Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo

Foto Ilustrasi, sumber: Unsplash




Begitu mendengar undangan acara Forrest Talk - Lestari Hutan dari Yayasan Doktor Sjahrir pada bulan Juli kemarin, saya merasa mungkin inilah saat yang tepat untuk bertanya atau mengetahui keadaan sebenar hutan Riau yang hampir, nyaris gundul dari propinsi ini. Tetapi, lebih dulu ini adalah pengalaman pribadi saya bagikan mengenai 'perasaan' saya terhadap negeri ini juga hutannya, dulu dan sekarang.

Sebelumnya sebagai penggemar kegiatan outdoor seperti kemping dan hiking, bisa dipastikan saya jarang bisa benar- benar 'menginap' di 'hutan', meskipun ada sungai yang masih asri tetapi pohon alami tidak ada lagi. Seringnya kami kemping di kebun sawit atau getah warga kawasan. 


Sumber: okeinfo.net


Di tahun 2011 dulu saya dan beberapa teman tidak sengaja menemukan desa yang mempunyai hutan adat walau memang bukan lagi dipenuhi pohon primer jaman dulu kala, tapi desa tersebut merawat sebidang tanah ulayat yang dinamakan Hutan Larangan Adat di daerah Kampar.

Untuk masuk ke tempat tersebut kita harus lebih dahulu meminta izin pemuka masyarakat dan mengikuti ritual doa mareka. Area pepohonan itu mungkin lebih tepat disebut pugaran ketimbang hutan karena mareka memang hanya menjaga satu bidang kecil yang dikelilingi sawah, jejeran pohon buah- buahan, karet atau sawit.

Pugaran kecil itu tentu tidak terlalu terlihat jika kita terbang diatasnya, terlebih lagi Riau kini terkenal dengan tanah 'botak' berpetak- petak hingga tak heran jika kali pertama datang orang- orang (terlebih lagi turis ketika saya menjadi pemandu mareka) akan menanyai saya kenapa ranah Melayu ini kosong melompong. Jikalau mareka melihat kehijaun dari atas, bisa dipastikan itu adalah kawasan sawit dan pepohonan untuk industri lainnya.

Kemudian di tahun 2017 saya juga kebetulan menyaksikan pembalakan liar disaat sedang kemping di area Kampar. Bonggol - bonggol kayu terlihat 'hanyut' mengahmbat aliran sungai, disana- sini badan pohon yang ditebang itu mulai coklat menghitam yang menurut seorang warga setempat telah lama tenggelam, tidak mampu di bawa para pembalak dan dibiarkan membusuk. Lingkar pohon- pohon itu bisa dibilang cukup besar menandakan bahwa mareka telah hidup cukup lama, liar dan sehat yang membuat saya berpikir apakah masih ada kawasan lagi di Riau ini yang bisa saja luput dari pantauan?



Sumber: merdeka.com


Rasanya cukup mustahil di era ini karena sebagai penduduk asli Riau dan membesar di era 80an dan 90-an, saya masih ingat dengan jelas tetangga- tetangga yang bekerja sebagai pengemudi truk lintas Sumatra yang mengangkut bonggol- bonggol kayu besar. Hampir raksasa, bahkan paman terbesar di perumahan pun tidak dapat melingkarkan tangannya pada bonggol kayu tersebut.

Rombongan truk akan melaju di jalan besar dekat rumah, sembrono tanpa diikat, berat dan doyong. Terkadang satu truk hanya mampu membawa satu pohon yang di potong- potong karena saking besarnya. Ini adalah kegiatan harian saya ketika kecil, memperhatikan jejeran truk yang membawa pohon, membunuh hutan, ekosistem dan satwa yang berlindung padanya (kegiatan ini masih berlangsung sampai sekarang meski truk hanya membawa pohon- pohon kurus kecil).


Sumber: Detak Indonesia

Selain penebasan hutan, kakek tetangga pun ikut mendapatkan untung dari para supir yang beliyau bayar untuk mencari pohon gaharu dan cendana. Kenangan potongan pohon  dengan bau khas yang di jemur memenuhi halaman dan anak tangga masih segar diingatan. 

