Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo

Seven Sisters

Begitu saya membaca penggalan synopsis tentang 7 orang bersaudari, kembar identic dan di isolasi didalam satu apartment dan hanya diperbolehkan keluar rumah sekali seminggu, I was like: gila, punya 2 saudara yang tidak kembar serta fully acces saja, saya sudah sering dongkol pada mareka, apalagi 7 orang begini?.

Hi there, kembali lagi ke Movie Night dan kali ini saya akan me-review film berjudul What Happened To Monday, atau bisa juga disebut Seven Sisters yang dibintangi Noomi Rapace. Jujur saja saya dulu sempat not a fan on her craft, Noomi bukanlah aktris ‘asli’ Hollywood melainkan pendatang dari Eropa dan portfolio-nya bisa dibilang cukup bagus hingga doi melebarkan sayap internasional untuk pertama kalinya di film Sherlock Holmes: A Game Of Shadows.

Ke-tujuh bersaudari dengan personal style masing- masing.


Karena merasa intrigued by her weird, unusual, quirky look, saya pun mencoba menonton The Girl With The Dragon Tattoo yang versi Swedia, well, got to admit she nailed it (to be fair, Rooney Mara also did a good job potraying Lisbeth Salander, yang versi Hollywood-nya).

Jadi di film dystopian science fiction keluaran 2017 ini, saya berharap banyak akan acting doi yang pastinya lebih menantang dan spesifik mengingat harus memerankan 7 orang yang meskipun identic namun mempunyai karakteristik masing- masing plus- tampilan luar yang berbeda- beda.

Film dimulai oleh pengurangan penduduk bumi besar- besaran dikarenakan menipisnya sumber daya alam, pemanasan global dan juga limbah yang membengkak. Sebuah biro didirikan untuk menanggulangi masalah ini dengan kampanye One Child, One World. Setiap keluarga hanya diperbolehkan memiliki satu anak saja, dan, jika kedapatan mempunyai lebih dari satu, maka  anak tersebut akan diambil dan di bekukan didalam kapsul Cyrosleep.

Yearp, layaknya film ‘akhir dunia’ lainnya, pasti bakal ada satu tokoh sentral, seorang penjahat yang ditaktor  penuh ide menolong bumi namun penuh kontradiksi, kali ini tokoh jahat itu diperankan tidak lain dan tidak bukan oleh Glenn Close, yes, ladies dan gentlemen, the Cruella de Vil herself. 

To be honest, film ini mempunyai plot yang agak lemah, apakah ini ada pengaruhnya dengan Netflix dan bukan produksinya major production house sehingga berasa kurang nampol, entahlah. Even so, aktingnya Miss Rapace tetap prima dan hampir flawless memerankan 7 karakter. 

Karen Settman, 1 identitas untuk 7 orang, 1  jenis wig, 1 gaya, 1 attitude.


Oleh kakek mareka, ke-7 saudari ini diberi nama Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday, Saturday dan Sunday. Mareka mengambil hari sesuai nama mareka untuk keluar bergaul di masyarakat, baik itu sekolah maupun bekerja. Sedangkan yang tidak dapat jatah keluar hari itu harus tetap dirumah dan menghibur diri mareka ala kadarnya.

Gadis- gadis ini menggunakan identitas Karen Settman yang diambil dari almahurmah ibunda mareka yang meninggal ketika melahirkan septuplets unik ini. Dengan gemblengan keras sang kakek, berusaha memastikan mareka aman dan memenuhi semua protocol tanpa cela, jika satu bermasalah, maka yang lain akan mendapatkan konsekuensinya juga.

Seiring mareka dewasa, para saudari ini ingin menjadi dirinya sendiri dan keluar dari kepompong terutama si sulung Monday, hingga pada suatu hari Monday hilang dari radar dan saudari- saudarinya memutuskan untuk tetap berlaku normal mengirimkan Tuesday untuk mencari tahu. Malang menimpa Tuesday, biro menangkapnya dan mencungkil bola mata Tuesday untuk membuka pintu otomatis rumah mareka, menggebrak masuk dan memulai petaka.

Satu-persatu dari 7 orang bersaudari ini  gugur, dunia kecil mareka tergoncang dan kesetiaan persaudaran satu darah mareka diuji. Disini menurut saya, acting sang leading actress sangat diuji, dalam keadaan terdesak Noomi Rapace harus stick with different characters, dengan dandanan dan emosi setiap karakternya dilakukan dengan cukup mulus. Terutama scene dimana salah satu dari mareka merasa amat terpukul dan bersedih sampai pingsan, duh, apa mungkin saya lagi PMS atau memang aktingnya yang mumpuni, kesedihannya sungguh terasa nyata.

Makan malam terakhir setalh 30 tahun bersama.


Salah satu surviving sister ini mengetahui kedua saudarinya mungkin saja masih hidup memutuskan menyelamatkan mareka dengan bantuan seorang agen biro yang ternyata adalah gebetannya si Monday. Sedari kecil mareka selalu diajarkan berbagi namun not this time, Monday wanted to have a normal live and being with someone (di dunia yang tidak normal).

Pada point ini, Seven Sisters pun beralur, berkonsep hampir sama dengan film sejenis lainnya; penyelamatan, penyingkapan kebusukan si tokoh masyarakat ke public, pengkhianatan dan lainnya. So I won’t spoiled more, then again this movie worth to watch, paling tidak untuk acting sekelas Noomi Rapace yang prima; doi terkenal dengan anti-tampil-cantik, fuck vanity. 

Penasaran siapa sajakah dari Seven Sister yang selamat sampai akhir?. Oh, sedikit warning, film ini mengandung nudity dan gory scene, and not for the fainted heart, ya. 

Trivia:

1. Noomi Rapace menginspirasi Maisie Williams dari Games of Thrones untuk memotong rambut dan berakting penuh setelah membaca interview Miss Noomi yang nati vanity di majalah.

