Review Alih Fungsi Skincare Part 1

by - Juni 07, 2018



“Skincare itu cocok- cocokan” – quote yang disimpulkan dari pengamatan hasil review hampir semua beauty blogger.



Ya, memang benarlah adanya begitu walau sang skincare mengklaim bahwa, contoh: sesuai dengan tipe kulit berminyak, yang kenyataannya meskipun saya dan pembaca mungkin sama- sama kulit berminyak, somehow pengalaman dan efek yang kita dapat dari 1 barang yang sama bisa begitu berbeda. Lebih aneh lagi, pemilik kulit kering A justru mengalami experience yang sama dengan saya, padahal kulitnya kering, lho.

Saya sendiri telah melakukan bongkar pasang skincare dari jaman (tidak sengaja) mengenal dunia kecantikan (termasuk make-up), mulai dari yang mengikut budget, tergiur embel- embel iklan, impulsive purchase sampailah yang terpengaruh cerita teman/review.

Begitu terbukti tidak sesuai; tiba- tiba bruntusan, timbul jerawat, meradang, kering, terlalu wangi, malah membuat kusam instead of brightening sesuai ‘niat’ di iklan empunya skincare, hingga yang membuat saya bersin karena terlalu wangi, argh!.

Kemudian barang- barang ini berakhir ya, kalau tidak dihibahkan (kadang maksa orang buat ambil, maaf ya), dijual atau setelah saya jajal sendiri; DI ALIH FUNGSIKAN. Nah, selain wajah, anggota tubuh lainnya kan, terbungkus kulit juga dengan memakain asumsi itulah saya berani menggunakan skincare wajah yang tidak sesuai di wajah, eh malah sesuai ditubuh yang lain.

Berikut skincare yang telah saya uji coba baik ditujuan utamanya, yaitu muka dan ‘mendarat’ di anggota tubuh yang lain:


Wardah Nature Daily – Witch Hazel Puryfying Moisturizer Gel.



First of all, gel should be like, gel, right?. Tapi moisturizer Wardah ini bertekstur kental cair, creamy dan berwarna hijau mint. Super wangi (kapan sih, Wardah mengeluarkan product yang unscented, War?). 

Awalnya saya sangat excited dan berharap banyak, jadi begitu beli langsung pakai selama sekitar hampir 2 minggu tanpa repot menge-check bagaimana keadaan wajah setelahnya. Suatu hari saya ‘tersadar’ sewaktu tidak sengaja berkaca, menemukan wajah saya yang tiba- tiba kusam (dan sumuk gelap). 

Karena masih mempunya prasangka baik, saya mencoba mengganti ritual biasanya; ganti sunblock, pakai 2 bedak tabor berbeda merek dan 2 bedak padat juga beda merek. But no, hasilnya tetap sama; apapun sunblock dan merek bedaknya, wajah saya tetap menggelap dan kusam setelah memakain moisturizer ini.

Oleh karena itu, moisturizer ini sekarang ‘mengemban tugas’ untuk melembabkan dengkul dan siku saya. Semoga betah ya, sampai sebentar lagi habis.


Bali Alus – Lovely Peeling Cream.



Sayang sekali merek local Bali Alus khusus skincare-nya belum begitu booming, padahal mareka mempunyai range yang cukup luas dan mumpuni (yah, maaf saya baru mencoba peeling ini saja). Dan sebenarnya saya menyukai hasil peeling ini di wajah walau harus menahan nafas akan wanginya yang asam dan berempah (saya tidak tahan asamnya saja). 

Muka memang mulus dan mampu menggelontorkan lapisan kulit mati tapi, itu semua setelah dibantu oleh loofah khusus wajah yang saya beli (merek tidak kena- mengena dengan Bali Alus) tersendiri. Kalau hanya mengikuti petunjuk dibelakang kemasan saja, sungguh, tidak ada efek yang berarti dan kekuatan tangan saya untuk menggosok juga tidak sedashyat loofah. 

Belum lagi residu setelahnya, susah dihilangkan walau saya sudah mencuci muka tetapi rasa licin dan pori yang putih tersumbat masih ada (tanpa loofah).

Oleh karena itu Bali Alus Peeling Cream ini sekarang menjadi peeling khusus dibagian ketiak, dan tetap harus dibantu dengan loofah khusus badan.


Wardah White Secret – Exfoliating Lotion.



Demam skincare Korea begitu mewabah jadi tidak heran our homebrand Wardah pun turut ‘menelurkan’ exfoliating dan memakai istilah lotion merujuk kepada cairan bening yang dulu biasa kita sebut; toner. 

(Jangan risau, toner juga masih wara-wiri, kok).

Seyoganya sejak kapan tahu saya sudah mengidamkan mencoba exfoliating (padahal peeling dan scrub kan, exfoliating juga) khas millennial jaman now, apa- apa yang ada klaim exfoliating, hydrating, matte, dewy, dan lainnya, pasti booming. Namun apalah daya, selain malas membeli secara online, merek luar (kalau sudah cocok, takutnya malah susah dicari), dan tentu saja mahal (tambah ongkir/jasa titip, sis). 

Jadi tepat saat Wardah melempar exfoliating ini kepasaran, saya pun turut serta dalam hunting, lagi- lagi selain mahal, anehnya khusus produk ini tidak begitu popular di kota tempat saya bermukim. Saat teman menawarkan (yes, ini barang ‘lungsuran’) untuk membawa pulang exfoliating lotion ini, saya pun dengan senang hati menyambutnya. 

Dengan pemakaian selama seminggu saja (wanginya yang strong membuat saya menyerah), saya memutuskan bahwa produk exfoliating ini memang bukan untuk saya, tidak ada efek mencerakan (mungkin ada, tapi ya secret, sesuai temanya white secret, kali ya), terbersit juga keraguan dan skeptic; jangan- jangan produk exfoliating merek lain pun, juga sama?. 

Oleh karena itu exfoliating lotion Wardah ini mengemban tugas memutihkan (atau kalau tidak mampu sampai putih, mencerahkan paling tidaknya) kedua punggung kaki saya- yang ternyata juga telah sempat dialih fungsikan ketempat yang sama oleh teman saya, pemilik sebelumnya!.


Ps : produk exfoliating dalam bentuk apapun tidak dianjurkan untuk digunakan setiap hari karena ia akan mengikis lapisan kulit serta minyak alami wajah. Sebaiknya digunakan 2x seminggu (meskipun dipungung kaki, seperti yang saya aling fungsikan) atau ketika terasa kotor saja. Oh, pemakaian sunblock sangatlah diwajibkan berhubung exfoliating/peeling mengandung AHA dan BHA yang membuat kulit kita sensitive terhadap sinar matahari.

Masih penasaran apa saja skincare yang telah saya alih fungsikan?. Nantikan artikel berikutnya, ya.





You May Also Like

0 comments