Itu adalah masa- masa dimana transmigrasi masih digalakkan oleh pemerintah pusat. Berhektar- hektar hutan ditebang, dibakar dan dicungkil. Baik oleh pemerintah, swasta, suku asli Riau (Sakai dan Talang Mamak yang hidup berpindah- pindah mengikuti musim) maupun tentu saja cara ilegal. Terutama dalam penebangan pohon. 

Point penyebab diatas adalah faktor yang membuat faktor lainnya tersulut. Sebagai propinsi yang mempunyai demographis tanah berawa dan gambut,  jika satu faktor rusak maka akan merambat, tidak mengherankan beberapa tahun lalu tanah disekeliling rumah saya terbakar secara tiba- tiba saat siang panas karena pemilih tanah menebas semua pohon dan membiarkan tanah mareka kosong sedangkan dibawahnya adalah gambut yang rawan.

Setelah berbicara mengenai faktor utama pohon, kita tidak bisa mengabaikan faktor satwa. Berita mengenai binatang yang hangus terbakar, gajah yang lari ketakutan ke kampung warga (sering disalah artikan sebagai binatang yang mengamuk tanpa 'alasan'), diselundupkan (seorang teman pernah membeli anak harimau Sumatra) adalah hal yang biasa ketika saya membesar dulu. Bahkan pada suatu hari sebuah bayi beruang madu hitam (yang kami kira anak anjing) masuk kedalam sekolah kami, ketakutan bersembuyi didalam loker meja saya (ah kasihan, saya tidak ingat lagi apa yang terjadi padanya).


Sumber: Tirto


Semua kekacauan diatas adalah akibat faktor alam yang diganggu (dirusak) dengan sengaja oleh manusia atas nama peradaban.Terkadang kita tidak sadar bahwa tindakan kita berimbas balik cepat atau lambat. Memang sering tidak terlihat kasat mata tapi begitu gambut terbakar atau tanah tidak mampu lagi menampung air, maka terjadilah bencana asap dan banjir.

Riau tidak mempunyai jajaran bukit atau gunung, oleh karena itu lanskap negeri ini hampir datar. Karenanya jika kabut asap datang, tidak ada 'benteng' dan seluruh Riau hingga kedaerah tetangga pun turut merasakan asap tebal. 

Ditahun 1996 atau 1997 adalah tahun pertama kalinya saya merasakan bencana kabut asap, semua orang saling bertanya- tanya bahkan pasa supir truk pengakut bonggol pohon heran dan mengeluhkan bahwa mareka bisa saja mengalami kecelakaan jika terus mengemudi dengan jarak pandang yang pendek. 

Kabut asap amat sangat  tebal berbau turun menyelimuti kota, lampu= lampu jalanan dan rumah dinyalakan siang hari. Kegiatan sekolah dan kerja masih terus berjalan sampailah semua siswa jatuh sakit dan mobil ambulance datang silih berganti membawa siswa serta memberikan kami masker juga oksigen baru.

Kejadian yang sama kembali terulang di tahun 2015, kali ini kita lebih maju pada aset teknologi (BMKG) sehingga kita mampu memonitor (potensi) titik api. Disertai dengan kemajuan pulalah, kita bisa mengukur seburuk apakah kondisi tanah dan keadaan hutan kita.


Sumber: BMKG Riau


Sayangnya kemajuan hebat tersebut tidak dibarengi dengan majunya pola pikir dan keingian kita untuk mengetahui serta memahami keadaan persekitaran kita. Menutup mata, alfa dan meremehkan kekuatan dan potensi hutan bukan hal yang baru. Kenangan akan deretan hutan lebat penuh pohon beraneka ragam yang seakaan berlari kebelakang ketika kami sekeluarga menaiki kendaraan di masa kecil saya dulu akan menjadi kenangan yang akan selalu saya simpan sebagai kenang- kenangan sebagai seseorang yang beruntung menyaksikan betapa rimbun dan teduhnya Riau dulu pernah.