2. Ternyata Rapace adalah nama yang digunakan doi dan mantan suaminya, Rapace bearti Bird of Prey dalam bahasa Peranci (burung bangkai kali di kita, ya).

3. Bliyau tidak sesuai dengan dandanan tetap-cantik-walau-sudah-berkelahi didalam film, menurut bliyau; ‘saya sudah berguling, meninju, berkeringat, mana mungkin karakter saya tetap cantik dan full make-up on?”.







Andika di puncak Raja Ampat-nya Riau.


Minggu (29/4/2018) lalu me and the gang melakukan short trip ke replika Raja Ampat versi  Riau, Sumatera yang konon katanya keindahan dan keasriannya tidak kalah keren dengan Raja Ampat yang berada di Papua. Berbekal keingin tahuan tersebutlah menyulutkan niat saya berkunjung ke tempat yang sudah menjadi primadona dan digadang-gadang menjadi the most visited places of the year di Riau. Prok prok prok… (Applause)

Sebenarnya bukan hanya rasa penasaran seberapa menariknya tempat ini yang nge-trigger saya untuk berkunjung setelah manusia-manusia di sosial media mengumbar-umbar pesona keindahan alam di tempat ini. Hanya saja tak mau dicap norak dan katrok karena kredibilitas saya sebagai pengikut trend masa kini dan disebut manusia ketinggalan zaman kalau belum check-in ke tempat yang lagi hits ini. Manusia kan suka gitu, suka mencela “Ah payah lu, masa’ kesitu aja belum pernah!” dan bla bla bla. Padahal jika dihitung jarak, sebenarnya dari tempat tinggal saya ngesot sepersekian menit pun sampai, saking dekatnya (Ini lebay sih).

Saya merasa cukup tahu diri dengan kemampuan kaki saya untuk mendaki medan yang akan dilalui untuk sampai ke puncak Ulu Kasok ini, belum lagi sengatan panasnya matahari yang menerpa. Namun, tak lantas menyurutkan niat saya untuk tetap istiqomah dengan niat awal saya exploring tempat ini. You know so well lah, berapa derajat tingkat kemiringan track menuju puncaknya. Ditengah ngos-ngosan nafas saya yang berpacu dengan tetesan peluh yang mengucur, akhirnya saya belajar satu hal “Saya bukan anak gunung” karena salah satu hal yang paling tidak saya sukai adalah mendaki. Caphek coy! Gua anak pantai sih! Shantaayy… Ckckck

Suasana didalam Damri yang sepi.


Anyway, mungkin saya adalah orang kesekian ribu yang baru saja menjejakkan kaki di tempat ini, jadi saya gak akan bercerita banyak tentang seluk beluk keindahan panorama disana serta spot-spot apa saja yang tersedia untuk swafoto. Karena sudah banyak travel blogger ataupun artikel yang menyajikan informasi yang lebih lengkap tentang Ulu Kasok ini. Saya justru ingin sekedar berbagi informasi tentang salah satu transportasi alternatif bagi pengunjung yang ingin merasakan sensasi menggunakan transportasi umum menuju tempat wisata yang ada di Kabupaten Kampar, Riau ini.

Jadi, awal tahun 2018 lalu Pemerintah Kabupaten Kampar menyediakan 2 unit bus medium yang melayani rute Bangkinang – Candi Muara Takus. Rute ini sebenarnya merupakan pengembangan trayek bus DAMRI rute Bangkinang – Bandara SSK II Pekanbaru yang telah beroperasi sejak pertengahan tahun 2017 lalu.

Adem sampai ketiduran.


Karena masih tergolong kendaraan baru, suasana di dalam bus ini cukup nyaman. Dengan kapasitas 18 seat, bus ini juga memiliki AC loh, *adheemmm…* jadi jangan khawatir perjalanan bersenang-senang kamu kacau karena suasana bus yang berdesakan, sumpek dan panas. Worth it deh pokoknya bagi kamu yang tidak ingin berpanas-panasan mengendarai sepeda motor atau tidak mau capek-capek bawa mobil pribadi.

Bus ini berangkat setiap hari kecuali Kamis. Bus Pertama berangkat pukul 09.00 WIB dan Bus Kedua Berangkat pukul 13.00 WIB dari Terminal Bangkinang. Untuk trayek ini tidak menggunakan halte khusus sehingga dapat menaikkan dan menurunkan penumpang di sepanjang jalur yang dilalui. Tarif yang dikenakan sebesar Rp. 10.000,- untuk umum dan Rp. 5.000,- untuk pelajar.

Andika bersama sahabat ditemani langit biru nan cerah.


Kami memilih bus dengan jadwal keberangkatan pagi, tepat pukul 09.00 WIB bus berangkat membawa saya dan kawan-kawan menuju Ulu Kasok dari Terminal Bangkinang. Perjalanan yang kurang lebih sekitar 45 menit terasa cukup singkat karena suasana di dalam bus yang cukup nyaman serta obrolan seru yang membuat kami hampir melewati perhentian di Ulu Kasok. *Lah udah sampe aja, kirain jauh… Dalam hatiku berkata.. Haha*

Sesampainya disana, disambut dengan curamnya pendakian yang lagi-lagi membuat saya ketar-ketir. Di pintu masuk sebenarnya juga tersedia ojek yang siap mengantar pengunjung yang tidak mau capek-capek mendaki dengan tarif Rp. 10.000/Orang, namun kami memilih untuk berjalan kaki saja, prinsip budget travel guys!

Tinggal mengayuh, pakai tangan.


