Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya pun memesan paket makanan. Begitu menerima nampan makanan, saya sedikit bingung tidak menemukan kotak pipet/straw yang biasanya diapit kotak sambal dan saus tomat.
Begitu si teman datang, saya memintanya untuk duduk dulu dan pergi menemui kasir, bertanya kemanakah kotak pipet biasanya. Sang kasir- tanpa mau repot menjelaskan panjang lebar kenapa, hanya berkata bahawa KFC tidak lagi memberikan pipet pada minuman reguler mareka seperti soda dan jus. Tetapi, mareka masih memberikan pipet khusus pada produk minuman mareka yang mengandung ice cream didalamnya.
Masih sedikit bingung kenapa tiba- tiba KFC menghentikan pemakaian pipet tanpa sepengetahuan saya (atau umum) namun saya yakin pasti ada sesuatu yang baik dibalik bekunya bibir saya yang menyeruput cola dari paper cup KFC.
Tenyata KFC sedang berkampanye untuk mendukung #NoStrawMovement sedunia, suatu gerakan yang dipicu oleh semakin tingginya limbah tak terurai dibumi terutama dari jenis plastik. Baik itu botol minuman sekali pakai, kantong plastik (bagi yang masih belum biodegradable), kemasan sachet (kepraktisan kecil yang berujung semakin menumpuknya sampah) dan tentu saja pipet/sedotan/straw.
Menggali info lebih dalam lagi, saya mendapati bahwa #NoStawMovement ini telah dilaksanakan oleh KFC bersama DCA (Divers Clean Action) sejak beberapa bulan lalu dengan membersihkan sebuah pulau dari timbunan sampah plastik. Info yang lebih mengejutkan dari sekedar bibir yang beku dan lipstick berbekas dibibir gelas adalah ternyata Indonesia rupanya penyumbang limbah plastik terbesar nomor 2 di dunia.
Dan, dari jenis spesifik limbah plastik, pipet/sedotan/straw juga menduduki posisi yang berpengaruh besar pada perusakkan alam sekitar, contoh yang paling mengerikan adalah seekor penyu yang mengalami masalah pernafasan oleh pipet yang menyumbat hidungnya.
Jika dibandingkan dengan sampah plastik lainnya, pipet adalah sampah yang paling sering kita anggap remeh hanya karena kecil dan nyaris susah untuk di recycle dalam penggunaannya. Kalau kantong plastik biasanya kita recycle sebagai pembungkus maupun wadah penampung sampah, tidak halnya dengan pipet. Dibutuhkan cara yang jeli untuk me-recycle pipet menjadi hasil karya kreatif dan lebih dibutuhkan lagi, cara pikir yang tinggi untuk mengapresiasi produk dari daur ulang.
Kita pun sangat sering menganggap sampah yang kita hasilkan bagai angin lalu hanya karena bentuknya yang kecil. Contoh lain disaat hari yang sam, seorang ibu membuang begitu saja kaleng susu minuman di teras halaman lantai minimarket, tidak berpikir panjang bahwa selain kotor, juga membuang sampah pada tempatnya adalah tanggung jawab masing- masing kita, hanya karena si sampah itu begitu kecil remeh, bukan berarti si sampah tidak memberi pengaruh yang besar.
Sangat disayangkan jika kita masih alfa dan menganggap limbah adalah hal sepele atau bahkan mitos (seperti anggapan beberapa orang pada global warming atau flat earth), nyatanya jumlah limbah plastik saja lebih 1 juta ton pertahunnya, khusus pipet/sedotan mencapai angka lebih dari 6 juta mengapung/menumpuk diseluruh pelosok bumi.
Kalau angka pertahun saja sudah bisa mengejutkan begitu, bisa dibayangkan pengaliannya tahun demi tahun; kita semua akan tertimbun sedotan dan limbah plastik lainnya. Tiak heran kalau banjir selalu saja melanda, tidak ada yang bisa dituding selain kebiasaan kita membuang sampah sembarangan dan menganggap enteng penggunaan produk yang berpotensi limbah.
Dari hasil penelitian tersebut, saya sendiri terbesit ingin turut menyukseskan kampanye ini selain minum tanpa pipet/sedotan, tidak dapat dipungkiri minuman seperti boba/bubble drink yang lagi tren memang membutuhkan sedotan untuk meminumnya- tentu akan lebih baik jika saya membeli sedotan yang ramah lingkungan, berbahan organik, larut dalam kompos tanah dan pentingnya bisa dipakai berulang kali.
Sayangnya, Indonesia belum begitu familiar dengan produk ramah lingkungan, meskipun ada tetapi harganya sangatlah mahal berbanding jauh dengan sedotan/pipet konvensional yang harganya amat terjangkau dengan kuantitas yang banyak.
Dikarenakan belum sadar dan terinformasinya masyarakat kita, saya harap kampanye ini lebih banyak diliput media dan blogger, disebarkan dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran akan kesinambungan hidup manusia, binatang dan tumbuhan- sumber pemacu mutalisme jalannya kehidupan di muka bumi ini.
Buat kamu yang saat ini sedang makan di KFC atau restoran yang kebingungan dimanakah sedotan/pipet berada, ayo dukung gerakan #NoStrawMovement ini, kurangi kebiasaan menganggap kecil nilai suatu barang dan belajarlah lebih peka serta besyukur. Mulailah memilah- milah pembelian/penggunaan barang- barang yang sekiranya mampu mengancam kehidupan binatang dan tumbuhan yang tidak mampu berteriak minta tolong ataupun komplain akan limbah kita yang menyakiti mareka. Budayakan empati, simpati serta pikiran yang terbuka, selamatkan yang masih bisa kita jaga.
************************************************
All pictures source from Google.
Artikel ini tidak ada hubungan kerjasama dengan KFC atau badan organisasi tertentu.