Aloe Vera Gel - Fruit Of The Earth


Bulan lalu saya mendapatkan oleh- oleh dari Ibu yang bisa dibilang berupa barang random dan itu adalah Aloe Vera Gel (AVG) dari merek lama Amerika, Fruit Of The Earth (FOTE). Mungkin di Indonesia belum begitu mengenali merek lawas satu ini, tetapi saya pernah melihat produk FOTE di beberapa drugsotre besar.

Kalau tidak salah, Fruit Of The Earth lebih dulu terkenal dengan sunblock/sunscreen mareka, sedangkan gel lidah buaya ini adalah produk pelengkap bagi mengatasi sunburn atau kulit kering setelah berjemur dan terkena matahari.

Selain FOTE, adalah Banana Boat juga yang merupakan merek lama selaku 'pesaing' FOTE di 'ranah pasar' yang sama dengan produk yang  nyaris serupa dengan range harga yang beda tipis (dengan FOTE yang lebih ramah kantong atau bundling sale).

AVG


Dan disaat bahan baku aloe vera atau lidah buaya terkenal kembali oleh merek- merek skincare Korea, harus saya akui saya lumayan terkejut dengan inovasi yang dilakukan pada tanaman yang satu ini. Belum lagi produsen juga menambahkan banyak klaim pada satu produk AVG hingga terdengar muluk- muluk.

Beberapa merek Korea yang terkenal dengan AVG-nya adalah Nature Republic yang mempunyai banyak tiruan, Innisfree, The Saem, Mediheal dan lainnya. Tidak jarang produsen menjual produk mareka dengan menambahkan infusi bahan, pelabelan premium sampai kepada kemurnian serta mengggaris besarkan jenis si lidah buaya itu sendiri.

Sejak dulu lidah buaya di kenal sebagai tanaman yang serba bisa, baik itu berupa pereda panas yang bisa dibalurkan ke kulit atau di konsumsi, jadi tidak mengherankan banyak merek Korea menjadi besar dengan membubuhkan khasiat tanaman ini pada produk AVG mareka. 

Aloe Vera Gel


Disamping sebagai produk gel, aloe vera juga diracik menjadi bahan pembantu pada produk skincare lain seperti sheet mask, toner, essence, moisturizer, serum dan lain- lain. 

Namun FOTE setia dengan gaya lama mareka, AVG hanya diperuntukkan untuk untuk meredakan kulit yang terbakar matahari atau kering, bukan sebagai skincare kecantikan. Bahkan bahan- bahan produk AVG ini pun tidak mengalami perubahan banyak dari yang saya ingat dulu.

Jadi saya tidak melihat peluang bahwa produk AVG dari FOTE ini bisa digunakan sebagai pelembab rambut, sleeping mask maupun pereda bibir yang kering karena FOTE sendiri tidak menuliskan kegunaan tersebut pada produknya. Lalu jika kamu sedang mencari AVG yang simple dan bosan dengan infusi berlebihan pada aloe vera, kamu bisa mencoba AVG sederhana satu ini.


Iunik Lime Moisturize Mild Peeling Gel & 2NDESIGN Springy Peeling Gel Tone Up Boost


Dari kemarin saya ingin membuat battle sesama peeling (gel) dari dua merek skincare Korea yang berbeda, Iunik dan 2NDESIGN. Meski secara 'penampilan' keduanya sama, dengan tipe tube dan ukuran 120 ml namun pembedanya hanyalah pada warna tutup serta bahan tabung.

Rasanya kita tidak asing dengan produk Korea terutama jenis peeling yang dulu sempat booming pada zaman home shopping. Produk sejenis peeling atau lulur/scrub sebenarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu meluruhkan kotoran dan daki. 


