Andika di puncak Raja Ampat-nya Riau. |
Minggu (29/4/2018) lalu me and the gang melakukan short trip ke replika Raja Ampat versi Riau, Sumatera yang konon katanya keindahan dan keasriannya tidak kalah keren dengan Raja Ampat yang berada di Papua. Berbekal keingin tahuan tersebutlah menyulutkan niat saya berkunjung ke tempat yang sudah menjadi primadona dan digadang-gadang menjadi the most visited places of the year di Riau. Prok prok prok… (Applause)
Sebenarnya bukan hanya rasa penasaran seberapa menariknya tempat ini yang nge-trigger saya untuk berkunjung setelah manusia-manusia di sosial media mengumbar-umbar pesona keindahan alam di tempat ini. Hanya saja tak mau dicap norak dan katrok karena kredibilitas saya sebagai pengikut trend masa kini dan disebut manusia ketinggalan zaman kalau belum check-in ke tempat yang lagi hits ini. Manusia kan suka gitu, suka mencela “Ah payah lu, masa’ kesitu aja belum pernah!” dan bla bla bla. Padahal jika dihitung jarak, sebenarnya dari tempat tinggal saya ngesot sepersekian menit pun sampai, saking dekatnya (Ini lebay sih).
Saya merasa cukup tahu diri dengan kemampuan kaki saya untuk mendaki medan yang akan dilalui untuk sampai ke puncak Ulu Kasok ini, belum lagi sengatan panasnya matahari yang menerpa. Namun, tak lantas menyurutkan niat saya untuk tetap istiqomah dengan niat awal saya exploring tempat ini. You know so well lah, berapa derajat tingkat kemiringan track menuju puncaknya. Ditengah ngos-ngosan nafas saya yang berpacu dengan tetesan peluh yang mengucur, akhirnya saya belajar satu hal “Saya bukan anak gunung” karena salah satu hal yang paling tidak saya sukai adalah mendaki. Caphek coy! Gua anak pantai sih! Shantaayy… Ckckck
Suasana didalam Damri yang sepi. |
Anyway, mungkin saya adalah orang kesekian ribu yang baru saja menjejakkan kaki di tempat ini, jadi saya gak akan bercerita banyak tentang seluk beluk keindahan panorama disana serta spot-spot apa saja yang tersedia untuk swafoto. Karena sudah banyak travel blogger ataupun artikel yang menyajikan informasi yang lebih lengkap tentang Ulu Kasok ini. Saya justru ingin sekedar berbagi informasi tentang salah satu transportasi alternatif bagi pengunjung yang ingin merasakan sensasi menggunakan transportasi umum menuju tempat wisata yang ada di Kabupaten Kampar, Riau ini.
Jadi, awal tahun 2018 lalu Pemerintah Kabupaten Kampar menyediakan 2 unit bus medium yang melayani rute Bangkinang – Candi Muara Takus. Rute ini sebenarnya merupakan pengembangan trayek bus DAMRI rute Bangkinang – Bandara SSK II Pekanbaru yang telah beroperasi sejak pertengahan tahun 2017 lalu.
Adem sampai ketiduran. |
Karena masih tergolong kendaraan baru, suasana di dalam bus ini cukup nyaman. Dengan kapasitas 18 seat, bus ini juga memiliki AC loh, *adheemmm…* jadi jangan khawatir perjalanan bersenang-senang kamu kacau karena suasana bus yang berdesakan, sumpek dan panas. Worth it deh pokoknya bagi kamu yang tidak ingin berpanas-panasan mengendarai sepeda motor atau tidak mau capek-capek bawa mobil pribadi.
Bus ini berangkat setiap hari kecuali Kamis. Bus Pertama berangkat pukul 09.00 WIB dan Bus Kedua Berangkat pukul 13.00 WIB dari Terminal Bangkinang. Untuk trayek ini tidak menggunakan halte khusus sehingga dapat menaikkan dan menurunkan penumpang di sepanjang jalur yang dilalui. Tarif yang dikenakan sebesar Rp. 10.000,- untuk umum dan Rp. 5.000,- untuk pelajar.
Andika bersama sahabat ditemani langit biru nan cerah. |
Kami memilih bus dengan jadwal keberangkatan pagi, tepat pukul 09.00 WIB bus berangkat membawa saya dan kawan-kawan menuju Ulu Kasok dari Terminal Bangkinang. Perjalanan yang kurang lebih sekitar 45 menit terasa cukup singkat karena suasana di dalam bus yang cukup nyaman serta obrolan seru yang membuat kami hampir melewati perhentian di Ulu Kasok. *Lah udah sampe aja, kirain jauh… Dalam hatiku berkata.. Haha*
Sesampainya disana, disambut dengan curamnya pendakian yang lagi-lagi membuat saya ketar-ketir. Di pintu masuk sebenarnya juga tersedia ojek yang siap mengantar pengunjung yang tidak mau capek-capek mendaki dengan tarif Rp. 10.000/Orang, namun kami memilih untuk berjalan kaki saja, prinsip budget travel guys!
Tinggal mengayuh, pakai tangan. |
Cekrek-cekrek di Puncak Ulu Kasok ternyata tanpa sadar membuat kami cukup terlena dengan pesona yang disajikannya. Hamparan gugusan pulau yang terlihat memang menyerupai landscape di Raja Ampat Papua yang cukup memanjakan mata. Perpaduan hijaunya pepohonan, birunya langit dan tenangnya permukaan air danau menjadi corak yang menarik sebagai latar untuk berfoto ria dari berbagai sisi. Oh ya, jangan kaget ya kalau ketika bergaya disana kamu akan merasa seperti foto model yang di-shoot oleh beberapa fotografer dadakan yang menawarkan hasil jepretan mereka setelahnya. Kita akan diminta untuk melihat hasil dari bidikan kamera mereka dan kalau dirasa bagus kita cukup membayar Rp.10.000,- untuk 2 file foto dan Rp. 20.000,- untuk print out foto ukuran 10R.
Spot foto yang menarik. |
Puas mengabadikan momen di ketinggian Ulu Kasok dengan view-nya, kami pun turun untuk mengisi bahan bakar manusia alias makan siang yang masih berada di kawasan yang sama. Melipir ke sebuah kedai kecil dengan hidangan lauk pauk sederhana namun cukup untuk menenangkan naga-naga yang kelaparan di dalam perut.
Kebetulannya, di kedai nasi tersebut adalah pengelola Ulu Kasok itu sendiri yang juga merupakan pangkalan ojek dan setelah sedikit bertanya kami kemudian melanjutkan perjalanan ke tempat yang berada tidak jauh dari Ulu Kasok bernama Cubodak Hill dari beberapa pilihan seperti Puncak Kompe, Puncak Tuah dan Kelok Indah yang juga menawarkan pemandangan serupa dengan Ulu Kasok namun dengan spot-spot yang tak kalah menarik.
Merenungi masa lalu? |
Para Ojekers pun siap mengantarkan kami ke kawasan Cubodak Hill dengan tarif Rp. 20.000,- dan dengan sedikit tawar menawar menjadi Rp. 15.000,- sampai ke lokasi tujuan. Di lokasi ini cukup berbeda dengan Ulu Kasok, lebih teduh dan lebih tenang karena banyak pepohonan dan berada di lembah bukit dan tepian danau. Disini kamu juga bisa menikmati manisnya nangka (Cubodak) yang dijual oleh pengelola tempat tersebut atau bermain sepeda air dengan tarif Rp. 20.000,- ataupun perahu dayung. Semilir angin yang sejuk serta pemandangan air danau yang hijau menjadi keasyikan tersendiri di sela-sela penantian jadwal penjemputan DAMRI untuk pulang.
Pukul 15.40 WIB bus datang dan kamipun pulang membawa cerita. Jadi buat kalian yang penasaran ingin melihat keindahan ulu kasok, yuk naik DAMRI aja.
*********************************************************************************
Seru ya, jujur saya tidak menyangka Damri kini melebarkan sayapnya hingga ke Kampar dan sekitarnya bahkan sampai ke Ulu Kasok serta Candi Muara Takus yang lagi 'happening', jadi kini lebih memudahkan akses petualangan bagi turis asing yang lebih memilih sarana umum ketimbang menyewa kendaraan.
Penulis adalah Andika Saputra Chandra penikmat petualangan dan sering menjadi sukarelawan diberbagai event dan dapat ditemui di blog-nya : https://andikasaputracdr.wordpress.com/.