Cekrek-cekrek di Puncak Ulu Kasok ternyata tanpa sadar membuat kami cukup terlena dengan pesona yang disajikannya. Hamparan gugusan pulau yang terlihat memang menyerupai landscape di Raja Ampat Papua yang cukup memanjakan mata. Perpaduan hijaunya pepohonan, birunya langit dan tenangnya permukaan air danau menjadi corak yang menarik sebagai latar untuk berfoto ria dari berbagai sisi. Oh ya, jangan kaget ya kalau ketika bergaya disana kamu akan merasa seperti foto model yang di-shoot oleh beberapa fotografer dadakan yang menawarkan hasil jepretan mereka setelahnya. Kita akan diminta untuk melihat hasil dari bidikan kamera mereka dan kalau dirasa bagus kita cukup membayar Rp.10.000,- untuk 2 file foto dan Rp. 20.000,- untuk print out foto ukuran 10R.

Spot foto yang menarik.


Puas mengabadikan momen di ketinggian Ulu Kasok dengan view-nya, kami pun turun untuk mengisi bahan bakar manusia alias makan siang yang masih berada di kawasan yang sama. Melipir ke sebuah kedai kecil dengan hidangan lauk pauk sederhana namun cukup untuk menenangkan naga-naga yang kelaparan di dalam perut.

Kebetulannya, di kedai nasi tersebut adalah pengelola Ulu Kasok itu sendiri yang juga merupakan pangkalan ojek dan setelah sedikit bertanya kami kemudian melanjutkan perjalanan ke tempat yang berada tidak jauh dari Ulu Kasok bernama Cubodak Hill dari beberapa pilihan seperti Puncak Kompe, Puncak Tuah dan Kelok Indah yang juga menawarkan pemandangan serupa dengan Ulu Kasok namun dengan spot-spot yang tak kalah menarik.

Merenungi masa lalu?


Para Ojekers pun siap mengantarkan kami ke kawasan Cubodak Hill dengan tarif Rp. 20.000,- dan dengan sedikit tawar menawar menjadi Rp. 15.000,- sampai ke lokasi tujuan. Di lokasi ini cukup berbeda dengan Ulu Kasok, lebih teduh dan lebih tenang karena banyak pepohonan dan berada di lembah bukit dan tepian danau. Disini kamu juga bisa menikmati manisnya nangka (Cubodak) yang dijual oleh pengelola tempat tersebut atau bermain sepeda air dengan tarif Rp. 20.000,- ataupun perahu dayung. Semilir angin yang sejuk serta pemandangan air danau yang hijau menjadi keasyikan tersendiri di sela-sela penantian jadwal penjemputan DAMRI untuk pulang.

Pukul 15.40 WIB bus datang dan kamipun pulang membawa cerita. Jadi buat kalian yang penasaran ingin melihat keindahan ulu kasok, yuk naik DAMRI aja.


*********************************************************************************

Seru ya, jujur saya tidak menyangka Damri kini melebarkan sayapnya hingga ke Kampar dan sekitarnya bahkan sampai ke Ulu Kasok serta Candi Muara Takus yang lagi 'happening', jadi kini lebih memudahkan akses petualangan bagi turis asing yang lebih memilih sarana umum ketimbang menyewa kendaraan. 

Penulis adalah Andika Saputra Chandra penikmat petualangan dan sering menjadi sukarelawan diberbagai event dan dapat ditemui di blog-nya : https://andikasaputracdr.wordpress.com/.



Dari judulnya; bebek, lalu mentega, sudah membingungkan. Nah, itulah mengapa saya antusias menonton film ini terlebih lagi ada si Alia Shawkat, meskipun doi bukanlah aktris kelas A ataupun tipikal leading lady, namun sebagai peran pembantu pun, doi menurut saya sudah bisa dikategorikan scene stealer actor. 

Hi there, jumpa lagi di Movie Night. Kali ini saya me-review film yang bisa dibilang unik, indie, dan, dengan harapan setelah kamu membaca review ini; kamu bisa memutuskan untuk tetap menonton atau malah skip sekalian saja. Mau tahu kenapa?.

Seperti biasa ya, spoiler alert, ahead!. So, here we go!.

Duck Butter ini bukan film tentang 2 orang wanita yang tiba- tiba memutuskan untuk menjual paten mentega bebek mareka (karena di poster ada 2 imej perempuan) dan bukan juga cerita petualangan feminis melawan kaum patriaki. Ini, 100% adalah cerita cinta 2 orang wanita lesbian.

Kedua tokoh utama kita kali ini adalah mareka yang trauma dan pernah disakiti sebelumnya baik itu dalam hubungan dengan lelaki, sesama jenis maupun dari orang disekitar mareka. Oleh karena itu mareka mengalami trust issue dan tidak tahu bagaimana menjalin suatu hubungan yang sesungguhnya.

Menurut info, film ini tidak mempunyai skrip dialog yang solid, hanya berupa ide lalu tanpa banyak cincong langsung diterjemahkan secara visual, jadi jangan heran kalau plot dan dialog, komunikasi, reaksi verbal dalam film ini begitu lemah. 

Menurut saya ide film ini cukup simple; 2 orang asing yang bertemu kemudian saling tertarik satu sama lain, menghabiskan 24 jam bersama, saling curhat, sex, makan, sex, masak, buang air, sex, jalan- jalan di sekitar kompleks rumah, mainin taik anjing, sex. Yearp. Nudity, adegan intim kedua perempuan ini sangatlah ekplisit di film ini.

Film ini mungkin terinspirasi dari film Perancis tentang 2 orang asing yang menghabiskan 1 hari total bersama, tetapi bagi saya film ini mengingatkan saya kepada Blue Is The Warmest Color. Auranya mungkin ya, yang mirip. 

Bedanya disini kedua tokoh hanya saling mengenal kurang lebih 2 hari, minim arah dibarengi  weak plot yang membuat saya bingung; kok, gampang sekali hanya beberapa patah kata lalu si Naima (Alia Shawkat) datang kerumah Sergio (Laia Costa), ngobrol sebentar lalu bercinta.

Sergio, with O dan Naima alias Nima.


Karakter Sergio amat sangat annoying dan emosional, sebentar- bentar nangis, ngambekkan dan moody banget. Sedangkan mbak Naima lebih seringnya bingung, ekspresinya itu lho, bingung melulu. Ini- itu yang Naima lakukan salah saja dimata Sergio.

Sergio ini hobi sekali mengulang cerita di masa kanak- kanaknya: Ibu meninggalkan saya di tengah jalan sendirian sewaktu saya 4 tahun.

Duh, dialog ini terus diulang entah berapa kali, saya sudah tidak sanggup balik menonton untuk menghitung berapa kali si Sergio mengulang hal yang sama.

Berhubung film ini low budget, shooting hanya dilakukan didalam rumah atau sekitar perumahan, secara sinematografi memang tidak ada yang special sih, menurut mata awam saya ini. 

Shooting  memang dilakukan 24 jam non-stop, dengan niat untuk lebih kelihatan real- yang bisa diakui, keletihan dan emosional para kedua aktris ini terlihat jelas. Kurang tidur, kantung mata, maunya senggol bacok, tapi tetap harus acting. Apakah ini menambah nilai plus untuk Duck Butter?. Nah, I don’t think so.

Ending-nya pun jugalah tidak menarik, sama dengan Blue Is The Warmest Color, kedua perempuan ini memutuskan untuk berpisah. Ada satu hal yang bikin saya gengges, Sergio kan, punya anjing yang doi adopsi (dari volunteer doi di NGO), lalu kok, si Naima menemukan si doggo lagi keliaran di jalan setelah mareka broke up (padahal putusnya baru berapa jam)?.

Kurang jelas, apa itu anjing yang sama atau si Naima jadi suka anjing setelah putus dari Sergio?.

Di akhir cerita tokoh Naima menyelamatkan dan mengadopsi anjing tersebut, sementara Sergio kembali menyanyi (dengan suara pas- pas-an kalau tidak sumbang) di café tempatnya biasa nyanyi.

Then I was like: what the?!.

Sungguh tidak ada yang menarik selain saya memang penggemar Alia Shawkat, film ini; bosan, dan kalau kamu lagi bosan, hindari saja dan cari film yang lain. Sex scenes-nya juga terlalu banyak sampai bikin overwhelming, ada beberapa kategori adegan seks yang ‘masuk akal’, ada yang straight up porn (walau di film biasa) ada juga yang ‘adegan-seks-tidak-penting’, seks di film ini ada menempati kategori terakhir. 

Kalau saya bisa mulai memberi rating untuk review Movie Night kali ini, maka Duck Butter berada di rating: 2/10.

So, pilihan ada ditangan kamu, are you curios- intrigued by my short review atau malah turn off?. Share komen kamu di kolom bawah, ya.

Trivia:

1. Laia Costa itu ternyata kelahiran 1985, wow, kelihatan seperti gadis remaja sekali di film ini, memang sesuai untuk peran Sergio yang rapuh dan cengeng khas wanita muda awal 20-an.

2. Mae Whiteman muncul beberapa menit dan cuma semacam cameo, bisa dimaklumi kalau para actor punya squad, mareka akan mengundang teman- teman mareka untuk jadi cameo ya, seperti Alia dan Mae yang di dunia nyata adalah BFF ini. 

3. Ada 1 adegan dimana Sergio boker didapur dan menampung kotorannya kemudian menakuti Naima dan, eeuuw, sorry, saya tidak sanggup lagi meneruskannya.






Okay, hi there, selamat datang ke www.annsolo.net  dan ini adalah post tentang film/movie pertama web ini, yang- lagi, adalah website untuk tulisan PALUGADA: apa lu mau, gue ada. Sejatinya saya, Ann Solo memang hobi membatin berpikir/menganalisa dalam hati  dihampir semua hal kemudian menuangkannya menjadi tulisan. Alright. 

So, Movie Night kali ini akan mengulas independent film dari Korea Selatan yang memang terkenal unik dan odd, if I must say; totally out of your box. Dimulai dari judul film itu sendiri; Microhabitat, dalam hati saya berpikir; apakah ini film tentang mahasiswa biology yang drop-out lalu menemukan species baru?.


Well, no. 

Sejujurnya saat itu saya sedang bosan dan mulai browsing mencari film yang bukan produksi Hollywood maupun yang terlalu over the top, karena saya sendiri memang menggemari segala seni yang diproduksi secara independent. Sebelumnya saya sudah menonton beberapa film unik dari Korea dan jadi penggemar berat  Bae Do-Na, doi menjadi ikon quirky di negaranya sendiri karena tidak mengikuti norma manis-sexy-mulus-akting ogah aneh  para aktris perempuan lainnya. Doi, saking begitu uniknya hingga menjadi muse bagi Wachowski Bersaudara (bersaudari lah, sekarang ya).

Nah, begitu melihat aktris utama film ini membuat saya langsung suka dan sedikit nostalgia dengan Bae Do-Na di awal 00-an. 
Then how was the movie?.

This is definitely a spoiler, guys, so be prepared. Brace yourself.

Tokoh utama film ini adalah perempuan usia awal 30-an yang pekerjaan paruh waktunya adalah menyediakan jasa permbersihan rumah dan pekerjaan utamanya adalah merokok dan minum whiskey. Yearp, kamu tidak salah baca. 

Mengelap debu.


Bliyau ini berprinsip: kesenanganku hanyalah rokok dan whiskey, aku akan melakukan apa saja untuk menikmati kedua hal itu. Meskipun harus rela tidak lagi mengontrak kamar dan nebeng tidur dirumah teman-temannya (padahal sudah tidak bertemu dan berhubungan lagi sekian tahun lamanya). Duh, gengges juga doi sampai rela packing semua barangnya dalam koper dan ransel, manggul tas dan menyeret koper berat kesana- kemari demi menghemat duit untuk tetap bisa merokok dan minum.

Harga rokok yang meroket cukup signifikan adalah trigger awal doi menjadi gelandangan, bermodalkan nostal-GILA masa lalu, doi mulai mendatangi teman satu band-nya dulu. Meskipun punya pacar (yang kebetulan lebih muda) namun itu tidak membantu sama sekali karena si pacar pun tidak kalah miskinnya dan tentu saja tidak dapat ditebengi.

Harga rokok naik, sis. 


Teman pertama yang bliyau datangi mempunya karier yang sedang melesat, menolak bliyau dengan alasan tidak dapat berbagi rumah memandang itu adalah hal yang sangat privasi (padahal punya 2 kamar, lho). Selfish much, indeed.

Sang tokoh utama, yha, sangat nrimo dan legowo berlalu pergi dengan pikiran masih tetap positif (kalau saya sih, pasti sudah sewot). Perjalanan dilanjutkan menemui teman berikutnya yang tinggal bersama suami dan mertuanya dan menginap 1 malam di gudang. Sedikit informasi, tokoh protagonist kita adalah wanita yang selalu melihat sisi positif dalam segala hal, mengutamakan kebebasan jiwa daripada dibelenggu system (pekerjaan, keluarga, kemapanan finansial) sangat kontradiksi dengan keadaan masyarakat muda Korea saat ini (dan factor inilah yang menjadi daya tarik serta daya jual film ini).

Sebat dulu, sis!


Teman kedua yang bliyau temui dulunya adalah penikmat hidup dan kibordis handal di band mareka, namun setelah menikah kehilangan arah dan passion, menjadi ‘pelayan’ bagi suami dan mertuanya (tradisi yang masih dianut di Korea sana). Dikarenakan segan oleh pertengkaran didalam keluarga si teman, mbak protagonist akhirnya memutuskan untuk cabut setelah bersih- bersih rumah (doi suka sekali bersih- bersih dan menganggapnya bakat karena itulah doi menjajakan jasa bersih rumah sebagai pekerjaan paruh waktu). 

Sedih banget, sekali lagi doi menyeret barang-barangnya dan kali ini mengunjungi temannya yang kebetulan sedang  berkabung ditinggal cerai istrinya (nikah baru berapa bulan). Sewajarnya orang yang lagi stress dan nangis melulu (sambil memandangi semua kenangannya di laptop), rumah si teman ini sungguh sangat kotor dengan sampah makanan dibiarkan berserakkan di ruang tamu dan pakaian kotor yang menggunung. Oya, mbak tokoh utama ini bernama Mi-So, yang mulai mengemas dan mengepel bahkan memasak (akhirnya si mbak bisa masak lagi). Akan tetapi, pacarnya mbak Mi-So ini cemburu dan keki melihat si mbak menumpang di rumah teman laki, jadilah si mbak Mi-So (yang anehnya bisa dibilang lugu, sedikit tolol tapi keras kepala) pun, keluar dari rumah temannya padahal si teman juga tidak genit, malah sibuk dengan urusan patah hatinya sendiri menangis didalam kamar dan ogah keluar.

Pacar tak guna!


Somehow, mbak Mi-So yang meneruskan nebeng-nginapnya malah menumpang dirumah vocalist utama band-nya, mas lajang berumur kesayangan emak dan bapaknya yang berharap banget si mbak Mi-So jadi menantu mareka. Kedua orang tua kocak ini rela melakukan apa saja hingga membajak ruang tidur tamu dengan pura- pura lagi menjemur cabe kering dan memindahkan kasur kedalam kamar si mas lajang. 

Obsesi kedua pasangan tua ini membuat mbak Mi-So ketakutan (ya lah, sampai doi di kunci dari luar ketika semua orang rumah keluar kerja) dan untungnya berhasil melarikan diri, kali ini menemui temannya yang jadi kaya mendadak karena dapat suami tajir melipir. 

Tokoh teman perempuan kali ini sepertinya memang mewakili tipikal perempuan Korea yang; kaya, banyak basa- basi bermanis mulut, make-up selalu on point, fashionista/sosialista,  membangun imej bersih nan manis tetapi aslinya kasar dan bermulut pedas. Tipikal seperti ini hampir selalu ada dalam K-drama, deh.

Mi-So diizinkan tinggal karena si teman kaya ini merasa hutang budi dan memang could afford a guest to stay with them, jadinya mbak Mi-So diberikan kamar tamu yang luas dan kamar mandi yang ada bathtub-nya. Saya tidak tahu berapa lama mbak Mi-So tidak mandi (tapi ada adegan bliyau mandi kilat di toilet umum, mengeringkan rambut dibawah mesin pengering tangan) hingga bliyau sungguh menikmati waktu mandinya dengan syahdu.

Lagi- lagi konflik muncul yang mengakibatkan Mi-So kembali kejalanan, dan kali ini agak lebih berpikir logis; doi pun mulai hunting kamar kosong. Sangatlah tidak mudah, mulai dari harga yang melebihi budget, eh, begitu ketemu yang sesuai harga malah tidak ada listrik, kumuh dan luar biasa kecil, sempit. 

Lalu Mi-So mendatangi salah 1 rumah kliennya, sang klien ternyata berada dirumah saat itu, merenungi nasibnya yang tiba- tiba hamil dan terancam harus merelakan apartment-nya (ternyata si klien adalah pelakor/pelacur). 

Kesialan macam apa ini?!.

Tenang, mbak Mi-So kita tetap optimis dan setelah mendengar curhat serta masak untuk si klien, doi menemui sang pacar yang pamit berangkat kerja ke luar negeri. Mareka berpisah penuh haru biru (literally biru, karena perpisahannya shooting di subuh buta dimana langit masih gelap membiru).

Homeless dan kedinginan, Mi-Soo mengunjungi bar favorite-nya, eh masih sial juga, harga whiskey juga ikut- ikutan naik. Menimbang sejenak, Mi-So tetap memesan minuman kesukaannya itu dan duduk di sebelah jendela (tempat duduk biasa doi kali ini dipenuhi orang- orang) sembari memandangi salju yang turun.

Tak berapa lama, si mas lajang itu kedatangan teman- teman band-nya saat orang tuanya meninggal, mareka membicarakan Mi-So dan awkwardly berusaha menghindar (merasa bersalah juga, kali ya), bertanya- tanya apa kabarnya si Mi-So dan berada dimanakah doi sekarang.

Dan, kita akan mendapati sekelabat gambaran Mi-So yang rambutnya kini memutih (duh, Korea ya, tidak pernah hilang akal untuk mengenalkan penyakit unik mapun yang dibuat-buat, Mi-So mengalami penyakit aneh, rambutnya akan memutih kalau tidak minum obat khusus). Masih merokok, minum whiskey dan menyeret barang, tentu saja tetap membersihkan rumah orang (tas kecil berisi peralatan bersih- besrih itu so iconic, terutama kemocengnya). 

Rambut yang berpenyakit aneh/unik.


Terus, dimanakah bliyau nebeng kali ini?.

Mungkin akibat jera dan tidak ingin lagi merepotkan orang- orang, Mi-So kini tinggal didalam TENDA, ditepi sungai Han alias dibawah jembatan. Ekstrim memang, mana musim dingin lagi, kan.

Film ini memang layak ditonton, selain berbeda dari film maupun K-drama nan manis-gulali biasanya, film ini juga bisa sedikit menyentil kamu, yang berpikir bahwa Korea itu hanyalah berisi Oppa cakep mentereng, romantisme dan segala yang berkilau (fashion, boy/girlband dan makanan enak). Nyatanya tidak, Korea, sama seperti negara lainnya juga mempunyai sekelumit masalah, dalam hal ini adalah pekerjaan, rumah yang hangat dan keluarga yang menjamin imej anak- anak mareka dalam pertemanan ataupun mendapatkan jodoh yang layak. 

Foto yang jadi pegangan Mi-So ketika menghubungi semua teman lamanya kembali.


Selain itu, film ini juga menyentil tentang passion kita dalam hidup. Contohnya Mi-So, ya passion doi cuma rokok dan whiskey, membuat doi rela mengorbankan apa saja termasuk kenyamanan dan keamanan diri sendiri. Memang sih, ini passion yang tidak masuk akal, tidak sehat malah. Saya pasti lebih memilih give up itu rokok dan alcohol mengikuti logika untuk lebih sehat, ya kali, demi obsesi tidak masuk akal, kok mau sih, jadi gelandangan. Anyway, relita hidup memang begitu adanya, beberapa orang memilih jalan seperti itu termasuk mbak Mi-So.

Buat kamu yang menggemari cerita romantic, all shiny with material stuff, tokoh- tokoh yang well-polished dan ogah berakting konyol, kamu bisa skip film ini. This movie hanya buat mareka yang appreciate sesuatu yang real dan membumi, terutama the leading lady yang unik dan bebas make-up tebal berkepribadian kuat, tahu apa yang bliyau mau.


Trivia: film ini adalah debut sutradara perempuan Jeong Go-Woon yang tidak hanya menyutradarai tapi sekaligus menulis film ini. Salute! 






“Skincare itu cocok- cocokan” – quote yang disimpulkan dari pengamatan hasil review hampir semua beauty blogger.



Ya, memang benarlah adanya begitu walau sang skincare mengklaim bahwa, contoh: sesuai dengan tipe kulit berminyak, yang kenyataannya meskipun saya dan pembaca mungkin sama- sama kulit berminyak, somehow pengalaman dan efek yang kita dapat dari 1 barang yang sama bisa begitu berbeda. Lebih aneh lagi, pemilik kulit kering A justru mengalami experience yang sama dengan saya, padahal kulitnya kering, lho.

Saya sendiri telah melakukan bongkar pasang skincare dari jaman (tidak sengaja) mengenal dunia kecantikan (termasuk make-up), mulai dari yang mengikut budget, tergiur embel- embel iklan, impulsive purchase sampailah yang terpengaruh cerita teman/review.

Begitu terbukti tidak sesuai; tiba- tiba bruntusan, timbul jerawat, meradang, kering, terlalu wangi, malah membuat kusam instead of brightening sesuai ‘niat’ di iklan empunya skincare, hingga yang membuat saya bersin karena terlalu wangi, argh!.

Kemudian barang- barang ini berakhir ya, kalau tidak dihibahkan (kadang maksa orang buat ambil, maaf ya), dijual atau setelah saya jajal sendiri; DI ALIH FUNGSIKAN. Nah, selain wajah, anggota tubuh lainnya kan, terbungkus kulit juga dengan memakain asumsi itulah saya berani menggunakan skincare wajah yang tidak sesuai di wajah, eh malah sesuai ditubuh yang lain.

Berikut skincare yang telah saya uji coba baik ditujuan utamanya, yaitu muka dan ‘mendarat’ di anggota tubuh yang lain:


Wardah Nature Daily – Witch Hazel Puryfying Moisturizer Gel.



First of all, gel should be like, gel, right?. Tapi moisturizer Wardah ini bertekstur kental cair, creamy dan berwarna hijau mint. Super wangi (kapan sih, Wardah mengeluarkan product yang unscented, War?). 

Awalnya saya sangat excited dan berharap banyak, jadi begitu beli langsung pakai selama sekitar hampir 2 minggu tanpa repot menge-check bagaimana keadaan wajah setelahnya. Suatu hari saya ‘tersadar’ sewaktu tidak sengaja berkaca, menemukan wajah saya yang tiba- tiba kusam (dan sumuk gelap). 

Karena masih mempunya prasangka baik, saya mencoba mengganti ritual biasanya; ganti sunblock, pakai 2 bedak tabor berbeda merek dan 2 bedak padat juga beda merek. But no, hasilnya tetap sama; apapun sunblock dan merek bedaknya, wajah saya tetap menggelap dan kusam setelah memakain moisturizer ini.

Oleh karena itu, moisturizer ini sekarang ‘mengemban tugas’ untuk melembabkan dengkul dan siku saya. Semoga betah ya, sampai sebentar lagi habis.


Bali Alus – Lovely Peeling Cream.



Sayang sekali merek local Bali Alus khusus skincare-nya belum begitu booming, padahal mareka mempunyai range yang cukup luas dan mumpuni (yah, maaf saya baru mencoba peeling ini saja). Dan sebenarnya saya menyukai hasil peeling ini di wajah walau harus menahan nafas akan wanginya yang asam dan berempah (saya tidak tahan asamnya saja). 

Muka memang mulus dan mampu menggelontorkan lapisan kulit mati tapi, itu semua setelah dibantu oleh loofah khusus wajah yang saya beli (merek tidak kena- mengena dengan Bali Alus) tersendiri. Kalau hanya mengikuti petunjuk dibelakang kemasan saja, sungguh, tidak ada efek yang berarti dan kekuatan tangan saya untuk menggosok juga tidak sedashyat loofah. 

Belum lagi residu setelahnya, susah dihilangkan walau saya sudah mencuci muka tetapi rasa licin dan pori yang putih tersumbat masih ada (tanpa loofah).

Oleh karena itu Bali Alus Peeling Cream ini sekarang menjadi peeling khusus dibagian ketiak, dan tetap harus dibantu dengan loofah khusus badan.


Wardah White Secret – Exfoliating Lotion.



Demam skincare Korea begitu mewabah jadi tidak heran our homebrand Wardah pun turut ‘menelurkan’ exfoliating dan memakai istilah lotion merujuk kepada cairan bening yang dulu biasa kita sebut; toner. 

(Jangan risau, toner juga masih wara-wiri, kok).

Seyoganya sejak kapan tahu saya sudah mengidamkan mencoba exfoliating (padahal peeling dan scrub kan, exfoliating juga) khas millennial jaman now, apa- apa yang ada klaim exfoliating, hydrating, matte, dewy, dan lainnya, pasti booming. Namun apalah daya, selain malas membeli secara online, merek luar (kalau sudah cocok, takutnya malah susah dicari), dan tentu saja mahal (tambah ongkir/jasa titip, sis). 

Jadi tepat saat Wardah melempar exfoliating ini kepasaran, saya pun turut serta dalam hunting, lagi- lagi selain mahal, anehnya khusus produk ini tidak begitu popular di kota tempat saya bermukim. Saat teman menawarkan (yes, ini barang ‘lungsuran’) untuk membawa pulang exfoliating lotion ini, saya pun dengan senang hati menyambutnya. 

Dengan pemakaian selama seminggu saja (wanginya yang strong membuat saya menyerah), saya memutuskan bahwa produk exfoliating ini memang bukan untuk saya, tidak ada efek mencerakan (mungkin ada, tapi ya secret, sesuai temanya white secret, kali ya), terbersit juga keraguan dan skeptic; jangan- jangan produk exfoliating merek lain pun, juga sama?. 

Oleh karena itu exfoliating lotion Wardah ini mengemban tugas memutihkan (atau kalau tidak mampu sampai putih, mencerahkan paling tidaknya) kedua punggung kaki saya- yang ternyata juga telah sempat dialih fungsikan ketempat yang sama oleh teman saya, pemilik sebelumnya!.


Ps : produk exfoliating dalam bentuk apapun tidak dianjurkan untuk digunakan setiap hari karena ia akan mengikis lapisan kulit serta minyak alami wajah. Sebaiknya digunakan 2x seminggu (meskipun dipungung kaki, seperti yang saya aling fungsikan) atau ketika terasa kotor saja. Oh, pemakaian sunblock sangatlah diwajibkan berhubung exfoliating/peeling mengandung AHA dan BHA yang membuat kulit kita sensitive terhadap sinar matahari.

Masih penasaran apa saja skincare yang telah saya alih fungsikan?. Nantikan artikel berikutnya, ya.








Halo semua, setelah 2 artikel review sebelumnya Emeron dan Marina, kali ini saya akan me-review singkat lotion kesayangan yang sukses bikin saya emoh sama lotion yang wanginya kebangetan setelah ketemu dan cocok sama QV Skin Lotion ini.

Apa sih, QV Skin Lotion ini?

Kalau bisa dibilang ini adalah skincare yang menargetkan masalah kulit khusus, oleh sebab itu lotion ini tidak ada wanginya (meskipun di penciuman saya masih berasa samar wangi lembut), tidak ada efek mencerahkan apalagi target untuk memutihkan.

QV Skin Lotion

Apa saja yang bisa diatasi oleh QV Skin Lotion ini?.

Well, selain memang sesuai untuk semua jenis kulit baik itu kulit kering dan sensitive sekalipun, lotion ini juga dirancang untuk bisa digunakan bagi kamu yang mengalami Eczema, Dermatitis serta Psoriaris. Selain itu bisa juga digunakan oleh bayi dan orang tua.


Apa saja klaim kandungan QV Skin Lotion ini?

Pertama sekali adalah tentu bebas pewangi, tanpa pewarna (duh, jadi ingat pernah coba lotion berwarna yang setelah diratakan ditubuh, meninggalkan stain/noda), pH balanced, bebas propylene glycol, dermatological formula dan juga bebas lanolin.
Namun begitu, sayangnya masih ada kandungan paraben dan alcohol, tapi sejauh yang saya tahu selama paraben-nya mempunyai kadar seimbang dan sesuai takaran, harusnya sih, tidak masalah. Mengenai alcohol, saya tidak mengalami efek panas, kulit ketarik atau gatal maupun memerah dan karena lotion ini juga dipersilahkan bagi orang dengan kulit paling sensitive pun, saya rasa juga tidak apa- apa dan aman.

Penjelasan lebih lengkap dibalik botol, ingredients dan negara asal produksi, tanggal kadaluarsa ada dibawah botol


Bagaimana dengan tesktur QV Skin Lotion itu sendiri?

Pas banget, tidak kental tidak terlalu runny. Selesai diaplikasikan ke kulit akan ada sensasi basah segar seperti habis mandi, cuma, setelah pemakaian semalaman penuh kemudian mandi, kulit kok, jadi slippery. Ternyata lotion ini tidak terlalu menyerap, terbukti dengan masih ‘ngambang’ diatas permukaan kulit (atau mungkin kalau tidur dengan AC yang dingin, lotion ini bakalan lebih menyerap?).
MarinaEmeron

Worth tyring/buying apa tidak?.

Okay, dengan netto 250 ml dan harga yang variasi sekitaran Rp 150.000 – Rp 250.000 (tergantung tempat belinya), belum lagi susah untuk mendapatkannya (kadang di Guardian ada, seringnya tidak), saya pikir ini cukup worth to buy karena setelah saya coba untuk mengobati dry patches nan gatal (sampai di garuk merah berdarah) dan (mungkin gejala) dermatitis ringan yang muncul dan tiba-tiba, lotion ini bisa diklasifikasikan lotion medis/pengobatan yang memang ‘nampol’ sesuai dengan klaimnya.


Sedikit tips: kalau kulit kamu super duper kering sampai bergaris ketika digaruk serta timbul bumps kecil (biasanya nongol dibeberapa bagian tubuh tuh, seringnya di panggul, betis, paha, siku, bahu dan bokong), sebaiknya gunakan oil saja dulu sampai mulai kembali normal dan baru dijaga agar tetap moist dengan lotion ini. Saya juga biasa mentotolkannya ke bagian muka yang kering dan gatal, kok.

So, kalau kamu mempunyai masalah kulit yang sama dengan list diatas, give this lotion a shot, kamu bisa memakainya hanya ketika masalah kulit kamu lagi kumat saja, jadi bisa hemat.





Marina

Menyambut lebaran yang sebentar lagi tiba, tentu semua sarana transportasi akan menjadi sibuk dan kita berbondong-bondong membawa semua barang yang lebih seringnya tidak terpakai dan membuang banyak tenaga untuk mengangkutnya.

Maka dari itu biasanya saya akan selalu menyesuaikan tas ransel atau koper yang dibutuhkan menurut  berapa lamanya durasi perjalanan itu. Jadi tidak heran jika saya mempunyai 2 ransel yang berukuran 25 liter dan 50 liter (untuk kemping atau backpacking),  1 koper ukuran kabin dan ukuran besar untuk mudik atau liburan).

Begitu pula barang bawaan terutama toiletries, saya menghindari membawa kemasaan shampoo, conditioner, pasta gigi maupun skincare yang bulky, berbahan kaca berat dan makan tempat.

Agar kamu terhindar dari kesia-sian membawa barang yang tidak digunakan atau  disesali kemudian hari, berikut ini beberapa tips yang bisa kamu coba: 


1.      Durasi perjalanan.Waktu sangat berpengaruh terhadap barang bawaan, begitu juga kegiatan yang akan di jalani ketika mudik nanti maka packing yang bijaksana akan sangat menentukan.


 2.      Bawa yang di perlukan saja.Kalau kamu berpikir  akan memakai semua 24 warna di palate eyeshadow untuk liburan 3 hari saja, sebaiknya kamu berpikir ulang. Begitu juga dengan pakaian yang tidak perlu; jacket tebal untuk lokasi liburan/mudik yang panas (hanya karena jacketnya terlihat keren). Packing sesuai kebutuhan dan lokasi tujuan.


 3.      Satukan buah tangan dan oleh-oleh.Hindari menyatukan makanan dan pakaian, karena tidak hanya berbau, ia bisa saja tumpah dan mengotori semua yang ada di dalam tas/koper. Gunakan kotak kardus untuk membungkus semua makanan tersendiri, segel rapat dan beri nama. 4.      Penggunaan ransel atau koper.Pilihlah tas yang tepat, membawa 1 koper besar untuk 2 hari perjalanan sungguh tidak masuk akal, apalagi kalau kamu menggunakan maskapai penerbangan yang bisa membuat kamu membayar esktra untuk luggage yang kelebihan standard beban mareka.


 5.      Peralatan mandi, skincare, make-up dan obat-obatan.Gunakan wadah kecil untuk menyalin shampoo, condiotoner, moisturizer, facial foam dan lain-lain, beri label agar tidak tertukar. Gantilah sikat dan pasta gigi kepada set lipat dan kecil. Pisahkan dengan menempatkannya pada compartment yang bisa dengan leluasa kamu akses mengingat ini adalah kebutuhan yang paling sering digunakan.


 6.      Pouch berisi kabel elektronik.Bahan waterproof dan pouch yang berwarna akan menghindari dari rasa panic ketumpahan air dan tertutup diantara barang bawaan lainnya.


 7.      Packing yang efisien.Ketimbang melipat pakaian, gulung dan kumpulkanlah ke satu sisi khusus. Barang yang paling berat harus berada di bawah diikut barang ringan diatasnya. Selalu sedikan plastic kecil untuk membungkus pakaian kotor. Jangan lupa mengunci tas dan jika kamu menggunakan gembok kecil, simpanlah kuncinya dengan seksama dan beri tanda (dengan benang warna-warni).


 Demikianlah tips singkat yang bisa kamu coba di lebaran kali ini, semoga membantu dan mempermudah perjalanan. Selamat berlebaran.     


Newer Posts
Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Traveling
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film Gaming monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • Asyik, Perang Tarif, Mari Kita Beli Barang KW
  • ►  2024 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2023 (45)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates