Pic: www.unsplash.com |
Pic: www.unsplash.com |
Hari ini saya menang lomba flash blogging (yea~ah, kilat habis, dah!),
Mama saya bertanya kenapa saya menang, MENGAPA anaknya ini bisa menang,
Terdecak kagum dan kebingungan, banyaknya tak percaya meragukan,
So, I explained to my mom why am I sweetly wining today,
Karena saya menulis; hal- hal yang di proses berbeda dalam otak saya,
Menjadi tulisan berbumbu sarkastik dan ironis,
Then my mom were like: the fuck is sarcastic (no she said no fuck here, just me, lebay much),
Terus kenapa saya tidak menjadi nomor 1 saja?
You see this typical us here (terutama orang tua, ya),
Yang menginginkan anaknya menjadi nomor 1 di dalam hal apa saja termasuk hal sepele,
Saya masih ingat mama saya bertanya kenapa saya makannya lambat,
Sedangkan teman saya juara 1 dalam makan, lomba makan, kerupuk,
Mom, I hate fucking kerupuk, and fuck, if I ate that fast saya akan mati keselek konyol oleh kerupuk!
You see, how ironic my life is, how can I not be bitter and sarcastic, keadaan mendukung.
Tetapi semua itu tidak dilihat sebagai ‘bahasa yang tinggi’ , ya sarkastik itu adalah bahasa tinggi menurut hemat saya,
Jika saya melontarkan sesuatu yang sarkastik, dalam topic tertentu, menjawab kapan saya menikah contohnya kepada anggota keluarga yang lain,
Saya akan di anggap tidak sopan dan getir (emang!),
Namun kocaknya, Mama saya tidak menyadari bahwa komentar balik saya adalah sarkasme itu sendiri,
Sehingga hari ini saya harus menjelaskan apa itu sarkasme kepada Emak saya sendiri yang menginjak kaki saya karena komentar pedas terhadap pertanyaan kapan kawin di atas,
Ngenes banget tidak, ya?
My mom with her beautiful mind trying to catch, malah menyamakan term itu dengan cara lebay anak muda jaman now; cara ngomong dan nulisnya.
Mom, no! Argh!
Sarkasme itu bukan alay maupun lebay,
Melainkan penggunaan ke-ironis-an atau penyampain suatu content dengan cara di olok- olok,
(saya yakin kamu yang baca juga baru tahu, kan?)
Beda sama lebay dan alay, argh!
Mom, NNOOOOO!!!
Saya minta maaf Ma, jangan jadikan saya anak durhaka, tapi ini sungguh kocak untuk tidak di tulis!
Jika saya menjelaskan apa itu sarkasme, cara saya menjelaskan menjadi sarkasmes itu sendiri,
Kemudian mansplaining, to womansplaining then now is daughtersplaining to their mom,
We mean no harm by belittling you, mothers out there,
Just you mothers are simply hilarious,
And us daughters are fucking sarcastic bitches you gave born with no regrets.
Kiss, kiss!
Ps.
My daughters are going to be those sarcastic bithces I might, slightly, regretted making them. Nah, I’m good, girls. Genetics passed perfectly then.
Pic : www.unsplash.com |
Okay, ini adalah post pertama saya
mengenai negara sendiri, oh well lebih tepatnya saya harus mematuhi aturan
seminar yang mewajibkan para pesertanya (the bloggers) untuk menulis tentang
tema hari ini: Menuju Indonesia Maju.
Maju, itu sangat jelas seperti
yang kita lihat hari ini dimana teknologi telah menjadi nafas terutama bagi
para pemuda-pemudinya, infrakstruktur yang baik dan ambisius; pemerintah kota
Pekanbaru baru- baru ini memangkas deretan pohon di sepanjang jalur hijau di
beberapa tempat, menggusur bangunan- bangunan liar (yang sedari dulu saya
selalu penasaran kapan mareka akan direlokasi, di masa pemerintahan siapa sih,
lebih tepatnya), demi membangun jembatan flyover baru.
Saya tidak berani
membandingkan kota tempat saya tinggal dengan kota lainnya di Indonesia, karena
tidak hanya saya belum menjelajah kesemua pelosok Indonesia, namun juga rasanya
saya bisa menjadi pribadi yang sombong dan tidak bersyukur jika saya terlalu
bangga akan yang Pekanbaru capai hingga tahap ini. Ketika slideshow
memperlihatkkan betapa banyak di sudut Indonesia sana yang belum tercapai dan
miskin infrastruktur, membuat saya malah menjadi miris. Beberapa tahun lalu
Pekanbaru mengalami putusnya supply bahan bakar, di tepi jalan banyak kendaraan
yang mogok dan orang- orang berjalan kaki. Serasa di dalam film zombie dimana
kota menjadi lumpuh dan masyarakat berbondong- bondong berjalan kaki untuk
mencari bantuan.
Lebay, much?!.
Kini semua yang
saya ingat dari tahun itu menjadi sebuah rasa malu jika di bandingkan dengan
saudara- saudara kita di daerah luar terpencil sana yang harga minyak bahan
bakarnya bisa mencapai Rp 200.000 untuk beberapa liter saja, aliran listrik
yang setelah puluhan tahun (mungkin bisa jadi mitos itu yang namanya listrik,
kali ya) baru hadir. Dude, we’re so fucking spoil!. So ungrateful!. Mati lampu
sebentar saja kita disini sudah misuh- misuh dan mengancam akan membakar PLN
(ancaman klasik, sih). Ingin rasanya saya meminta slide dari panitia seminar
hari ini dan menyiarkannya setiap hari di seantero Pekanbaru agar kita berhenti
sejenak, memperhatikan dan mengucap syukur. Memperhatikan sekeliling kita dan
mengelus dada mengakui betapa manja, konyol dan demanding-nya kita seolah- olah
hanya kitalah yang berhak akan semua infrastruktur yang baik di negara ini. Yeah!.
Di slideshow ini
juga di beritakan mengenai pembangunan jalan tol Pekanbaru – Dumai oleh Pak
Jokowi yang berkerjasama dengan setiap pemerintah kota setempat (asik banget Pak, sudah seperti vlogger saja, coolest!). Oh well,
speaking of Jokowi, saya mengerti bahwa kubu rakyat terbelah dua, pro dan anti.
Bahkan sekarang untuk membuat pertemanan baru, mareka akan bertanya saya berada
di kubu mana. Aduh.
Anyway, saya
melihat bahwa presiden kita yang satu ini adalah seorang visionaris yang
menjalankan misinya, jika itu belum sempurna, hey, nobody is fucking perfect,
am I right?. Let the man do his job, yang mana bliyau sudah cukup mencapai
sasarannya sejauh 4 tahun ini dengan harga bahan bakar yang merata di seluruh Indonesia
dan listrik yang kini menerangi hingga kedalaman gua sana. Bahkan kita bisnis
pariwisata lebih meningkat pesat oleh meratanya pembangunan di Indonesia, yang
untung bukan hanya rakyat setempat tetapi juga membantu naiknya ekonomi dan
nama kita di planet bumi ini. Kalau dulu saya harus menjelaskan di mana Riau
itu ke bule yang saya temui di online dating (ahem), kini hanya melihat profile
saya, bule- bule itu akan nyeletuk; saya pernah ke Bono. Hell yeah, saya saja
belum pernah ke Bono. Shame on me.
Jadi, tahun ini
saya mungkin akan ke Bono, bersyukur sepanjang jalan akan kelebihan dan
kemudahan yang saya terima dalam hidup, mensyukuri kelancaran pembangunan (no
kidding, saya serius, hari ini eye opening banget) yang Riau telah lakukan
untuk masyarakatnya yang mulai manja. Tak lupa berdoa untuk mareka yang
terluar, terpencil dan terdepan agar mareka segera mengecap kenikmatan yang
sama, yang saat ini di upayakan oleh pemerintah kita.
Merdeka!
#flashbloggingriau, #menujuindonesiamaju,
Pic: www.unsplash.com |
Saya mengalami writer’s block selama bebarapa tahun ini (gayanya yang sok penulis terkenal saja) kemudian memutuskan untuk berhenti menulis walaupun hati dan pikiran saya tetap aktif menulis secara batin. Dan memakai nama samaran membuat saya lebih nyaman, leluasa tanpa perlu takut orang-orang yang mengenal saya- setelah membaca tulisan saya mulai mempertanyakan kewarasan dan arah tuju hidup saya. Atau lebih parahnya membenci saya atas apa yang saya tulis; pemikiran gelap terdalam, curhatan jujur dan fantasi liar, yang belum tentu saya sebagai penulisnya mengalami itu.
Namanya seni dalam menulis belum tentu di pahami terlebih lagi jika sang penulis adalah temanmu sendiri, kamu akan meminta penjelasan kenapa ia menulis sedemikian rupa. Ketahuilah bahwa yang namanya seni akan mencapai setiap orang dalam bentuk persepsi yang berbeda, jadi tolonglah untuk menikmatinya sebagai seni murni, tulisan, rupa dan lukisan, apapun itu.
Jujurnya saya takut dihakimi oleh orang- orang yang saya sayangi, keluarga dan teman-teman dekat, calon pasangan (saya tidak tahu siapapun kamu nantinya, adalah orang yang cerdas, berpikiran terbuka dan santai namun penuh dukungan dan pengertian terhadap saya, mwah!) ketika mareka tahu saya menulis cacian, makian, pikiran kritis, masa lalu, humor kasar dan sarkastik (namun asyik, ya bukan?), kering dan seakan mati rasa. Tak pernah bosan saya mengingatkan diri saya untuk tetap terus berkarya dan masa bodoh akan kritikan jahat tidak membangun, pertanyaan- pertanyaan konyol kenapa saya begini begitu, saya harus maju karena saya tahu saya sangat menyukai hal ini; menulis.
Tentang cerita mantan- mantan saya, jika ada yang bertanya apa saya belum move on, let me tell you this: saya sudah lama move on, hanya saja semua perjalanan hidup saya begitu absurd, surreal, membuat saya terinspirasi dan itu worth telling and hilarious yet pathetic ke tahap semua orang harus baca dan tertawa miris bersama saya. Because dudes, begitulah hidup ini hampir kurang lebih sama hanya tergantung kepada kamu, saya, kita semua bagaimana menyikapinya: ditulis dan ditertawai bersama atau di pendam dan di obok- obok lalu galau.
Jika sekalipun para mantan membaca ini (menemukan blog ini), saya harap anda semua juga menikmatinya; bahwa kita pernah muda, ceroboh dan perbuatan kita pada saat itu sesuai dengan situasi dan kondisinya. Let it go and laugh.
Saya tidak bermaksud jahat atau menjual cerita tentang tema percintaan masa lalu, seriously again all those memories menjadi lucu dan pelajaran yang berharga seiring dewasanya kita, menjadi cerminan bagi yang muda, yang baru saja memulai cerita mareka sendiri- mungkin berkaca pada tulisan di blog ini dan menghindari kesalahan yang sama yang pernah kita buat. Wise, huh?. Like Master Yoda or Master Luke?.
Sekali lagi, lepaskan dan ayo tertawa ngenes bersama.
Bon Appetit!
Pic: www.unsplash.com |