Setelah membaca banyak artikel tentang antisipasi terhadap film terbaru 2018 Steven Spielberg- Ready Player One, saya pun turut mencari tahu latar belakang film ini dan ternyata berasal dari sebuah buku, tentu saja. Ini menginspirasi saya membuat artikel tentang Books To Movies, buku apa saja yang sudah menjelma menjadi gambaran nyata di bawah naungan Stories untuk debut perdananya hari ini. Berikut adalah beberapa buku yang telah saya baca kemudian ternyata diterjemahkan secara visual.
1. Ready Player One - Ernest Cline.
Buku |
Film |
Bukunya sendiri terbit di tahun 2011 sedangkan film-ya dirilis 2018, dalam rentang waktu kurang lebih 7 tahun ini pop culture (sebagai dasar buku ini ditulis) sudah banyak mengalami penambahan baik itu seleb, game terbaru, meme dan tokoh narisistik yang menjamur beken viral setiap harinya. Satu hal yang saya syukuri dari buku/film ini adalah mareka tidak memasukkan referensi Kardashians/Jenners kedalamnya, thank God!.
Sebagai pembaca ‘kelas berat’ dan penikmat khayalan membayangkan sesuatu dari deskripsi kata, ternyata film-nya amatlah sangat mengecewakan. Ah, kenapa sih, mareka suka mengubah hampir banyak hal dari buku ke film?.
Kali ini Spielberg mengubah hampir semua esensi dari buku, memenggal banyak hal; tokoh Wade Watts di dunia nyata (buku) itu botak, pucat dan jauh lebih minderan. Tapi tidak di film, Wade alias Parzival malah punya rambut subur dengan gaya boyband poni tebal-anti-badai-berpomade dan segar bugar merona tanpa masalah kulit.
Saya bisa mengomel banyak tentang kejanggalan film adaptasi ini, but long story short, bukunya worth reading bagi kamu nerd/geek, penyuka budaya pop, game, music, film, seni, maupun penggemar trivia.
(Dammit Spielberg, you ruined it, man!)
2. Fifty Shade Of Grey – E.L James.
Buku |
Film |
Saat itu buku ini sempat booming, meskipun banyak hujatan dan memang bukanlah my cup of tea, tapi saya tetap ngotot baca hingga halaman ke 100, saya memutuskan; what the hell is this?.
Ternyata tidak hanya saya seorang yang sudah muak tanpa harus menyelesaikan buku ini, menurut review yang saya baca, beberapa orang malah ekstrim dengan melempar keluar bahkan membakar buku ini padahal hanya membaca beberapa lembar saja. Mujur saya men-download online, tinggal menghapus file dan berjanji tidak akan membaca seri buku ini berikutnya maupun menonton film-nya.
Buku/film ini sebenarnya termasuk kategori young adult fiction, versi erotic, dengan twist of BDSM. Cuma sayang, mungkin idenya menarik tapi eksekusi penulisannya sangat amatiran (yes girl, fandom gitu lho), walau di produksi masal, ada editor tapi kenapa tetap bosan sekali isi tulisannya.
Pengulangan kata yang sama tiap sebentar monoton banget, tokoh si gadis utama yang bagai weak, innocence lamb (so typical), nrimo dan pasrah saja. Trully, freaking, annoying.
Anyhow, baik buku maupun film-nya mempunyai penggemarnya sendiri dan kabarnya mareka akan tetap melanjutkan film hingga tidak hanya lagi shade of grey, tapi sampai berubah hijau!.
3. A Wrinkle In Time- Madeleine L’Engle.
Buku |
Film |
Honestly saya tidak begitu ingat tentang alur cerita men-detail dan para tokohnya dari buku ini karena ini termasuk buku classic yang sudah bertahun lalu saya baca, but I get it; cerita coming-of-age dan petualangan Meg Murry dalam menemukan ayahnya yang hilang serta bagaimana bliyau menjalani lika- liku masa remajanya (teman, bully disekolah, puberty, keluarga, anak laki- laki, pelajaran).
Nah, begitu melihat trailer dan keriuhan bahwa film ini menggaet Oprah Winfrey , I instantly think; pasti ada pesan moral dan kampanye, nih. Of course dong, selain buku aslinya sudah bermuatan pesan apalagi ditambah Oprah (women empowerment, embrace your body, equlity, education, planned parenthood, perhaps?) demi menyempurnakannya secara ‘bentuk nyata’, if you know what I mean.
Oh, film ini becerita tentang tesseract dan teleportasi kedunia lain (untuk menyelamatkan si bapak), kok jadi ingat Thor dan Loki, ya?.
Lalu apa yang menarik dari film ini kalau kamu bukan bocah yang lagi bête dengan masalah jerawat dan pergaulan dengan lawan jenis?. Chris Pine, berjanggut, is super hot (baru pertama kali ini saya menyukai Chris Pine setelah lelah dengan baby face-nya yang static, almost in his entire movie).
4. Stardust – Neil Gaiman.
Buku |
Film |
Shout out to one of my favorite writer, Mr. Neil freaking Gaiman!. Bagi beberapa orang Gaiman bisa dibilang terlalu unik dan eksentrik, bila kamu berpikir buku- buku bliyau yang lain terlalu aneh, susah dimengerti, Stardust mungkin bisa jadi pilihan pertamamu untuk mengenal bliyau, buku sekaligus film-nya juga.
Sedangkan menurut saya pribadi, Stardust terlalu lembut dan sedikit hambar, ya, sekitaran buku romansa YA lainnya lah, hanya saja para tokoh diubah semenarik dan se-dreamy mungkin.
But hey, itu tidak menyurutkan keingingan saya untuk tetap menantikan Stardust di terjemahkan dalam bentuk 3 dimensi. Secara kesuluruhan film ini enjoyable, untuk yang berkelurga- aman bagi para bocah, penggemar fantasy bling-bling maupun para romantic at heart diluar sana (personal highlight sih, karena ada Michelle Pfeiffer).
Sejauh ini saya hanya mampu menuliskan 4 saja dulu diantara begitu banyak buku dan film yang pernah saya baca serta tonton (begitu banyak sehingga lupa dan terkadang saya membaca/menonton baik buku atau film yang sama lebih dari 2 kali!.
Sampai jumpa di Part 2, ya!