Iunik Lime Moisturize Mild Peeling Gel & 2NDESIGN Springy Peeling Gel Tone Up Boost



Tetapi di Indonesia sendiri lulur lebih dulu terkenal dan biasanya lebih kepada anggota bagian tubuh ketimbang muka. Lulur/scrub adalah eksfoliator yang lebih bertipe fisikal, pembersihan hanya pada saat menggosok produk pada kulit serta seringnya hanya pada permukaan saja plus juga lebih banyak menggunakan tenaga mendorong lulur agar lebih maksimal.


Iunik Lime Moisturize Mild Peeling Gel & 2NDESIGN Springy Peeling Gel Tone Up Boost



Sedangkan peeling bisa dibilang bersifat chemical tanpa membutuhkan banyak gerakan pijat namun saya tidak bise mengeneralisasikan semua peeling berjenis sama. Terkadang tidak jarang suatu produk mengklaim bahwa mareka adalah peeling tapi konsistensi tekstur si produk lebih kental, berat, mempunyai butiran besar, kasar layaknya lulur.




Iunik Lime Moisturize Mild Peeling Gel & 2NDESIGN Springy Peeling Gel Tone Up Boost



Berikut pengalaman saya dalam menggunakan kedua peeling ini:



Iunik Lime Moisture Mild Peeling Gel.

  • Konsisten dengan namanya, peeling ini memang berbentuk gel bening dengan wangi cukup kuat.
  • Mudah cair menjadi air yang cepat meluncur begitu saya mengoleskannya pada wajah, sehingga proses pembersihan menjadi repot demi menghindari produk berubah menjadi air seluruhnya.
  • Gel akan berubah menjadi butiran putih bagai lem kering atau daki, warnanya akan berubah tergantung kotoran yang ada pada kulit.
  • Sebaiknya diseka dengan menggunakan handuk basah terlebih dahulu karena jika dibilas dengan air biasa, kulit terasa kurang bersih seakan ada lapisan tipis diatasnya.




2NDESIGN Springy Peeling Gel Tone Up Boost.

  • Kalau sudah ada 'niat' untuk tone up, tidak heran kalau teksturnya berupa cream tidak terkecuali produk ini walau masih ditulis gel pada kemasann.
  • Mempunyai wangi floral (yang cukup kencang mengingatkan saya pada wangi bedak zaman dahulu), dengan tekstur putih creamy.
  • Cream ini akan berubah menjadi lebih padat, kental berbulir juga seperti lem kanji yang akan berubah warna mengikut kotoran yang ada pada kulit.
  • Untuk efek tone up boost sendiri, saya tidak melihat perbedaan signifikan karena memang jika kulit sudah bersih tentu saja akan terlihat lebih cerah dan tone up dalam pelaksanaanya condong bersifat sementara.
  • Sama seperti Iunik, gunakan handuk basah untuk menyeka sebelum melanjutkan penggunan air bilasan.





Iunik Lime Moisturize Mild Peeling Gel & 2NDESIGN Springy Peeling Gel Tone Up Boost


Begitulah review kedua peeling gel diatas yang garis besar nyaris sama bahkan saya tidak dapat membedakan hasilnya di kulit karena terasa serupa walau tekstur kedua peeling ini. 2NDESIGN 'melangkah' cukup jauh mengikuti tone up trend (yang bermula dari Korea) demi melebarkan pasaran produk mareka (berdasarkan perkiraan saya).


Jika kamu tertarik dan penasaran dengan Iunik dan 2NDESIGN, kamu bisa mencari di  online shop nasional. Oh ya, jangan ragu berbagi pengalaman kamu jika pernah menggunakan peeling di kolom komentar, ya.


Y.O.U Studio Compact Powder


Setelah sekian lama tidak membeli bedak padat atau menghindarinya karena saya lebih memilih loose powder yang lebih ramah tidak begitu menambah komedo, akhirnya saya menyerah setelah CC Powder Silkygirl 'kandas' alias hit pan. Sayangnya series CC ini susah sekali didapatkan juga kemungkinan besar di discontinue oleh Silkygirl.

Jadi begitu Sociolla mengadakan diskon khusus bedak, saya pun antusias namun terlambat dan semua bedak yang saya inginkan telah kembali ke harga normal. Duh.

Y.O.U Studio Compact Powder .


Saat melewati kaunter Y.O.U di mall minggu lalu (dan lumayan lama menimbang beli atau tidaknya), saya mantab menjatuhkan pilihan pada Y.O.U Studio Compact Powder tanpa repot- repot mencari review-nya terebih dahulu. Lagian saat itu harga bedak ini sangat murah plus terlihat bagus.


Bedak Y.O.U - tampak belakang.


Berikut ini pengalaman pemakaian bedak padat Y.O.U :

  • Merek lokal yang mumpuni dan menawarkan berbagai makeu-up item yang nyaris lengkap dengan harga terjangkau serta pilihan yang banyak.
  • Kotak kemasan produk bedak padat ini terlihat jadul, ber-design minimalis dengan warna oranye gold yang kurang menarik seakan bedak ini terlihat keluar dari tahun 80-an (melawan arus yang mana produsen saat ini mulai beralih pada design kemasan yang mengikuti jaman dengan astetik yang menarik).
  • Bedaknya sendiri punya kemasan hitam dengan tulisan berwarna emas berbahan doff matte (sekilas mengingatkan saya pada MAC).
  • Kualitas puff bedak cukup keras sehingga produk yang diangkat maupun dalam meratakannya kurang mantab (itu kenapa saya lebih memilih menggunakan brush dan puff ini hanya dipakai ketika touch-up ringan saja).
  • Mempunyai 3 klaim: Super Long Wear (saya tidak begitu yakin dengan SUPER, tetapi bedak ini masih stay put setelah beberap jam tanpa wudhu), Oil Control (mungkin pada aplikasi pertama saja karena kulit manusia pasti memproduksi minyak alami bagaimanapun) dan Vitamin E.
  • Seri ini jelas lebih sesuai bagi kamu yang mencari hasil matte ditambah (extra) coverage yang menurut saya cukup kelihatan tapi bukan jenis coverage yang menyamai foundation (pada kulit saya hanya mampu menutupi kemerahan serta bekas jerawat yang tipis).
  • Kalau tidak salah, Studio Compact Powder ini mempunyai 3 shade, saya sengaja memilih shade 01 Light dengan undertone kuning (tapi tidak terlalu pekat) yang ternyata sangat masuk di tone kulit saya.
  • Tidak begitu oksidasi (atau saya yang kurang jeli melihat?), tidak menggeser skincare/make-up dasar. juga tidak membuat kulit kusam di penghujung hari.
  • Tekstur bedak ini agak keras, dengan hasil akhir matte atau nyaris dead matte (jadi bagus untuk 'meredakan' sunscreen/moisturizer yang terlalu basah).
  • Dengan size kecil 8.5 gram, bedak ini bisa 'nyempil' di tas kecil sekalipun.
  • Packaging dilengkapi kaca.

Bedak padat Y.O.U Cosmetics.


Disini saya akui bahwa kualitas bedak merek lokal ini bisa diadu dengan bedak drugstore yang kebanyakkan merek luar, bahkan rasanya lebih baik digunakan untuk touch-up (alasan utama membeli bedak ini) ketimbang bedak khusus touch-up merek Silkygirl yang malah membuat wajah blentang- blentong (meski minyaknya hilang) karena 'mengambil' minyak beserta make-up dasarnya.


Bedak padat Y.O.U shade 01 Light - tanpa editan.


Jujur saja saya cukup terkesan dengan merek ini apalagi eyeshadow palette mareka pun memberi performa mengejutkan. Apalagi produk Y.O.U Cosmetics yang worth trying?. Kalau kamu punya pengalaman menggunakan produk lokal ini, jangan lupa share di kolom komentar, ya.




Sehari- hari biasanya saya memakai sunblock atau sunscreen yang diikuti oleh make-up ringan untuk harian dan lebih berat dengan eyeshadow jika sedang menghadiri acara khusus (full dandan untuk kondangan, ya). Tidak jarang saya juga memakai foundation harian jika kulit sedang butuh extra coverage dan BB/CC cream maupun cushion untuk kulit yang tengah adem.

Itu semua akan berakhir sumuk, berat dan kusam di penghujung hari, oh, belum lagi ditambah keringat dan polusi. Setibanya dirumah saya sudah letih dan kehilangan mood untuk bersih- bersih padahal membersihkan muka yang memakai riasan itu sangat penting.
Dulunya step pembersihan ini sangat lambat karena cara konvensional lama yaitu milk cleanser. 

Tipe pembersih seperti ini menuntut waktu, mulai dari memijat wajah, menyapunya dengan kapas (yang biasanya lebih boros) tapi kulit masih terasa kotor belum lagi greasy feeling sesudahnya baik itu di wajah dan tangan. Lalu milk cleanser tadi harus diangkat kembali dengan toner, lho. Ugh. Sangat ribet, tidak praktis.  



Jadi begitu micellar water mulai booming, saya pun turut mencoba dan merasakan manfaat utamanya: praktis, tidak banyak makan kapas dan tentu saja lebih bersih. Apalagi kini banyak pilihan dengan merek dan harga yang beragam, salah satunya adalah Biore Perfect Cleansing Water.

Kalau milk cleanser kadang terlalu perih jika wajah saya berjerawat atau sedang merah oleh sunburn, namun cleansing water dari Biore ini lebih adem, kalem dan  lembut tanpa menambah merah kulit/mengganggu jerawat. Pembersihan kulit kini lebih cepat, ringkas dan benar- benar softest goodbye. Itu semua karena adanya faktor dalam bahan produk yaitu ringan, tanpa alkohol, natural tanpa paraben.  


Informasi Produk.

Biore ini tersedia dalam dua pilihan, Biore Perfet Cleansing Water Oil Clear berwarna packaging biru untuk kulit normal-oily (yearp, bagi yang berjerawat juga) dan Biore Perfect Cleansing Water Soften Up dengan kemasan pink untuku kulit normal-kering.

Kali ini saya mencoba si biru Biore Perfect Cleansing Water Oil Clear dengan kelembutannya yang mempunyai 7 extra benefits:
  • Allergy tested.
  • Ophthalmologist tested.
  • Non- comedogenic.
  • Natural pH skin.
  • No added alcohol.
  • No added colorant.
  • No added fragrance.





Packaging.

Kita juga bisa memilih ukuran yang kita inginkan karena produk ini datang dalam 2 ukuran yaitu 90 ml dan 300 ml yang bisa kita bawa traveling atau sebagai stock dirumah. Dikemasan botol tersedia informasi seperti kelebihan produk tersebut dan tentu saja masa berakhir di produk. Tutup botolnya juga cukup aman tapi tentu saja saya menambahkan selotip sedikit agar lebih kencang kalau kita ingin lebih secure.


Cara Pakai.

Cara pakainya pun mudah, kita tidak harus menggosok/memijat wajah terlalu kuat layaknya penggunaan milk cleanser. Cukup tuang ke kapas, letakkan diwajah beberapa detik lalu tekan pelan dan kemudian angkat. Saya biasa melakukan cara ini dengan dua sisi kapas atau sampai muka bersih sempurna. Nah, cepat, mudah dan yang terpenting adalah kita tidak perlu mencuci wajah lagi, lho.


Opini Akhir.

Sebenarnya kulit saya adalah tipe berminyak yang mudah sekali berkomedo dan merasa bengap oleh suatu produk skincare (terutama tekstur kental milk cleanser), namun cleansing water dari Biore ini amat sangat ringan tanpa membuat wajah berat atau panas. Bahkan saya tidak menemukan komedo sama sekali (ya, itu benar!), dan konklusinya karena produk ini sangat ringan selain memang adanya 7 klaim diatas. 

Bahkan bagian mata yang biasanya sangat sensitif pun kalem, karena mata saya akan 'menangis' dan kuliku akan terasa digerus jika suatu produk itu mengandung alkohol yang kuat. Jangan kuatir jika kamu mempunyai tipe kulit yang super oily, karena produk ini tidak menambah sebum flow kamu begitu juga jika kuli kering, justru Biore ini memberi kelembapan dan efek cerah karena adanya Japanese Advance Smooth Bright Technology  yang penuh oleh micelles.

Jadi kalau kamu juga mempunyai masalah sepertiku ini, kamu harus coba Biore ini, deh. No fuss yet powerful and time saver.



Beli Dimana?

Ada banyak pilihan yang bisa kamu gunakan, mulai dari KAO Official Store yang ada di E-Commerce seperti Shopee, Lazada bahkan drugstores seperti Guardian dan Watsons. 
Biore Perfect Cleansing Water Oil Clear/Soften Up 90 ml = Rp 27.800
Biore Perfect Cleansing Water Oil Clear/Soften Up 90 ml = Rp 68.000

Rating 4/5.
Instagram Biore Indonesia.



3 varian Veet Silk  & Fresh Hari Removal Cream.


Secara alami saya mempunyai pertumbuhan bulu atau rambut badan yang lumayan cukup mengganggu percaya diri terutama masa- masa dimana saya belum memakai hijab. Bulu tubuh ini tumbuh lebih cepat, lebat dan keriting terutama dibagian kedua betis serta ketiak. Karena ini semua saya akui saya sempat mengalami minder dalam pergaulan terlebih lagi karena tipe bulu kaki saya yang terlalu kasar seperti lelaki membuat saya sering minder (duh, masa lalu).

Saat itu teman- teman serumah menganjurkan cara shaving dan waxing, namun shaving sering membuat saya mengalami luka lecet oleh pisau cukur sedangkan waxing menimbulkan alergi merah terbakar oleh gula wax yang digunakan.

Jadi begitu menemukan Veet Hair Removal Cream, saya memborong beberapa varian sebelum pulang kembali ke Indonesia. Untungnya tidak berapa lama Veet Indonesia resmi muncul sehingga saya tidak perlu lagi risau akan kehabisan stock.

Bagi saya pribadi yang telah menjadi pengguna Veet semenjak tahun kedua kuliah hingga sekarang, begitu banyak cerita dan pengalaman saya bersama krim pencukur praktis ini yang masih setia hingga saya kini memutuskan untuk berjihab. 



Varian & Packaging.

Varian untuk kulit kering, sensitif serta kulit normal.


Botol krim ini mempunyai design yang menarik dan tentu saja packaging yang praktis berbentuk tube hinga mudah dibawa traveling sekalipun. Kita bisa juga bisa memilih size atau ukuran krim yang sesuai dengan kebutuhan, contohnya saya biasa membawa ukuran kecil 25 gram ketika backpacking tahun lalu mengingat luggage yang terbatas, dan ukuran normal 60 gram adalah size yang biasa saya stock untuk dirumah.

Petunjuk cara pakai.


Informasi lengkap mengenai produk.


Disisi kotak kemasan terdapat beberapa informasi seperti penjelasan produk, cara penggunaan disertai ilustrasi, peringatan pemakaian, bahan- bahan produk, tanggal produksi serta perusahaan yang mengeluarkan produk ini.

Didalam kotak kemasan kita akan menemukan spatula plastik kecil yang berguna untuk mengangkat produk nantinya dan Veet sendiri mempunyai 3 varian yang bisa kita pilih sesuai tipe kulit:

  • Veet Silk & Fresh dengan kotak biru dengan kandungan Aloe Vera dan Vitamin E untuk mareka yang mempunyai kulit sensitif. Aloe Vera dikenal mampu meredakan sensitifitas kulit yang berlebihan dan Vitamin E sebagai agen yang  melembabkan kulit. Nah, ini adalah varian khusus yang biasa saya pakai di dareah ketiak mengingat betapa sensitifnya kulit diarea tersebut.
  • Veet Silk & Fresh dengan kotak pink untuk kulit normal yang mempunyai kandungan Aroma Lotus Milk serta Jasmine. 
  • Veet Silk & Fresh dengan kotak hijau bagi pemilik kulit kering seperti saya yang mengandung Aroma Shea Butter dan Lily. Si hjau ini adalah varian andalan saya selama beberapa tahun belakangan khsusnya pada bagian kedua paha dan betis yang amat sangat kering.
Veet hijau andalan.




Cara Pakai.

Tidak hanya petunjuk tertulis, produk juga disertai ilustrasi yang sangat membantu.


* Pilih area yang ingin di bersihkan seperti area kaki, tangan, ketiak dan garis paha. hindari area kepala, mata, hidung, telinga serta area genital atau yang sensitif lainnya.
* Aplikasikan Veet pada punggung spatula, lalu oleskan secara tebal dan merata hingga menutup area bulu yang ingin dihilangkan.
* Tunggu  selama 5 menit, jangan biarkan krim berada dikulit lebih dari 10 menit.
* Bersihkan krim dan bulu dengan spatula. Bilas dengan seksama dan keringkan.



Review Produk.

Setiap kotak disertai spatula plastik.


Tekstur krim yang putih dan cukup kental.


* Meski berbeda varian tetapi ketiganya mempunyai tekstur yang sama yaitu putih dengan wangi yang hampir sama pula.
* Wangi tersebut cukup kuat menyengat bagi beberapa orang, namun akan hilang ketika kita membersihkan krim dari kulit.
* Krim cukup kental, lembut/silky dan mudah diratakan .
* Spatula mampu bekerja baik mengangkat krim tanpa harus terlalu ditekan (mengingat betapa 'bebalnya' bulu kaki saya).
* Kulit terasa lembut, bulu yang diangkat cukup dalam jadi saya tidak melihat titik- titik hitam yang biasanya tinggalkan oleh cara shaving konvensional.



Opini Akhir.

Veet hijau yang lebih sering saya gunakan.

  • Praktis adalah point utama, tanpa luka maupun reaksi alergi sesudahnya.
  • Pilihan varian dan ukuran yang fleksibel.
  • Hari removal cream ini  adalah andalan utama saya menjelang pergi kemping atau traveling, biasanya saya akan mencukur kedua bulu kaki demi menghindari ditempeli lintah, kutu dan serangga kecil. Saya sangat menyarankan Veet praktis ini bagi kamu yang hobi berpetualang, anti ribet namun memakai hijab. Worry not, jangan biarkan itu menghalangimu karena walaupun kita tertutup tapi bulu bagian kaki kadang sering menyaring binatang atau kotoran, jadi sebaiknya bersihkan bulu kaki yang kasar berlebihan demi menghindari dihinggapi kutu (true story). Kaki yang mulus bebas rambut memang lebih menunjang kesehatan dan percaya diri, membuat kamu confident melangkah bertualang, #BeAConfidentYou.
  • Terjangkau dan mudah didapatkan (bahkan di warung juga, lho).

Varian untuk kulit kering yang setia dari dulu.


Kalau diingat kembali, saya telah memakai Veet lebih dari 15 tahun lamanya dan Veet Indonesia juga mengalami banyak perubahan seiringnya waktu. Begitu juga dengan saya dengan kaki yang mulus bebas bulu, saya lebih confident meski harus menggulung celana pada waktu kemping. 

Jika kamu juga wanita aktif dan mempunyai permasalahan bulu tubuh yang sama mengganggunya  seperti saya, ayo coba Veet Hair Removal serta jangan lupa sesuaikan dengan tipe kulitmu.

Oya, semoga Veet Indonesia suatu saat nanti akan mengeluarkan krim cukur yang menjawab permasalahan diarea tubuh seperti tengkuk, punggung maupun area V wanita, ya.





Newer Posts
Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Traveling
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film Gaming monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • Asyik, Perang Tarif, Mari Kita Beli Barang KW
  • ►  2024 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2023 (45)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates