauty blogger (dan juga setelah trial dan error).

Hai semuanya, setelah membaca Review Alih Fungsi Skincare Part 1, kini kita akan memulai Part 2-nya, ya. Bagaimana, apakah Part 1 dapat membuatmu mengubek- ngubek meja rias dan mulai terinspirasi mengalih fungsikan skincare bahkan mungkin make-up?. Share cerita kamu di kolom comment, ya.

Baiklah, mari kita mulai Part 2!

Garnier Light Complete White Speed – Super Essence.



Fiuh, panjang sekali, ya?. 

Ini adalah impulsive purchase setelah lihat iklan iklan yang mengendap di alam bawah sadar, begitu lihat si kuning kecil ini lagi harga promo di toko, reflek tangan saya menyambar dan begitu sadar sudah dalam perjalan pulang sembari menggenggamnya. Yas!.

Jujur saja saya suka bingung, apa bedanya serum dan essence, bukannya sesama ekstrak/sari/konsenstrat (hampir) murni, bukan ya?. Memang wajar serum dan essence tersendiri dibanderol dengan harga yang lebih mahal mengingat klaim dan target khususnya. Namun masih banyak juga yang menambahkan embel-embel serum/essence di produk mareka tapi entahlah, hanya sekedar gimmick atau memang tidak bisa menyatu karena dipaksakan?.

Garnier cukup ambisius menetaskan produk yang berdiri tunggal seperti essence ini dengan harga yang amat sangat murah (mana sering diskon, juga), netto 10 ml. Dibandingkan dengan merek dan produk lain khusus sekelas harga drugstore, ini termasuk langkah inovatif, bold dan sangat kekinian mengikuti arah pasar, terutama arah pasar kiblat skincare Korea, ya. 

Kemudian membicarakan performanya; saya mengalami sedikit break out, jerawat merah kecil dan bruntusan disekitar rahan dan tepi kening. Awalnya saya pikir mungkin karena hormone yang galau hendak PMS atau kurang bersih dalam mencuci muka, tetapi tidak. Bruntusan tetap muncul setelah menstruasi lewat. Yah, sayang sekali walaupun khasiatnya dalam memutihkan/mencerahkan belum terasa sempuran, saya harus buru- buru mengakhiri pemakaian demi menghindari break out lebih lanjut.

Oleh karena itu, Garnier essence ini sekarang bertugas untuk mencerahkan lutut, siku dan kedua mata kaki. Bagaimanakah hasilnya?. Ya, begitulah.


Wardah White Secret – Intense Brightening Essence.



Masuk ke produk ke-2 yang juga berupa essence, dan kalau kamu telah membaca review saya sebelumnya pasti sudah bisa menebak kenapa Wardah ini masuk kedalam kategori produk terkena alih fungsi. Wanginya yang menyengat. Yes, karena itu adalah alasan utamanya essence Wardah ini ‘jatuh tapai’.

Dan tentu saja sepaket dengan Wardah Exfloliating Lotion  sebelumnya, ini juga merupakan lungsuran dari teman saya, yang lagi- lagi telah mencoba mengalih fungsikannya karena kekecewaan (dan kurangnya kesabaran menunggu) akan hasil yang ingin diperoleh. 

Sebenarnya ya, saya cukup suka dengan essence Wardah ini, botolnya kaca akrilik, ada snippet dan lumayan banyak, 17 ml. Balik kembali ke wanginya yang ampun-dah itu, plus rasa gatal di wajah memang sudah tidak dapat ditolerir lagi, so, bye!.

Oleh karena itu, essence dari Wardah ini juga turut berganti- gantian dengan yang lain menjalankan tugasnya di bagian tubuh yang lain.


Eversoft Skinz Youth Recall – Hydtraing Toning Lotion Step 3.



Apa kabar step 1 dan 2, 4 dan 5?. Nothing, karena ini adalah pembelian mengikut budget, kebetulan lagi diskon dan sepertinya (hanya dugaan sotoy) agak mirip SKII (mimpi penuh harap). 

Toning, lotion, well, tambah membingungkan saja. Texture wise sih, hampir sama dengan 2 essence di atas, hanya saja lotion ini lebih runny dan hasilnya lembab dan dewy banget (super oily di muka saya, ya iyalah, ini untuk kulit kering). Sudahlah skip ke-4 step lainnya, ternyata untuk kulit kering. 

Menyebabkan sedikit bruntusan, gatal dan panas mungkin karena memang bukan untuk oily skin type lah, ya. Sedih sih, karena sudah mengharapkan 3 key benefits: moisture surge, firming & lifting serta anti-yellowing (seriously, saya baru tahu kalau ada anti kuning dalam skincare wajah).

