Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo




  


Akhirnya saya kembali dengan review skincare setelah sekian purnama mengumpulkan mood dan produk yang mau di review juga. Al maklum sih, kemarin-kemarin saya masih menghabiskan produk giveaway yang saya dapat.


 Anyway, kali ini saya akan me-review toner dan 2 serum dari K-Beauty, Mixsoon. Agak random ya, saya lagi cari essence isi diatas 250 ml dan terjangkau, pas ketemu brand ini yang lagi diskon.



Sekalian coba 2 essence-nya yang sepertinya bagus. Yadalah, yuk review.



Review Mixsoon Bifida Toner







Saya kurang tahu latar belakang dari brand yang satu ini, tapi sepertinya mereka mengusung tema minimalist dan hanya menggunakan sedikit ingredients. Sama seperti namanya, maka toner ini mengandung Bifida Ferment Extract 100% yang berfungsi sebagai moisturizer/humectant.



Shopee selaku tempat saya membel toner ini mempunyai informasi : 


  • Memperbaiki dan memperkuat skin barrier


  • Membantu meregenerasi sel kulit


  • Mengurangi penampakan kerutan


  • Meningkatkan elastisitas kulit


  • Melembabkan dan menutrisi




Sebuah klaim yang cukup menarik dan seperti punya efek eksfoliasi juga karena kandungan bifida yang digunakan tadi. 



Sebagai orang yang sangat sensitif terhadap fragrance di dalam produk skincare, makeup dan bodycare, saya senang sekali toner ini tidak wangi meski memang ada sedikit bau asam yang tidak mengganggu atau bikin pusing.









Sedangkan untuk pemakaian sejauh ini, ya, okay, sih. Apa karena saya juga menggunakannya dengan rutin skincare lain, jadi untuk melihat hasil nyaa hanya dengan Mixsoon Bifida Toner ini saja, sulit.



Tapi bukan berarti hanya B saja ya, karena pas di oleskan sebagai toner harian, kulit terasa bersih dan ada efek mencerahkan.



Kemasannya simple, hanya botol bening dengan kertas label putih yang bertuliskan Hanggul Korea. Kalau tidak salah, di box kertas kemasan luarnya, ada dicantumkan bahan dll dalam bahasa Latin.



Repurchase? Iya sih, kulit saya aman dengan toner ini dan tidak ada keluhan apa-apa.




Review Mixsoon Mini Mung Bean  & Mini Centella







Awalnya ragu untuk membeli karena entahlah, terlalu banyak pilihan sampai saya bingung karena saya malas mikir..ahahaha



Keraguan yang semakin lama akhirnya berefek pada menyurutnya produk sehingga saya hanya membeli essence yang kebetulan ada saat itu, Mixsoon Essence 03 & Mixsoon Essence 04.



Lucu juga, essence dari Mixsoon ini diberikan nomor karena ternyata ada 10 jenis yang dijual di Indonesia dan 12 jenis kalau di cek di web resmi Mixsoon Korea. Berikut ini 2 essence yang saya beli berserta penjelasaannya dari laman resmi Mixsoon di Shopee: 



  • Mixsoon Essence Mini Centella 03






Mengandung 100% Centella Asiatica Extract yang mampu menenangkan kulit yang sangat sensitif karena iritasi, memberikan kenyamanan, serta menyampaikan nutrisi secara mendalam.


Pengalaman saya sejauh ini cukup okay, lumayan bikin kulit adem meski bukan yang wah, banget ya. Ketika dipakai saat cuaca panas, walau agak terasa, tapi tidaklah terlau berat dan bisa dilapisi moisturizer.



  • Mixsoon Essence Mini Mung Bean 04  




Mengandung 100% Mung Bean Seed Extract yang mampu menenangan kulit iritasi dan menjadikan kondisi kulit sehat dengan efek menyejukkan.


Baru kali ini pakai essence mung bean alias kacang hijau. Berhubung dari klaim essence 03 dan 04 tidaklah terlalu jauh berbeda, jadi saya tidak merasakan banyak perbedaan yang signifikan.




Mixsoon Essence & Toner, Skincare Korea Minimalist Minim Ingredients





Kaget juga euy, ternyata Mixsoon ini ternyata menggunakan bahan yang minim dan  undiluted. Ini bermakna kalau Mixsoon tidak murni mengggunakan Bifida, Centella atau Mung Bean. 



Tak ada campuran lainnya, seperti gambar yang ada dibawah ini yang saya ambil dari website Mixsoon.




Sumber foto : www.mixsoon.co.kr


Campuran murni mungkin bagi sebagian orang adalah pilihan skincare yang bijak, tapi bisa jadi bagi yang lain merupakan pilihan yang  bisa men-trigger alergi. Hendaknya kalau kamu ingin mencoba suatu skincare, jangan mudah tergoda dengan klaim mereka, tapi perhatikan juga ingredients list-nya, ya.



Sekian terima duit, review Mixsoon yang saya buat hari ini. Ingat lho, sesuai di kulit saya, belum tentu juga sesuai di kulit kamu, sebaliknya.


 




  



Panjang sekali judul artikel kali ini, ya. Karena saya memang merasa demikian, lagi istirahat dari minimalism, tertekan melihat konten-konten extreme minimalism di Instagram (dari beberapa orang yang saya follow) dan sakit kepala lihat maximalism (agak, culture shock, rasanya). 


  Dari manakah saya harus memulai? 



  Dari kenapa saya beristirahat dari jadi seorang minimalist...



Minimalist Membuat Masalah & Trauma Eating Disorder Menjadi Parah





Sebelum jadi minimalist, saya sudah punya masalah pemakanan dari kecil yang disebabkan faktor seseorang. Meski saya sudah lama menyadari akar masalahnya, saya masih berjuang untuk mengatasi eating disorder ini yang, susah untuk diatasi karena sudah mengakar lama.



Jadi seorang minimalist, memang membantu masalah mental saya yang lainnya, paling tidak mengurangi decluttering barang yang akan membuat kepala saya ingin pecah.



Namun ternyata, menjadi minimalist terasa lebih ‘membunuh’ selera makan saya yang telah lama rusak. Rasanya kok, jadi parah.



Ditambah lagi, indera pengecap di mulut saya kurang ‘mantap’ karena beberapa kali lidah saya pernah seperti terbakar karena makanan yang panas. Saya masih bisa membedakan asin, pedas, manis dan asam. Tapi saya agak mati rasa jika membedakan makanan enak atau tidak enak.



Bagaimana korelasinya, benar atau tidak, saya kurang pasti. 



Intinya, saya tidak begitu paham soal makanan, bagi saya selama mulut saya bisa paling tidak membedakan 4 rasa di atas, makanan akan sama saja akhirnya.



Jalan minimalist dalam hal pemakanan, membuat saya semakin tidak peduli pada makanan, plus ditambah trauma terhadap makanan oleh seseorang dulu, saya hanya jadi makan untuk tetap hidup. Sesuatu telah lama hilang sehingga saya tidak bisa menikmati makanan seperti orang lain (selama ini saya terbiasa meniru orang; oh ini enak/sedap!).



Lagi malas menjabarkan panjang lebar, intinya minimalism agak kurang selaras dengan trauma dan masalah pemakanan saya. Mungkin saya perlu waktu untuk mencari jalan keluarnya.




Depresi Memburuk Melihat Konten Extreme Minimalist





Sudah berapa kali saya bertanya-tanya apakah saya bisa hidup dengan 100 barang?.



Beberapa kali juga saya selalu berniat menjadi extreme minimalist dan mengikuti beberapa content creator dalam bidang ini di Instagram dan YouTube. Kok, mereka bisa happy meski cuma punya 100 barang?



Sampai saya menemukan seorang minimalist Jepang (bukan Mas Fumio, ya) yang, tinggal di ruangan (cukup luas) dengan 1 furniture. Awalnya saya pikir itu cukup bagus dan praktis, tapi setelah beberapa waktu, ini membuat depresi saya bertambah.



Padahal orang yang punya hidup, malah saya yang depresi melihatnya.



Minimalist asal Jepang ini menggunakan sofa lipat untuk duduk dan kasur jika malam. Sebuah robot vacuum yang mengepel lantai, beberapa helai pakaian, dapur kecil yang super bersih, lantai kayu yang bebas debu dan si pemilih ruangan yang duduk dilantai dengan memakai VR.



Depressing.



Seolah-olah warna telah mati. 



Sesuatu di dalam diri saya merasa gelisah, marah, ingin lari dan muntah. Panic attack saya tiba-tiba kambuh apalagi teman saya saat itu juga mengomentari kalau cara hidup ini tidak baik. 



Kamu seperti membunuh kesenangan diri dan memenjarakan semua keinginanmu atas nama hidup sederhana dan mindfulness.



Well, memang eye opening sih, buat saya yang memang memikirkan untuk menerapkan gaya hidup ini di penghujung 2023 nanti.



Seperti penyadaran dari teman saya (dia tidak tahu dia telah menyadarkan saya), maka saya memutuskan untuk tidak lagi mengikuti konten extreme seperti ini.





Terkejut & Pusing Lihat Hidup Maximalist





Tak perlu jauh-jauh, keluarga saya jelas merupakan maximalist. Keluarga besar dan kerabat juga begitu. 



Entah kenapa saya malah jadi kena culture shock saat melihat teman-teman saya lainnya juga maximalist. Bisa jadi karena mereka juga bercerita membeli ini-itu. No idea why.



Sulit untuk melupakan kecemasan dan nafas yang saya tahan waktu saya mendengar dan melihat bagaimana hidup maximalism mereka. Lucunya, lha, saya kan, juga dulunya maximalism dan hoarder (untung masih tahap level 1).



Terlebih lagi waktu abang saya bercerita kalau saya masih mempunyai beberapa kotak besar dengan barang-barang saya (sudah lama tahu kalau ini memang ada). Kenapa sih, tidak dibuang saja?



Begitu kotak dibuka, saya seperti menemukan harta karun; yang membebani saya dan membuat saya bahagia juga. 



Terimakasih untuk Ibu dan abang yang telah menampung barang-barang saya karena mereka menghargai saya sebagai pemiliknya (walau juga enggan berpisah karena kenangan).



Secepat kilat saya melakukan decluttering begitu sampai dirumah, mengambil apa yang saya butuhkan, membuang yang tidak berguna lagi dan memberikan yang bisa dipakai/disukai 3 keponakan saya.



Tetap ya, begitu kotak jadi kosong dan barang-barang sudah saya alamatkan sebagaimana seharusnya (juga memutus overthinking takut lama dihisab), saya mencoba berdialog dengan inner self saya; tenang, hanya karena kamu minimalist, bukan berarti orang-orang maximalist itu bersalah padamu karena membuatmu sakit kepala, cemas dan mual.



Mereka tidak berhutang apapun pada saya dan pilihan hidup saya.



Oh Tuhan, saya tidak mau lagi mengalami panic attack dan anxiety yang memualkan hanya karena saya mendengar cerita shopping ini itu dari orang-orang yang saya sayang.



Let them be happy with whatever they choose.



Grant me strength for not judging them.




Saatnya Istirahat…





“Nanti decluttering, ah!”, adalah afirmasi saya setiap kali saya berada diluar rumah dan bertemu orang-orang. Namanya juga afirmasi, ini cukup ampuh meredakan social anxiety saya.



Pokoknya, mau pulang cepat dan bersih-bersih rumah. Padahal sampai rumah, saya malah lupa mau decluttering.



Perlahan saya menyadari kalau menjadi minimalist hanya cara lain untuk saya lari dari suatu kenyataan dan depresi lainnya. Ya, pastinya memang minimalism mampu menenangkan diri saya beberapa tahun ini karena tidak lagi mencari hal-hal yang ‘memenuhi kekosongan’ diri.



Masa bodoh dengan validasi, lupa dengan FOMO, gengsi semakin jatuh ke lantai.



Itulah yang saya rasakan selama jadi minimalist.



Namun, saya juga merasakan hal lainnya, saya merasa saya semakin hambar, kehilangan fashion sense, bingung, bingung dan bingung yang bertambah.



Sampai saat menulis ini, saya masih bingung, hendaknya saya berjalan ke arah mana. Jelasnya, saat ini saya mau istirahat sampai akhir tahun. Lihatlah kemana angin membawa saya, yang jelas, saya memang masih ingin hidup mindfulness dan mencoba membawa warna kembali pada hidup saya yang kelabu.





PS.


Pembaca Ann Solo budiman dan siluman, semoga kamu tidak berlebihan dan berkekurangan pula dalam hidupmu.


 









 



Juli sudah berakhir, memang benar adanya kalau waktu sekarang ini cepat berlalu. Baru jengkel dengar petasan tahun baru 2023, eh, tahu-tahu sudah mau masuk  bulan Agustus alias bulan ke-8.


Kira-kira 5 bulan lagi, masuk 2024, dah.



Cepat sungguh, padahal rasanya saya masih berdiri di tempat yang sama.



Lalu, apa saja yang terjadi dengan dunia? 



Banyak sih, ya, tapi yang paling bikin gregetan jengkel adalah kasus vokalis band The 1975 yang bikin gara-gara pas lagi konser di Malaysia baru-baru ini.



Sudahlah ngomel-ngomel soal hak negara dalam menghadapi kaum alfabet, malah ciuman dengan bandamate-nya. Halah. Ini orang pikir hanya karena dia anggota band (yang sebenarnya tidak begitu terkenal), dia bisa jadi rude di tempat orang.



Mampus sih, Malaysia mengambil tindakan tegas dan mendepak band ini dari panggung. Ketakutan, mereka kabur diam-diam takut dilaporkan kali, ya…



Syukur juga jadi batal manggung di Indonesia...sungguh, kita memang harus tegas dalam melindungi diri dari serangan luar dan membenahi diri dalam.



Sungguh, kita harus aware dan tegas dengan pendirian kita dalam menghadapi kaum-kaum akhir zaman ini…



Lalu, apa yang terjadi dengan hidup saya?



Macam biasa, tidak menarik sih…ahahaha



Sampai sini dulu, bulan depan saya akan berusaha menjadi lebih baik dalam mengurus Ann Solo ini ya…








 2023 sudah memasuki pertengahan, wow, tidak terasa. Rasanya baru kemarin tahun baru dan misuh-misuh karena umur nambah, eh, sekarang sudah masuk bulan Juli. Mana saya juga tidak tahu harus menulis apa, padahal sudah berniat mau menulis lebih banyak.


Paling tidak, 3 artikel per hari.



Niat sih, niat..



Punya niat baik seharusnya didukung juga dengan beli kacamata. Namun lagi-lagi saya malas karena mager ngantri cek mata dan ulang alik buat kacamata. Ah, pokoknya mager aja, dah!



Anyway, saya rencananya mau menulis soal isu sosial yang lagi hangat, tapi apa ya kira-kira (malah tanya)?



Mau cerita soal kehidupan diri ini, selain tidak ada yang menarik, juga tidak…menarik, hidup macam biasa. 



Bahkan kalau saya juga jadi salah satu anggota satuperseratus, saya juga merasa hidup saya biasa kecuali saya punya uang, sudah itu saja.



Kapan ya, jadi sekaya itu, saya mau hidup tanpa internet, sosmed & HP. Kapan ya Allah, kapan…saya KAYA sekaya keluarga-keluarga yang itu?!



Anywho, kemarin saya nonton TV series baru Secret Invasion, kok, biasa saja ya? Kurang greget.



Rencananya mau nonton Mission Impossible dengan teman-teman, tapi itu juga kalau saya mood. 



Saking datarnya kehidupan saya, rasanya tidak ada lagi yang menarik hati kecuali jadi kaya seperti kaum satuperseratus.



Entahlah…



Dahlah, sampai sini saja dulu saya update blog ini untuk menghilangkan rasa bersalah wkwkwkwkwk



Salam olahraga! 







Sudah dari kapan mau review 2 parfum ini yang saya dapatkan ketika membeli 2 parfum Mykonos versi full size dulu. Baik bange, Mykonos memberikan 2 trial size agar pembeli bisa merasakan varian lainya dan menggoda untuk membeli juga. Sungguh marketing yang bagus ini.


Anyway, sayangnya, sama dengan varian Stiletto & Blossom, ternyata When In Paris (WIP) dan Violette ini juga tidak sesuai dengan selera saya.


Disclaimer ya, parfum itu perjalanan wewangian duniawi, setiap orang punya selera dan rasa tersendiri. Apa yang saya rasakan, belum tentu akan sama dengan apa yang kamu hirup nantinya, wokay?



Baca Juga : REVIEW PARFUM MYKONOS STILETTOS & BLOSSOM, PARFUM LOKAL LARIS HEBOH






Review Parfum Mykonos Violette, Ungu Pastel yang Manis





Kalau tidak salah, ada 2 parfum yang mempunyai botol yang sama dengan Violette, warnanya biru (saya lupa apa nama variannya).  Mengusung warna pastel, Violette ini sungguh sesuai dengan trend warna yang saat itu lagi booming: ungu dan kawan-kawannya.



Top : Exotic berries, Pink pepper, Caramel

Middle : Osmanthus, Bulgarian rose

Base : Patchouli, Amber, Wood



Kalau dilihat dari notes-nya memanglah menarik sekaligus familiar. Tapi ternyata tidak seperti yang saya harapkan (sebenarnya tidak bisa dibilang harapan, sih). Wanginya agak pengap, dense dan setelah agak lama, jadi airy (yang mana ini bagus untuk saya). Slightly masculine, kalau sepintas dekat.



Namun sungguh, nothing much. Malah saya merasa 4 parfum Mykonos yang telah saya coba, punya DNA yang sama dan sangat dekat satu sama lain.





Review Parfum Mykonos When In Paris, Kembarannya Verve





Trial size yang saya dapatkan adalah bagian dari seri Paris. Berdasarkan penjelasannya yang saya ambil dari Shopee adalah:



“An amalgamation of fragrant Orchid blooms meets bright nuances from Mandarin Orange and lychee, and lusciously dries down into a trail of sweet & velvety apricot jam. When In Paris is wispy, sensual and attractive. A fragrance that makes you feel loved, in love and in Paris.”




Top notes: Mandarin Orange, Lychee & Marigold

Middle notes: Wild Orchid, Vanilla Orchid, Magnolia

Bottom notes: Apricot, Cashmere musk, Guaiac Wood



Satu lagi notes yang bikin saya mikir: wow. Etapi lagi, tetap tidak sesuai dengan selera saya. Wanginya dense, pengap dan terlalu manis sampai saya agak pusing…uhuhu



Saya menantikan wangi apricot, tapi tidak ketemu. Setelah reda, saya merasa woody-ish lebih dominan meski memang manisnya masih pekat. Rasanya 50-50 gitu, deh.




Parfum Outdoor & Indoor



Saya masih newbie dalam dunia wangian duniawi ini, tapi saya cukup tahu kalau parfum itu dipakai sesuai keadaan, situasi hingga tempat. Saya sudah mencoba kedua parfum ini di luar ruangan dan dalam ruangan.



Mungkin bisa saya simpulkan, keduanya tidak cocok untuk dipakai outdoor panas-panasan, bikin kliyengan. Too much, too intense dan berasa kena punch..uhuhu



Belum lagi, DNA-nya juga sama sehingga saya tidak merasakan banyak perbedaan, manisnya juga sama, jadi kalau beli 1 saja, pun rasanya saya tidak rugi melewatkan varian lainnya.



Bagi saya, Mykonos When In Paris & Violette lebih cocok dipakai pas cuaca dingin atau indoor sekalian. 



Ada 2 titik pemakaian yang saya coba, yakni di pergelangan tangan dan lipatan dalam tangan. Agak ragu spray di baju dan saya mudah pengap, jadinya saya spray di kulit saja. Untungnya aman, secara Mykonos adalah parfum lokal yang memang jelas sudah berlisensi.



Walau ini trial size kelihatan kecil, tapi beuh, bisa berapa kali semprot. Kalau tidak salah, bisa sampai puluhan semprot apa, ya.



Newer Posts
Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Traveling
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film Gaming monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • Asyik, Perang Tarif, Mari Kita Beli Barang KW
  • ►  2024 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2023 (45)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates