Review Membaca E-book di Samsung Galaxy Tab A7 Lite LTE

by - Juli 18, 2021




Sebelumnya saya tidak pernah terpikirkan untuk membeli tablet. Sederhana karena saya bukan orang yang terlalu melek gadget dan hanya menggunakan smartphone plus laptop saja, rasanya sudah canggih banget. Sampai saya beralih menjalankan hidup minimalis..


Bukan menyalahkan hidup minimalis ya, lebih tepatnya karena saya sudah beralih dari membaca buku fisik (duh, rindu memegang dan menghirup tiap lembar kertasnya) ke e-book. Sebelumnya saya membaca e-book melalui layar HP lama (ukuran bervariasi tapi lebih kecil dari HP saat ini) yang sebenarnya sangatlah tidak menyenangkan.


Karena layar kecil, otomatis tulisan jadi kecil sehingga saya harus mengernyit atau zoom out layar agar bisa membaca. Jelas tidak nyaman, bikin saya bingung sudah baca apa saja tadi mengingat layar tidak bisa menampilkan tulisan dengan full sentence. Duh, belum lama saya punya tablet ini, saya sudah lelah saja membayangkan usaha saya membaca e-book di smartphone kemarin.



Seorang Minimalis dengan Timbunan Buku


2 warna Grey (foto) dan Silver



Sebagai seorang bibliophile yang 'kronis’, saya sudah membaca ratusan (kalau tidak ribuan?) buku, mulai dari beli sendiri, dapat sebagai hadiah atau pinjam di perpustakaan. Bahkan saya juga telah mengembangkan genre bacaan saya yang awalnya fiksi, sampai ke semua hal. 


Itu kenapa saya bilang ‘kronis’, karena saya suka membaca, apa saja saya baca asalkan saya bisa membaca yang membuat genre bacaan saya melebar. Bahkan tulisan di kemasan produk seperti shampoo, skincare, apa saja, deh, saya baca. Terutama saat ‘kumat’ ya, bahkan buku sekolah keponakan saja saya baca.


Dari situ koleksi buku saya bertambah, bahkan ketika saya pindah kembali ke kota saat ini, saya masih meninggalkan banyak buku di rumah teman-teman dan kerabat saya. Walau saya telah menjual atau berdonasi banyak buku sekalipun, saya masih mempunyai timbunan buku dimana-mana. Lama- lama tentunya ini menarik debu, apalagi beberapa buku memang sudah tidak dibaca lagi.


Hampir semua buku-buku yang saya punya saya baca minimumnya 2x (bahkan buku ‘berat’ sekalipun) atau buku yang membuat saya kehilangan ‘selera’ pun ada. Belum lagi saya sangat beruntung karena saya sering (kadang niat cari) menemukan diskon buku besar-besaran yang mana akhirnya saya bisa borong 10 - 20 buku. Kadang- kadang saya merasa tamak..


Tapi walau saya merasa seperti itu, rasanya hobi ini sangat worth it jika diingat kembali pada waktu saya berjuang dengan crippling anxiety dan social phobia dulu. Buku adalah sahabat terbaik saya, sayangnya saya sering kehabisan bahan bacaan yang untungnya saya menemukan e-book. Jadi, begitu saya dapat akses buku murah, saya akan borong sampai bokek.


Akumulasi ini membuat kamar saya yang kecil penuh buku sampai harus diletak di lantai dan atas kasur. Tumpukan ini membuat debu semakin tebal dan saya adalah penderita sinus. Perfect. Tidak peduli betapa saya rajin membersihkan debu- debu itu, karena kota ini panas dan juga cepat berdebu, effort saya rasanya sia-sia saja. 


Maka dari itu, jalan terbaik plus juga ingin membantu menaikkan minat baca Indonesia, saya akhirnya mendonasikan buku-buku tersebut. Mau buku langka, penuh perjuangan mencarinya, mahal, semuanya jadi sama dan harus segera disingkirkan karena saya sudah mulai sumpek juga stress setiap kali melihat buku-buku itu berselimut debu yang menghitam.


(BTW, salah satu buku yang tidak sanggup saya selesaikan membacanya adalah Lolita dari Vladimir Nabokov, YIKES! Just eeuurrghhh!)


Baca Juga  :      MEMULAI HIDUP MINIMALIS, APAKAH MASIH PERLU MENYIMPAN BARANG CADANGAN?


Membaca Minimalis di E-book dengan Samsung Tab





Jadi begini, sebelum saya membeli Samsung  Galaxy Tab A7 Lite LTE yang merupakan produk baru Samsung yang keluar Juni 2021 kemarin, saya ‘salah langkah’ dengan membeli Huawei MatPad T, yang harganya saat itu lagi diskon Rp 1.400.000 (atau Rp 1, 5 juta ya, lupa) dari harga normal sekitar Rp 1. 650.000. Murah kan, ya, bahkan mungkin bisa lebih murah lagi kalau diskon akhir tahun.


Tergiur murah ini dan si tablet terlihat lebih kecil bagai buku biasa, saya pun akhirnya memutuskan untuk membelinya. Sudah bayar ini, saya pun cari review di YouTube yang ternyata sukses bikin saya membatalkan pesanan. Untungnya masih bisa! Belum sampai 1 jam! Saya mau hidup tenang sebagai minimalis dan baca e-book dengan santai, saya tidak mau repot memikirkan Huawei sudah ‘cerai’ sama Google yang membuat repot pengguna amatiran seperti saya kalau saya ngotot pengen beli MatPad T ini.


Sudah sangat jelas saya tidak punya kesabaran ekstra harus mengulik trik cara menggunakan Google di Huawei, padahal niat saya cuma mau menyingkirkan buku konvensional dengan membaca e-book cantik di tablet. Tanpa niat stress memikirkan kalau hack yang saya ikuti tidak berhasil lalu Huawei MatPad ini jadi sia-sia. Sama halnya dengan uang saya, melayang, puuffff!


Walau memang Samsung Galaxy Tab A7 Lite LTE ini harganya jauh diatas Huawei, lebih tepatnya Rp 2.499.999 (harga resmi) yang saat launching Juni kemarin memberikan tambahan bonus yakni cover resmi tab dan 2 sim card perdana XL, tapi paling tidak uang yang saya bayarkan setimpal untuk rasa nyaman membaca dan kewarasan saya tidak terganggu.


Ya, walau tab ini tidak seperti iPad dan Samsung Tab series yang lebih advance, namun sebagai tab pertama saya, saya cukup senang. Paling tidak diatas Samsung Tab yang kelas 2 jutaan juga yang dulu sempat jadi pilihan saya jika saya akhirnya memutuskan untuk membeli tab.


Baca Juga  :    CARA MENGATASI RELAPSE DITENGAH BERJUANG MENJALANKAN HIDUP MINIMALIS



Spesifikasi Samsung Galaxy Tab A7 Lite LTE


Malu juga nih, kalau bicara spesifikasi gadget karena saya masih awam banget, banget, sama apa itu spesifikasi dari sebuah gadget. Paling banter, saya cuma manut- manut nonton review gadget di YouTube atau ada teman yang menjelaskannya. Tapi kalau di ambil dari situs https://www.gsmarena.com/ sendiri, isi dari Galaxy Tab A7 Lite LTE adalah :


Foto dari GSM Arena



Diambil dari www.gsmarena.com



Pengalaman pakai Samsung Galaxy Tab A7 Lite LTE saya sendiri, ya, bolehlah. Saat ditekan tombol on atau langsung tekan layar untuk menghidupkan tab, ada jeda. Sama ketika aplikasi di tekan, swipe, ada jeda yang cukup ketara. Beda dengan smartphone yang lebih cepat dan smooth.


Layarnya sendiri kadang sensitif sehingga saya bisa membuka apps atau laman e-book yang salah, atau ya, lambat bereaksi. Dengan RAM 3 GB dan ROM 32 GB, secara logika tab ini jangan dibebani dengan file, foto maupun aplikasi yang segambreng. Karena niat ‘mulia’ saya hanya ingin membaca e-book, browsing, main aplikasi D&D, catur, baca Al-Qur’an, dengar MP3 yang sesekali nonton Netflix, bagi saya tablet ini cukup. Kalau perlu nih, saya ingin tablet ini awet paling tidak 5 tahun dan bisa diajak traveling jika sudah bisa terbang nanti.


Hanya saja, tablet ini cukup berat, yang kalau menurut situs resminya Samsung https://www.samsung.com itu adalah 371 gram, tapi somehow bagi saya lebih berat dari itu. Ya, walau terasa kokoh dan layarnya lebih jernih, cover juga bisa ditekuk dengan magnetic, tapi karena saya baca dalam posisi vertikal alias tegak, jadi tangan kanan saya cukup pegal menyangganya lebih dari berapa menit.


Anyway, karena ini tablet Samsung yang budget untuk rakyat ‘jelata’ seperti saya (kamu), tentu saja jangan mengharapkan kualitas kamera canggih layaknya di smartphone ya. Cukup deh, kalau mau foto hal-hal yang tidak penting. Hahay!


Ahahaha ini Charlotte Dobre, orangnya lawak banget beud!



8.7 inch, belum 5 G dan tidak ada NFC, baterai 5100 mAh yang ternyata cukup boros apa mungkin karena saya membaca atau apa (padahal saya sering flight mode kalau lagi membaca), yang dengan kabel charge type C yang lagi, sayangnya kepala charger-nya tidak support fast charging, membuat saya harus menggunakan kepala charging HP Samsung saya. Etapi, kalau stand by, baterainya cukup awet, kok.


Masih ada lubang ear jack untuk headset, tapi saya sudah beralih ke bluetooth headphone, Samsung tab ini juga support pengguna buds mereka. Mungkin awalnya ditujukan untuk siswa yang masih harus belajar online (agak telat ya, bagusnya dikeluarkan tahun lalu),  Galaxy Tab A7 Lite LTE cukup memuaskan untuk saya yang memang menjadikannya gadget untuk membaca dan hiburan ringan yang cukup minimalis untuk saya pribadi.


Baca Juga  :     CURHAT HIDUP MINIMALIS DARI MINIMALIS YANG TIDAK AESTHETIC



Disclaimer : Isi artikel ini adalah pendapat pribadi saya dan tidak di endorse oleh pihak manapun (walau pengen di endorse Samsung, ya). 




You May Also Like

0 comments