Oleh karena itu, toning lotion Skinsoft ini kini hanya menjalan tugasnya khusus untuk leher saja, dengan niat agar kulit leher tetap kenyal, anti menguning dan terjaga kelembapannya (tetap dengan pemakaian tipis mencegah over moisturized).

Wah, tanpa sadar saya menyatukan tulisan tentang essence/serum/toning lotion disatu artikel. Semoga tulisan ini bisa membantu ya, baik yang sedang mencari referensi maupun yang bingung untuk mengalih fungsikannya.







Dalam menonton film, sejujurnya saya hampir jarang terpengaruh kritik dan review maupun spoiler sekalipun. Tidak jarang saya mencari tahu film tertentu di Wikipedia, membaca seluruh informasinya namun tetap tidak gentar mencari dan menontonnya. 

Terlebih lagi jika Rotten Tomatoes yang terkenal brutal dalam memberi rating, menorehkan angka drastis serendah 3%, jika menurut saya ada sesuatu yang menarik dari film itu (tema, sutradara, aktor, produksi), masa bodoh, saya akan tetap menonontonnya.

Ya, memang orang seperti saya wujud didalam dunia ini. Perduli apa jika ada yang mengatakan sebuah film atau buku itu jelek sampai saya membuktikannya sendiri.

Apa saja film yang ber-rating rendah mengenaskan yang pernah saya tonton tetapi cukup layak dinikmati, beriku daftarnya.

White Chicks (2004) - Rating 15%.



This movie was, still everything for me. A legend. Sangat genius menyentil isu dan budaya pop ketika itu, script penulisannya bisa dibeilang cerdas, sarkastik, satire serta bernas. Film ini menjadi cult classic, mempunyai penggemar yang setia- bahkan sampai sekarang ini, saya dan beberapa teman penggemar film ini masih sering membicarakannya. A must watch movie from Wayans Brothers, kelucuan yang tidak pernah berkurang walaupun ditonton puluhan kali.


Hot Pursuit (2015) - Rating 7%.



Sungguh rating yang brutal, bagi mareka yang sangat mengidolakan rating tentu akan turn down begitu melihat angka yang tertera. Jadi apa yang menarik dari film ini?. Sofia Vergara. Pemeran Gloria di serial komedi Modern Family ini membuat namanya sendiri dan terkenal dengan aksen serta penampilan seksinya. Kasihan Reese Witherspoon berada dalam bayangan Miss Vergara disepanjang film ini (walau di poster berada paling depan).


The Last Airbender (2010) - Rating 6%.


Ini adalah film yang mengoarkan banyak kekecewaan, mulai dari pemilihan casting-nya sampai ke plot cerita yang menyedihkan. Untunglah anak- anak masih menyukai film ini semurni mareka menyukai bahaw pahlawan mareka, Aang akhirnya tidak lagi tokoh kartun tetapi menjelma menjadi manusia. Highlight film ini?. Dev Patel, cute Dev Patel.


The Love Guru (2008) - Rating 13%.



Alasan utama kami sempat heboh mencari DVD bajakan film ini adalah karena Mike Myers alias Austin Powers keluar dari 'sarangnya' dan kembali berakting. Selebihnya, jika kamu penggemar komedi absurd a la Mike Myers, please proceed. 


Jack and Jill (2011) - Rating 3%.



Adam Sandler adalah jaminan nama bagi film komedi; jelek - bagus, flop - sukses. Cuma ada 2 pilhan gabungan, jelek - sukses, atau bagus - flop. Saya sudah kehilangan kontak dengan film bagus - suksesnya dikarenakan Sandler lebih sering menjadi bahan tertawaan media massa (begitu juga Nicolas Cage) tapi herannya masih saja memproduksi film sejenis. Siapakah yang menjadi 'penyelamat' hampir disemua film-nya?. The leading actress, mulai dari Katie Holmes hingga Salma Hayek.


Wild Wild West (1999) - Rating 17%.



Harus diakui saya cukup kaget melihat rating film ini, maklum saja saya menonton film ini ketika saya masih berusia 15 tahun dan merasa film ini sangat keren: tema steampunk plus Will Smith yang saat itu sedang naik daun. 


Daftar film diatas hanyalah segelintir dari ratusan film terburuk ber-rating jeblok baik dari Rotten Tomatoes maupun situs kritikus film lainnya, dan sekali lagi itu tidak menghalangi saya menyukainya maupun menjadikan film tersebut kedalam deretan film favorite pribadi. Bagaimana dengan kamu, apa sajakah film kesayangan kamu yang masuk daftar tomat busuk?





The Try Guys


Kaget sekali begitu mengetahui bahwa The Try Guys akhirnya meluncurkan saluran channel mareka sendiri setelah 9 musim, dengan membeli hak cipta dari perusahaan yang membesarkan nama mareka, BuzzFeed. 

Mungkin memang sudah waktunya ke-4 lelaki ‘tidak gagah perkasa’ ini mulai mengambil alih dan focus dengan konsep yang mareka maui sendiri. Saya tidak dapat membayangkan berapa harga untuk ‘menebus’ sebuah hak cipta terutama dari perusahaan hipster besar sekelas BuzzFeed ditambah lagi The Try Guys sedang dalam masa jaya mareka. Phew. Lots, of, money. Sampai ada 1 scene dimana Ned Fulmer sempat nyeletuk kalau mareka memang, menggelontorkan habis tabungan mareka and this should be worth it!.

BuzzFeed adalah perusahaan media berbasis internet yang dibangun oleh Jonah Peretti dan beberapa orang rekannya, berfokus pada digital media yang mencakup banyak hal, contoh: dari music, seni, politik, meme, dan tentu saja ke-hipster-an viral yang terjadi saat ini. 

Para pekerja di BuzzFeed pun adalah kaum muda yang keren dan trendy, open minded, dari  berbagai macam latar belakang, ras, suku, pandangan politik, agama, serta bakat yang dibuktikan dengan tuntutan multi- tasking. Tidak jarang mareka memproduseri, mengambil rekaman, mengedit dan menayangkan video mareka seorang sendiri.

Salah satu segmen yang terkenal, sangat booming dari BuzzFeed adalah The Try Guys yang dimulai sejak tahun 2014. Berkonsep awal 4 orang lelaki yang mencoba- coba hal yang unik, nyeleneh, kadang tidak masuk akal namun disebalik itu semua mareka ingin menyampaikan sebuah pesan. 


Ketika mareka sedang 'hamil'.


The Try Guys Try Labor Pain Simulation adalah video dengan viewer terbanyak mareka hingga mencapai 26 juta penonton. Disini mareka ingin merasakan bagaimana rasa sakit yang diderita para perempuan dalam melahirkan. Tentu saja semua video mareka disertai komen yang kocak, konyol, jujur nan ekspresif akan emosi dari reaksi ketika mareka mencoba sesuatu yang tidak pernah mareka tahu sebelumnya. 

Siapa saja The Try Guys?. Mari berkenalan singkat.

Ned Fulmer si penggemar berat istri sendiri, terkenal selau melontarkan kata- kata: MY WIFE.., adalah seorang pribadi yang manis dan mempercayai soul mate serta cinta sejati. Istrinya, Ariel Fulmer ikut muncul dibeberapa video produksi mareka, menjadi sama bekennya dengan sang suami.

Si jangkung narsis, Keith Habersberger yang suka sekali jadi pusat perhatian. Keith adalah pencandu fried chicken, super ramah dan selalu ingin agar semua orang menyerukan namanya dimana-mana.

The Baby, Zach Kornfeld yang benci akan nama belakangnya, adalah anggota termuda namun sangat aktif juga yang paling rendah diri mengingat dirinya kurang tinggi dan seorang Yahudi.

Eugene Lee Yang, keturunan Korea- Amerika yang terkenal good looking with dashing style dan gaya rambut yang gaul. Diantara ke-3 teman sesama Try Guys, bahkan seluruh staff member dikantornya (apalagi internet), Eugene mempunyai penggemar paling banyak dan sangat diminati.

Ke-4 anggota Try Guys ini sangat multitalenta, mareka menggali dan mengolah ide serta membuatnya viral. Dikarenakan buah ide mareka menampilkan bebapa nudity yang eksplisit (bertelanjang dengan hanya sensor dibagian private), untuk beberapa orang bisa mengakibatkan ketidaknyamanan. 


Ned, Eugene, Keith dan Zach yang terpesona dengan kelenturan ballerina.


Bagi saya pribadi, saya cukup menikmati isi konten video mareka, tingkah laku konyol mareka, terutama disaat mareka mencoba merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang perempuan (hamil, simulasi payudara, melahirkan, memakai sepatu tinggi)  berakhir dengan empati juga rasa hormat terhadap semua para perempuan. 

Sedikit cerita dari seorang teman baik saya, yang menurutnya BuzzFeed adalah perusahan yang terlalu progresif liberal (kalau tidak 'kekirian'), sangat aktif dalam hal kekinian, mempunyai agenda tersembunyi dengan mendukung LGBT, equality, body empowerment, anti- bullying, feminism,  serta mendobrak semua hal yang dulu kita anggap taboo.

Semua perusahaan tentunya mempunyai agenda, dan kebetulan BuzzFeed hadir diwaktu dunia membuka semua permasalahan, taboo serta melanggar stigma, seperti The Try Guys yang tidak berlaku ‘macho’ atau hal maskulin lainnya, openly- vulnerably share their fears and their flaws for not being fit to male stereotype.

Then again, saya sangat menyukai ke-4 lelaki ‘apa adanya’ ini, sangat menghibur serta bisa memberi suatu masukkan positif (dengan penyampaian super konyol). Sekali lagi, selamat atas channel baru yang resmi tayang Juni 2018 kemarin ini, semoga selalu menghibur dengan konten- konten lucu serta konyolnya.





The Smashing Pumpkins.

Buat para fans berat Pumpkins sedunia, ini pastilah reuni yang nyaris sempurna kalau saja D’arcy Wretzky ikut gabung dan touring bersama ketiga personil lainnya. Then again, D’arcy bukanlah untuk semua orang walau bagi die hard fans-nya band ini sekalipun, namun bagi saya pribadi, D’arcy adalah ‘cabe’ yang memberi kepedasan unik bagi The Smashing Pumpkins.

Sassy Miss D’arcy.

Si 'pelempar pisau', D'arcy.

Akhirnya band bernama nyeleneh yang membuat anggotanya sendiri (D’arcy, tentu saja) dongkol, bersatu kembali serta berhasil mengatasi masalah internal penuh drama, membuat para penggemarnya bersorak kegirangan. Jikalau kemarin kita hanya disuguhi rumor belaka mengenai jadi tidaknya Pumpkins bersatu, kali ini mareka benar-benar melakukannya dan euforia  di Instagram turut serta menyemarakkan dengan mengunggah tayangan throwback mengenai band ini mewarnai feed saya. Yasss!.

So, who are they The Smashing Pumpkins, you ask?

Billy - D'arcy - Jimmy - James.

Band ini sangat beken disekitar akhir tahun 80-an dan awal 00-an dimana akhirnya mareka pecah karena, ya, apalagi kalau bukan ego masing- masing. Frontman-nya sendiri, Billy Corgan dikenal sebagai sosok kontroversi (super moody dan ngambekan), some say selfish (don’t we all are?) serta eksentrik (bliyau dengan PeDe yang tinggi mencari bakat untuk mengisi band ini sambil promosi ke semua orang bahwa band ini akan dipanggil Smashing Pumpkins, belum lagi judul albumnya). 

Seiring waktu mareka mengganti formasi anggota, entah itu karena masalah pribadi (Jimmy sempat keluar untuk intropeksi diri dan menjalani rehab), hingga visi misi yang tidak lagi sesuai. Billy sendiri sebagai penggagas tetap tegak berdiri seorang diri, merekrut musisi lain, bahkan sempat menelurkan 4 album tanpa 3 orang anggota asli Pumpkins. 

Harus diakui, penggemar mempunyai pendapat tertentu akan musisi baru yang menggantikan tempat ketiga orang Pumpkins kesukaan mareka, begitu juga saya; musim boleh saja berganti, tapi tidak dengan ke-3 original line up kesayangan saya berikut ini.

Jamming.


The Boy; James Iha (my James), yang mengisi rhythm guitar adalah keturunan Jepang di Amerika, merupakan pribadi yang juga tidak kalah eksentriknya, anak gaul pada jamannya (mulai dari jalan di catwalk, model untuk clothing line sampai bergaul dengan para famous face kala itu). I think James quite a role model how cool Asian kid bisa main band dan make his name in rock and roll history of fame, while we know it’s not easy to ‘climb up’ in Hollywood (atau Amerika) pada waktu itu.

Lalu ada bassist perempuan, D’arcy Wretzky yang dipilih karena Billy merasa mareka butuh figure perempuan keren (mungkin seperti Kim Gordon bagi Sonic Youth), the spice amongst the men. Nyatanya D’arcy memang terbukti sangat mumpuni dengan skill bermain bass-nya, doi termasuk dalam jajaran coolest female bassist dan juga even coolest female rock star. 

Ketika ada yang menyarankan mareka untuk mencari pemain drummer sungguhan, maka Jimmy Chamberlin pun ditarik masuk. Saya, sebagai penggemar alat musik drum (dan bass), sangat menyukai gaya menggebuk drum-nya bliyau. Terlebih lagi album dijaman awal band ini yang hampir raw tanpa recokan synthesizer terlalu banyak, ketukan drum dari Jimmy sungguh grunge dan nge-beat. Then anyway, Jimmy adalah personil yang paling sedikit saya ketahui ‘riwayat hidupnya’, apakah karena bliyau  tidak terlalu banyak gaya dan seringnya lebih banyak diam di dalam interview.

Terus bagaimana dengan reuni mareka tahun ini, tur konser yang akan berlangsung dan debut single yang baru ‘menetas’ di bulan Juni 2018 kemarin ini?.

Formasi reuni 2018.

Solara terdengar amat Pumpkins definitely dari segala segi; suara khas Billy sekaligus music khasnya.  Harus diakui saya sedikit kaget begitu melihat kotak thumbnail-nya YouTube untuk video music mareka; Billy duduk dengan baju serba hitam dan riasan gothic (sure!) dalam keremangan lampu biru, oh wow, Ava Adore?.

(Billy telah memilih jalan, penampilan gothic hingga sekarang, well, I don’t know, pale bald- middle aged man in black clad wearing eyeliner and looking somber still holding on teen angst inside, uh, okay).

Secara keseluruhan saya menikmati lagu Solara dan konsep clip mareka, so 90’s; ada ide surrealisme-nya, orang- orang berpenampilan aneh, saling tatap, ah, benar-benar tipikal rata- rata video clip dulu, deh (sungguh suatu pencerahan setelah disuguhi clip jaman sekarang yang terlalu banyak boobies, butts, people throwing money, sex scene, bentuk macam rupa hedonistik milenia).

Reuni mareka yang solid tahun ini mampu mengobati rasa ‘sakit hati’ penggemar kepada Billy, jujur saja siapa yang tidak kesal kalau saban sebentar muncul kabar mareka akan bersatu kembali tapi Billy malah justru bertingkah kekanakkan; mulai dari saling kirim SMS basa- basi terus adu argumentasi, saling lempar kesalahan- seriously, bukankah mareka dan fans juga sudah terlalu penat juga cukup dewasa untuk drama sebegini?.

Menyangkut drama, tidak sah rasanya kalau tidak bertanya kenapa D’arcy tidak muncul bersama mareka?. Media menuliskan terjadi banyak sekali pertikaian dari kedua belah pihak ini; pihak D’arcy mengklaim bahwa Billy tidak pernah sekalipun menghubunginya setelah tur terakhir mareka dulu, yang kontras dengan pihak Billy mengumumkan bahwa Miss Wretzky telah diundang tetapi sayangnya menolak undangan tersebut. Bahkan, agar lebih ‘berbumbu’, masing- masing mareka mempublikasikan hasil percakapan tersebut, nah, dimana fans adalah ‘korban’ dari ‘pertikaian’ kedua anggota Pumpkins favorite mareka (disini saya memilih memijit kepala dan menutup telinga).

Untuk ‘pemanasan’, awal minggu ini Pumpkins menggelar konser rumahan berkonsep sama dengan lagu dan clip mareka yaitu 1979. Sedikit lucu, mengingat kini fans asli dan anggotanya sendiri sudah paruh baya, saya membayangkan apakah mini konser itu bakalan riuh, persis sama seperti aslinya?.



Begitu melihat hasil laporan jepretannya di media, nope, saya melihat stage dengan para awaknya, memainkan lagu dan para fans mengagumi disekitarnya. Kalau dulu bisa saja mareka dilaporkan para tetangga karena penyalahgunaan narkoba dan alcohol dibawah umur di konser yang mareka gelar (dikawasan perumahan di LA), tetapi kemarin mareka dilaporkan karena ‘terlalu bising’ hingga polisi datang dan meminta agar mareka berhenti. So, rock and roll, grunge, man!.

Balik ke konser yang segera akan digelar, dari beberapa komentar yang saya baca pihak promotor menargetkan harga tiket yang lumayan fantastis dimulai dari $300 - $600. Woah!. 

Dengan bertumpu pada aspek alasan menjual nama besar band, fanbase yang fanatic dan setia, promotor antusias bahwa mareka bisa menjual habis tiket tersebut tanpa memandang tempat/daerah konser tersebut akan digelar (ternyata tidak semua bagian di Amerika itu sendiri adalah penggemar Pumpkins sedari dulu).

Kaum milenia baru yang tidak mengenal band ini, bisa sangat dimaklumi sedangkan bagi mareka yang tahu (atau terpaksa menemani orang tua/oom dan tantenya nonton) dan terlihat di lapangan konser nantinya tentu sebuah pemandangan yang indah mengingat ternyata kita berhasil menyerahkan sebuah legasi kepada anak-cucu kita. Am I right, old Pumpkins?!.

Tanpa D’acry membetor bass, James yang kini sedikit garing dengan jas dan jeans, kulit wajah Billy yang kendur serta Jimmy yang masih tidak banyak omong, keinginan saya sedari dulu tetap sama; menonton langsung konser band kesayangan saya The Smashing Pumpkins. Namun apa daya, permasalahan saya dulu (masih kecil dan tidak ada duit) tetap menghalangi saya untuk menonton mareka sekarang meskipun keajaiban terjadi dengan rujuknya mareka kembali (sudah tua dan masih belum ada duit). Keajaiban belum berpihak kepada saya, malangnya.

Rise and shine, Pumpkins!.

Saya nantikan fitur live di halaman Instagram resmi anda, okay?.











Setelah membaca banyak artikel tentang antisipasi terhadap film terbaru 2018 Steven Spielberg- Ready Player One, saya pun turut mencari tahu latar belakang film ini dan ternyata berasal dari sebuah buku, tentu saja. Ini menginspirasi saya membuat artikel tentang Books To Movies, buku apa saja yang sudah menjelma menjadi gambaran nyata di bawah naungan Stories untuk debut perdananya hari ini. Berikut adalah beberapa buku yang telah saya baca kemudian ternyata diterjemahkan secara visual.


1. Ready Player One - Ernest Cline.


Buku
Film
                           
Bukunya sendiri terbit di tahun 2011 sedangkan film-ya dirilis 2018, dalam rentang waktu kurang lebih 7 tahun ini pop culture (sebagai dasar buku ini ditulis) sudah banyak mengalami penambahan baik itu seleb, game terbaru, meme dan tokoh narisistik yang menjamur beken viral setiap harinya. Satu hal yang saya syukuri dari buku/film ini adalah mareka tidak memasukkan referensi Kardashians/Jenners kedalamnya, thank God!.

Sebagai pembaca ‘kelas berat’ dan penikmat khayalan membayangkan sesuatu dari deskripsi kata, ternyata film-nya amatlah sangat mengecewakan. Ah, kenapa sih, mareka suka mengubah hampir banyak hal dari buku ke film?.

Kali ini Spielberg mengubah hampir semua esensi dari buku, memenggal banyak hal; tokoh Wade Watts di dunia nyata (buku) itu botak, pucat dan jauh lebih minderan. Tapi tidak di film, Wade alias Parzival malah punya rambut subur dengan gaya boyband poni tebal-anti-badai-berpomade dan segar bugar merona tanpa masalah kulit.

Saya bisa mengomel banyak tentang kejanggalan film adaptasi ini, but long story short, bukunya worth reading bagi kamu nerd/geek, penyuka budaya pop, game, music, film, seni, maupun penggemar trivia.

(Dammit Spielberg, you ruined it, man!)


2. Fifty Shade Of Grey – E.L James.


Buku
Film
       
Kalau tidak salah buku ini berasal dari tulisan fandom yang terinspirasi dari Twilight – Stephenie Meyer, so, fandom as you might know, could be a masterpiece or a shit, totally. 

Saat itu buku ini sempat booming, meskipun banyak hujatan dan memang bukanlah my cup of tea, tapi saya tetap ngotot baca hingga halaman ke 100, saya memutuskan; what the hell is this?. 

Ternyata tidak hanya saya seorang yang sudah muak tanpa harus menyelesaikan buku ini, menurut review yang saya baca, beberapa orang malah ekstrim dengan melempar keluar bahkan membakar buku ini padahal hanya membaca beberapa lembar saja. Mujur saya men-download online, tinggal menghapus file dan berjanji tidak akan membaca seri buku ini berikutnya maupun menonton film-nya.

Buku/film ini sebenarnya termasuk kategori young adult fiction, versi erotic, dengan twist of BDSM. Cuma sayang, mungkin idenya menarik tapi eksekusi penulisannya sangat amatiran (yes girl, fandom gitu lho), walau di produksi masal, ada editor tapi kenapa tetap bosan sekali isi tulisannya. 

Pengulangan kata yang sama tiap sebentar monoton banget, tokoh si gadis utama yang bagai weak, innocence lamb (so typical), nrimo dan pasrah saja. Trully, freaking, annoying.

Anyhow, baik buku maupun film-nya mempunyai penggemarnya sendiri dan kabarnya mareka akan tetap melanjutkan film hingga tidak hanya lagi shade of grey, tapi sampai berubah hijau!.


3. A Wrinkle In Time- Madeleine L’Engle.



Buku
Film



Honestly saya tidak begitu ingat tentang alur cerita men-detail dan para tokohnya dari buku ini karena ini termasuk buku classic yang sudah bertahun lalu saya baca, but I get it; cerita coming-of-age dan petualangan Meg Murry dalam menemukan ayahnya yang hilang serta bagaimana bliyau menjalani lika- liku masa remajanya (teman, bully disekolah, puberty, keluarga, anak laki- laki, pelajaran).

Nah, begitu melihat trailer dan keriuhan bahwa film ini menggaet Oprah Winfrey , I instantly think; pasti ada pesan moral dan kampanye, nih. Of course dong, selain buku aslinya sudah bermuatan pesan apalagi ditambah Oprah (women empowerment, embrace your body, equlity, education, planned parenthood, perhaps?) demi menyempurnakannya secara ‘bentuk nyata’, if you know what I mean.

Oh, film ini becerita tentang tesseract dan teleportasi kedunia lain (untuk menyelamatkan si bapak), kok jadi ingat Thor dan Loki, ya?.

Lalu apa yang menarik dari film ini kalau kamu bukan bocah yang lagi bête dengan masalah jerawat dan pergaulan dengan lawan jenis?. Chris Pine, berjanggut, is super hot (baru pertama kali ini saya menyukai Chris Pine setelah lelah dengan baby face-nya yang static, almost in his entire movie).


4. Stardust – Neil Gaiman.



      
Buku
Film    



Shout out to one of my favorite writer, Mr. Neil freaking Gaiman!. Bagi beberapa orang Gaiman bisa dibilang terlalu unik dan eksentrik, bila kamu berpikir buku- buku bliyau yang lain terlalu aneh, susah dimengerti, Stardust mungkin bisa jadi pilihan pertamamu untuk mengenal bliyau, buku sekaligus film-nya juga.

Sedangkan menurut saya pribadi, Stardust terlalu lembut dan sedikit hambar, ya, sekitaran buku romansa YA lainnya lah, hanya saja para tokoh diubah semenarik dan se-dreamy mungkin.

But hey, itu tidak menyurutkan keingingan saya untuk tetap menantikan Stardust di terjemahkan dalam bentuk 3 dimensi. Secara kesuluruhan film ini enjoyable, untuk yang berkelurga- aman bagi para bocah, penggemar fantasy bling-bling maupun para romantic at heart diluar sana (personal highlight sih, karena ada Michelle Pfeiffer).



Sejauh ini saya hanya mampu menuliskan 4 saja dulu diantara begitu banyak buku dan film yang pernah saya baca serta tonton (begitu banyak sehingga lupa dan terkadang saya membaca/menonton baik buku atau film yang sama lebih dari 2 kali!. 

Sampai jumpa di Part 2, ya!

Seven Sisters

Begitu saya membaca penggalan synopsis tentang 7 orang bersaudari, kembar identic dan di isolasi didalam satu apartment dan hanya diperbolehkan keluar rumah sekali seminggu, I was like: gila, punya 2 saudara yang tidak kembar serta fully acces saja, saya sudah sering dongkol pada mareka, apalagi 7 orang begini?.

Hi there, kembali lagi ke Movie Night dan kali ini saya akan me-review film berjudul What Happened To Monday, atau bisa juga disebut Seven Sisters yang dibintangi Noomi Rapace. Jujur saja saya dulu sempat not a fan on her craft, Noomi bukanlah aktris ‘asli’ Hollywood melainkan pendatang dari Eropa dan portfolio-nya bisa dibilang cukup bagus hingga doi melebarkan sayap internasional untuk pertama kalinya di film Sherlock Holmes: A Game Of Shadows.

Ke-tujuh bersaudari dengan personal style masing- masing.


Karena merasa intrigued by her weird, unusual, quirky look, saya pun mencoba menonton The Girl With The Dragon Tattoo yang versi Swedia, well, got to admit she nailed it (to be fair, Rooney Mara also did a good job potraying Lisbeth Salander, yang versi Hollywood-nya).

Jadi di film dystopian science fiction keluaran 2017 ini, saya berharap banyak akan acting doi yang pastinya lebih menantang dan spesifik mengingat harus memerankan 7 orang yang meskipun identic namun mempunyai karakteristik masing- masing plus- tampilan luar yang berbeda- beda.

Film dimulai oleh pengurangan penduduk bumi besar- besaran dikarenakan menipisnya sumber daya alam, pemanasan global dan juga limbah yang membengkak. Sebuah biro didirikan untuk menanggulangi masalah ini dengan kampanye One Child, One World. Setiap keluarga hanya diperbolehkan memiliki satu anak saja, dan, jika kedapatan mempunyai lebih dari satu, maka  anak tersebut akan diambil dan di bekukan didalam kapsul Cyrosleep.

Yearp, layaknya film ‘akhir dunia’ lainnya, pasti bakal ada satu tokoh sentral, seorang penjahat yang ditaktor  penuh ide menolong bumi namun penuh kontradiksi, kali ini tokoh jahat itu diperankan tidak lain dan tidak bukan oleh Glenn Close, yes, ladies dan gentlemen, the Cruella de Vil herself. 

To be honest, film ini mempunyai plot yang agak lemah, apakah ini ada pengaruhnya dengan Netflix dan bukan produksinya major production house sehingga berasa kurang nampol, entahlah. Even so, aktingnya Miss Rapace tetap prima dan hampir flawless memerankan 7 karakter. 

Karen Settman, 1 identitas untuk 7 orang, 1  jenis wig, 1 gaya, 1 attitude.


Oleh kakek mareka, ke-7 saudari ini diberi nama Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday, Saturday dan Sunday. Mareka mengambil hari sesuai nama mareka untuk keluar bergaul di masyarakat, baik itu sekolah maupun bekerja. Sedangkan yang tidak dapat jatah keluar hari itu harus tetap dirumah dan menghibur diri mareka ala kadarnya.

Gadis- gadis ini menggunakan identitas Karen Settman yang diambil dari almahurmah ibunda mareka yang meninggal ketika melahirkan septuplets unik ini. Dengan gemblengan keras sang kakek, berusaha memastikan mareka aman dan memenuhi semua protocol tanpa cela, jika satu bermasalah, maka yang lain akan mendapatkan konsekuensinya juga.

Seiring mareka dewasa, para saudari ini ingin menjadi dirinya sendiri dan keluar dari kepompong terutama si sulung Monday, hingga pada suatu hari Monday hilang dari radar dan saudari- saudarinya memutuskan untuk tetap berlaku normal mengirimkan Tuesday untuk mencari tahu. Malang menimpa Tuesday, biro menangkapnya dan mencungkil bola mata Tuesday untuk membuka pintu otomatis rumah mareka, menggebrak masuk dan memulai petaka.

Satu-persatu dari 7 orang bersaudari ini  gugur, dunia kecil mareka tergoncang dan kesetiaan persaudaran satu darah mareka diuji. Disini menurut saya, acting sang leading actress sangat diuji, dalam keadaan terdesak Noomi Rapace harus stick with different characters, dengan dandanan dan emosi setiap karakternya dilakukan dengan cukup mulus. Terutama scene dimana salah satu dari mareka merasa amat terpukul dan bersedih sampai pingsan, duh, apa mungkin saya lagi PMS atau memang aktingnya yang mumpuni, kesedihannya sungguh terasa nyata.

Makan malam terakhir setalh 30 tahun bersama.


Salah satu surviving sister ini mengetahui kedua saudarinya mungkin saja masih hidup memutuskan menyelamatkan mareka dengan bantuan seorang agen biro yang ternyata adalah gebetannya si Monday. Sedari kecil mareka selalu diajarkan berbagi namun not this time, Monday wanted to have a normal live and being with someone (di dunia yang tidak normal).

Pada point ini, Seven Sisters pun beralur, berkonsep hampir sama dengan film sejenis lainnya; penyelamatan, penyingkapan kebusukan si tokoh masyarakat ke public, pengkhianatan dan lainnya. So I won’t spoiled more, then again this movie worth to watch, paling tidak untuk acting sekelas Noomi Rapace yang prima; doi terkenal dengan anti-tampil-cantik, fuck vanity. 

Penasaran siapa sajakah dari Seven Sister yang selamat sampai akhir?. Oh, sedikit warning, film ini mengandung nudity dan gory scene, and not for the fainted heart, ya. 

Trivia:

1. Noomi Rapace menginspirasi Maisie Williams dari Games of Thrones untuk memotong rambut dan berakting penuh setelah membaca interview Miss Noomi yang nati vanity di majalah.

2. Ternyata Rapace adalah nama yang digunakan doi dan mantan suaminya, Rapace bearti Bird of Prey dalam bahasa Peranci (burung bangkai kali di kita, ya).

3. Bliyau tidak sesuai dengan dandanan tetap-cantik-walau-sudah-berkelahi didalam film, menurut bliyau; ‘saya sudah berguling, meninju, berkeringat, mana mungkin karakter saya tetap cantik dan full make-up on?”.







Newer Posts
Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Traveling
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film Gaming monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • Asyik, Perang Tarif, Mari Kita Beli Barang KW
  • ►  2024 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2023 (45)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates