Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Beauty
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Traveling
  • Monologue

Ann Solo





    Perang tarif Amerika versus China tahun ini memang ngeri-ngeri sedap. Padahal dua negara ini yang paling perang ekonomi, tapi satu dunia ikut terseret. Sedikit latar belakang perang tarif, Amerika Serikat, sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden, si buntelan oren itu mulai melancarkan kebijakan-kebijakannya, termasuk dalam penerapan tarif.


Tapi ya, sebelumnya seingat saya, Joe Biden juga mempunyai peraturan tarif sendiri selama si mesum tua bangka itu jadi presiden. Pokoknya, Amerika dan China, yang berada dalam hubungan butuh-benci, akur-marahan, berlomba dalam segala hal (termasuk Rusia), selalu tarik ulur penetapan tarif.


*foto dari Unsplash.


Rahasia Umum Brand Mewah Terkuak



Dari sekian banyak hal negatif akibat perang tarif ini, salah satunya adalah terkuak sebuah rahasia umum, yang mungkin dulu belum diketahui semerata saat ini. Yaitu adalah kapitalisme ekonomi dalam hal barang-barang bermerek.


Ternyata oh ternyata, barang-barang mewah dengan merek seperti Chanel, LV, Prada, Balenciaga, Hermes, dkk tidaklah murni made in Italy, France, whatsoever. Memang semua brand itu berasal dari Eropa, tapi rupanya hanya sebatas asal, toko dan kantor utama.


Bisa dibayangkan, merek A membuat produk musim terbaru, tetapi mereka hanya membuat desain dan prototipe (atau prototipe juiga di buat di China juga?). Dari situ produk itu di kembangkan mulai dari pencarian bahan bakunya satu persatu, entah itu resleting, rantai besi, kain lining dalam, dll.


Walau setiap bahan baku itu kabarnya adalah hasil produksi dari beberapa negara Eropa itu sendiri, tetapi banyak juga yang sangsi. Secara, sudah terkuak beberapa kali kalau brand mewah memang melakukan kecurangan.


Kapan dulu kabarnya mereka membawa pekerja dari China yang dibayar dengan upah amat sangat rendah atau malah tidak di bayar alias pekerja ilegal hasil selundupan.


Nah, lho?


Lebih seru lagi, China menjawab tantangan Amerika dengan amat santai. Kalau kita lihat dari berita-berita, ada yang paling kocak ketika seorang lelaki perwakilan dari China lagi wawancara sama news anchor dari Amerika.


Anchor: Gimana, Pak? Amerika kasih tarif tinggi, lho. Siap ga, China? Ayo…

Aki-aki China: Kami mah, santuy. Perduli amat, yang rugi mah, elu!


The real ketawa guling-guling saya. Asli si aki China santuy banget. Padahal si ibu anchor-nya udah heboh teriak-teriak. Anyway emang orang Amerika terkenal berisik, kayak dunia milik mereka seorang.


Dari sini, kalau dulu cuma segelintir orang yang tahu, kita menyadari betapa kapitalisme telah menipu dan merenggut banyak dari manusia bumi. Dengan tameng; barang branded adalah bukti kesuksesan dan jati diri, maka sifat alami manusia yang FOMO dan suka pamer merupakan sasaran empuk.


Mungkin brand yang paling saya benci itu adalah Hermes dengan Birkin Bag mereka yang terkenal itu. Okay, mari coba saya jabarkan dengan bahasa bayi:


Hermes itu menjual pride, attitude & class. Setidaknya itulah yang kita lihat selama ini, baik mereka yang mampu membelinya, dan kita yang cuma nganga. Nah, untuk mendapatkan si tas itu, Hermes yang sombong ini, meminta pembeli untuk menunjukkan loyalitas mereka terhadap Hermes lebih dulu.


Bagaimana caranya?


Ya dengan membeli barang-barang lain dari brand itu, syal kecil yang harganya 20 juta kek, gantungan kunci 5 juta kek, sandal jamban 10 juta kek, apapun yang mereka jual, sebelum kamu bisa dapat itu Birkin, kamu setidaknya harus menghabiskan uangmu sekitar 20 ribu USD?


Okay, habis 20 ribu USD, bisa beli Birkin, nih?


Oh, tentu tidak semudah itu Ferguso!


Hermes memakai pemasaran FOMO dan teknik ‘scarce’. Jadi, mereka akan mengatakan kalau Birkin mereka belum ready, menjelang ready, yang mana, kamu akan di invite berdasarkan kesetian yang kamu tunjukkan lebih dulu.


Maka, semakin banyak kamu membeli barang-barang tidak penting dari Hermes, kalau mereka menilai kamu ‘sudah siap’, mereka akan mengundang kamu.


Sudah jelas betapa sengaknya brand ini, undangan itu juga sesuai mood entah pelayan di tokonya, entah majernya, entah mood semesta hari itu. Kabarnya, merek-merek besar ini juga rasis.


Kamu mungkin paling kaya di negaramu, anggaplah kamu first lady konoha, bukan berarti kamu bisa diundang untuk beli Birkin. Selain melihat dan menghakimi kesetiaanmu buang-buang uang untuk Hermes, mereka juga pasti mau cari tahu siapa kamu dan latar belakangmu. 


Tidak jarang, pembeli harus menunggu bertahun-tahun, cuma ngejar tas yang kena api juga hangus itu. Namun semua demi gengsi, nah, itulah kelemahan manusia yang di eksploitasi kapitalisme.


Soal belinya pakai duit haram apa tidak, mereka mah, tidak perduli. Lihat aja tuh, pejabat-pejabar koruptor & istri-istri mereka yang bisa beli Hermes. 


Ah, jadi ingat mantan first lady negara tetangga, deh.




Made In China, Murah & Berkualitas?


Cerita Hermes ini berlanjut ketika China membalas Amerika dengan membeberkan bagaimana proses dan harga sebuah tas Birkin.

Sungguh, real ngakak sampai keluar air mata ketika nonton video-video supplier China yang breakdown produksi produk, lapis demi lapis.


Harga yang Hermes jual adalah harga sebuah kebanggan, kesombongan, FOMO yang dibalut dengan estetik bahwa si tas dibuat sepenuh hati dengan craftsmanship terbaik dunia, bahan-bahan berkualitas, yada yada yada.


Sebaliknya, sebuah video menuturkan semua barang pembuatan satu tas Hermes, contoh cepat ya:


Kain lining dalam: USD 50

Kain luar: USD 300

Hardware: USD 50

Yada: USD 100

Yada: USD 50

Yada: USD 50

Upah kerja: 500


Total: USD 1100


Aduh maaf, saya lupa tepatnya semua yada yada yada itu apa saja & harga aslinya, jadi ini contoh tepat tapi kurang lebih begitu aslinya.


Jadi, jadi, bisa dilihat disitu, kalau bahan dan biaya produksi setiap tas cuma segitu, lalu kenapa bisa dijual sampai belasan hingga puluhan ribu USD? 


Barusan cek website Hermes, emang mereka tidak letak harga Birkin ya, cuma letak harga tas lain doang.


Kenapa itu semua terjadi karena target pasar mereka orang-orang kaya yang tidak akan mempermasalahkan harga, walau memang ada pembeli yang ngotot beli walau mereka sebenarnya tidak punya uang nganggur.


Counter attack dari China yang seliweran saat ini adalah, mereka juga bisa buat Birkin dengan harga lebih masuk akal, lebih murah. Satu tas Birkin hasil buatan China bisa kamu dapatkan kisaran ratusan - ribuan USD, tapi tidak sampai semahal harga Birkin Hermes.


Harga dari China ini karena memang mereka terkenal bisa produksi barang jauh dari harga pasaran normal, plus, mereka tidak meletak merek dagang.


Yearp, merek dagang itulah yang bikin mahal, prestis, jadi selama ini kalau pembeli membeli sebuah produk dari brand, yang mereka beli adalah merek, barang pasar kaget juga kalau tetiba di tempel logo Hermes asli dari Hermes langsung, bakalan naik value-nya, jadi berkelas.


Intinya yang mereka beli itu lambang dan cap Hermes di produknya.


Wkwkwkwkwkw


Karena itu, selain memang membuat dan memasarkan barang KW alias palsu tiruan, China juga bikin dupe, barang persis sama, kadang bedanya tipis banget, tapi tanpa merek.


Merek itu repot karena harus ada paper work-nya, harus daftar resmi lah, bayar pajak lah, harus melalui tahap ini itu lah.


Makanya kali kita nemu merek tas kocak seperti Christan Doir, Lowis Vitoun, dll. 


Wkwkwkwkwk




Akhirnya Beli KW Legal?


Ya, jelas tidak. 


Wkwkwkwkw 


Karena itu sama juga dengan pencurian merek dagang sebuah brand. Namun sayangnya membeli KW yang penting kelihatan sama dengan asli dan menunjang harga diri itu sudah menjadi bagian hidup masyarakat modern saat ini.


Tidak hanya di Indonesia, diluar negeri sama saja. Kabarnya bahkan sosialita Eropa, Amerika, Asia, you name it, pasti punya beberapa persen Birkin asli, selebihnya KW.


Wakakakakakakakakaka


Ya, terserah, urusan situ, cuma bagi saya ini lawak banget.


Ya kan, kecuali situ bagian dari ilit glibil yang duitnya to infinity and beyond dan malah punya saham di brand besar, baru kali semua barangnya asli.


Anyway, bagi yang mau beli KW, ya terserah. Karena sekarang sudah semakin rancu sejak China membalas Amerika dengan membeberkan ‘rahasia’ umum ini. Bagi yang sudah tahu dari dulu, ya ketawa sinis saja, bagi yang baru tahu dan kecewa berat, mamam tuh!


Wkwkwkwkwkwk


I mean, tidak harus beli Birkin KW 1 juga, banyak kok, merek lokal yang sekarang sudah bagus. Tapi kalau mau beli juga, monggo, sing penting happy!


Ah, jadi pengen tas Birkin KW 1 juga, sejuta dapat ga, ya?
















    Habis tidak sengaja melihat konten YT tentang overconsumption dan underconsumption, saya jadi terinspirasi ingin curhat juga. Baru mau ngetik, eh, pesanan online sampai, paket facial wash dan moisturizer buat stok tahun depan. Jujur saja saya cukup panik dengan pajak mencekik leher rakyat jelata tahun depan, maka karena masih terjangkau, free ongkir dan diskon, saya usahakan stok. 


Okay, saya akan mulai dari curhat saya tentang overconsumption yang jadi musuh bebuyutannya para minimalist, momok yang bisa bikin kumat kadang-kadang. 


Memang ya, peran sosial media dan influencer ini sangat-sangat berpengaruh dalam kapitalisme, terutama bagi mereka yang menerapkan pemasaran FOMO yang mencekam. Jujur saja, saya sempat terpengaruh. Ini membuat kejiwaan saya terganggu, anxiety naik dan secara fisik, bikin mual dan pusing. Itu jaman-jaman saya aktif jadi beauty blogger/reviewer.


Alhamdulillah ya, sejak kenal esensi apa itu menjadi minimalist, gangguan mental saya jadi berkurang. Namun kadang-kadang saya kumat, untungnya masih sekedar cek-cek syopi. Setahun 2 - 3 kali, entah itu tidak sengaja lihat iklan di IG atau dengar cerita orang lain, saya jadi menghabiskan waktu berjam-jam di e-commerce (totol setahun dari berapa kali itu).


Padahal saya masih ingat, kebingungan saya ketika seorang teman be like: ah, tadi aku ngaca di toilet (hotel mevvah) dan cewe-cewe pada pakai makeup mahal, aku merasa seperti rakyat melata, aku harus sukses jadi pas ketemu cewe-cewe lagi touch up di toilet, aku juga bisa pamer makeup ku juga mahal.


Mind you my dear siluman readers, saya masih 18 apa 19 tahun saat itu, datang dari kota kecil, mendengar itu, saya heran, saya masih ingat saking herannya saya memiringkan kepala, meminta penjelasan lebih lanjut pada teman saya itu. Setelah dijelaskan, saya paham. Ah, begitu. 


Saat itu akhir 90an & awal 00an, dibandingkan saat ini, produk kecantikan jelas masih tertinggal. Nah, cuma karena saya pindah ke ibukota (metropolitan?), tentunya akses ke banyak produk kecantikan merek internasional lebih mudah. Jadi ide bahwa makeup mahal dengan packaging ketjeh itu merupakan bagian jati diri seorang wanita, pembuktian ia lebih kaya atau sukses.


I see, I see.


Hhmm, sebenarnya saya antara paham dan tidak paham. Paham karena bedak Dior lebih membuat iri wanita yang hanya mampu pakai bedak jadul, tidak paham kenapa saya harus dibelenggu oleh sebuah bedak?


Dengan cepatnya trend makeup & skincare saat ini, yang rasanya bisa berganti tiap minggu, meleng dikit, ada aja brand yang mengeluarkan produk. Kita diburu-buru hantu yang berbentuk ‘tidak mau kalah’ yang diternakkan oleh kapitalisme.


Ah, ngomong ini saja sudah bikin lelah jiwa raga…


Kita akan berlomba-lomba menjadi nomor 1 untuk mencoba produk tersebut, influencer akan menunggu PR package mereka, di e-commerce semua orang akan ikut pre-order. Selalu begitu tiap minggu, bagaikan lingkaran setan yang banyak tidak disadari orang-orang.


Produk-produk abad baru ini juga terlalu beragam, sebuah hal yang tidak penting tapi bagus untuk menjual lebih banyak produk. Karena dengan begitu, orang-orang akan mempunyai banyak pilihan yang alangkah lebih baiknya jika membeli semuanya.


Asli barbie lelah nulis ini…


Lebih ironisnya lagi, untuk tetap mengikuti trend, kita bahkan tidak menghabiskan atau menggunakan produk yang telah kita beli sebelumnya! Saking cepatnya lingkaran setan ini berputar, baru aja beli baju atau lipstick, eh, minggu depan barang yang kita beli sudah dibilang tidak update lagi.


Kocak juga, baru beli lipstick dengan segala klaim, eh, tahu-tahu nongol lipstick baru yang lebih ‘canggih’ karena ada SPF. Berbie tepuk jidat. Baru beli serum, eh ternyata itu serum cuma air kosong doang. Towewew! 


Ada saja trik marketing, baik itu berupa update bahan atau packaging baru, shade bare, klaim baru. Sing penting kita beli.


Saya sempat lihat influencer luar yang beli berbagai ukuran kotak transparan yang di isi semua shade lipstik dari suatu brand. Semua jenis sheet mask. Semua jenis serum. 


ARE YOU FOR REAL?!


Konten-konten seperti ini memberi pesan kalau; kamu harus aestetik, rumahmu akan rapi jika mengikuti mereka, kamu tidak akan kekurang lipstick.


Ih, capek kali lah!









Kebohongan macam apa itu, jelas lipstick ada tone dan warnanya. Salah dikit, saya yang neutral to cold pakai tone dan warna warm, akan bikin kulit kusam, gelap dan oren, gigi pun jadi terlihat kuning. Jadi rakyat biasa mana yang perlu semua shade dari tiap brand?


Eh, pasti ada yang begitu. Koleksi. Yang akan expired, tidak mempunyai nilai sentimental, bahkan mungkin tidak pernah dipakai, duit melayang, brand kaya, kapitalisme mengan. Yay! 


Frustasi yang tidak bisa diketik!


Saya masih memahami kalau koleksi dan menimbun buku, karena buku tidak akan pernah expired. Justru buku akan semakin kaya dengan berlalunya waktu. 


Saat break menulis ini, saya melihat ke sekeliling kamar, wah, saatnya bersih-bersih akhir tahun. 


Ok, bye! Ingat, jangan beli lipstick sampai 10 biji! 









    Sebagai penutup November 2024, saya akan membagikan review super singkat mengenai 3 facial wash yang saya pakai sejak akhir 2023 & sepanjang tahun ini. Cuma saya harus bilang kalau standard saya terhadap pembersih wajah ini sangatlah rendah, selama tidak mengandung myristic acid, bertekstur putih padat dan tidak membuat kulit kering ketarik, sesederhana itu saja. Satu lagi, kandungan pertamanya juga harus water based.



Pertama adalah face wash Mineral Botanica Glo It Up COQ10. Ini sudah memasuki botol ke-3. Teksturnya gel keruh, tidak terlalu banyak berbusa dan pembersih wajah ini membuat kulit saya terasa lebih sehat dan bersih. Cocok juga sebagai 2nd cleanser. Intinya face wash ini tidak neko-neko terlepas apapun klaimnya, saya cuma butuh untuk membersihkan wajah, udah deh!



Lalu ada Aknema Sensitive Moist Cleanser, pembersih wajah yang sudah pernah saya lihat 2022 lalu tapi urung mencoba karena terlalu mahal saat itu (selain syarat diatas, saya juga agak keberatan membayar terlalu mahal untuk pembersih wajah). Walau brand ini sepertinya sudah mengibarkan bendera putih, tapi ternyata face wash Aknema ini hidden gem.  Teksturnya gel bening agak kuning, tidak banyak busa, tapi hasil akhirnya cukup bersih, pas dengan yang saya inginkan. Ini adalah botol ke-2.



Terakhir adalah pembersih wajah EIEM Beauty Barrier Cleanser, sudah botol ke-2, yang mana ya sudah, saya ternyata tidak terlalu menyukai produk ini. Gel, bening tapi rasanya padat sehingga agak sulit dibaurkan. Beli ini juga karena paketannya yang murah, ukurannya juga kecil, kalau untuk traveling dan jadi cleanser pagi dengan skincare malam yang ringan, mungkin masih bisa. 




Kalau ditanya mau repurchase yang mana, saya pasti akan memilih Mineral Botanica dan Aknema, apalagi saya juga suka toner spray Aknema, tapi sayang mereka sudah menyerah jualan. Kebetulan saya juga lagi pengen coba face wash lain, maka tahun depan mungkin saya akan balik dengan review pembersih wajah Ginza, yang murah meriah. Tolong, 2 botol (@100 ml) cuma 35 ribu! Mana ada brush pembersih bawaannya lagi! Semoga cocok!


Share dibawah kalau kamu punya rekomendasi face wash andalan...(ngomong sama angin ini)





    Agak random walau memang saya lagi coba cari skincare baru untuk diajak berhubungan serius jangka panjang, jika memungkinkan. Sebaiknya lagi, murah terjangkau. Hhhmmpphh! Banyak mau tapi masuk akal, kok.


Apalagi kalau belinya menjelang akhir tahun, banyak brand yang membanting harga produk mereka, entah itu karena sudah menjelang kadaluarsa (daripada numpuk di gudang dan harus bayar sewa terus), baru launching atau memang lebih baik terjual daripada tidak padahal kadaluarsa masih jauh. Pick your poison, brands!



Brand yang saya coba juga beragama, ini baru random abis! Entah dikasih, entah beli pas perlu banget dan diskon banget. 



Lacoco Glow Mask, Beauty of Joseon sunscreen dan Azarine sunscreen spray itu adalah hibah dari adik. Sedangkan yang lain adalah hasil algoritma e-commerce.



Revox B77 bukan brand baru, saya sudah coba set of 3 mereka yang basic skincare itu tahun lalu. Kali ini saya coba kolagen dan retinol khusus pemakaian siang. Sebenarnya pengen coba 4 produk mereka lagi, salah satunya retinol oil dan face wash-nya. Next time kalau ada rezeki dan ada diskon. Menyalah modis; modal diskon!



Temuan yang bikin happy itu adalah face wash dan toner dari Aknema, saya beli cuma 15 ribu karena mereka akan expired sekitar bulan 5 tahun 2025 nanti. Sepertinya, Aknema juga menyerah, tak sanggup bersaing dengan segunung brand di luar sana. Aknema kalau tidak salah, mematok harga normal diatas 50 ribu (mungkin lebih), dengan kemasan mereka yang teramat simple sampai mungkin ada yang mengira itu produk adonan rumahan, jelas kalah eye catching dengan desain dari brand lainnya.



Pratista Calming Spray mungkin sudah tidak perlu diperkenalkan lagi, sudah terkenal dan saya sudah lama tahu merek lokal ini, cuma baru tertarik membelinya sekarang. 2 spray itu cuma 25 ribu, expired 2026, what a bargain kan, untuk saya yang memang mencari toner sederhana.



Dear Me Beauty, juga tidak asing, sudah coba bedaknya yang sempat viral 2019 lalu, tapi b aja begitu. Karena cari retinol malam dan DMB lagi banyak clearance sale, saya berakhir dengan krim retinol mereka yang tube ungu itu. Ternyata baca review, banyak yang suka. Sejauh ini juga, pemakaiannya aman sentosa meski terlalu dini untuk melihat hasilnya.



Pembelian paling teracun itu adalah True Glow, gegara lihat Suhay, pas saya lagi malas mikir saat itu dengan keadaan kulit yang kusam oleh alergi debu dan sinus yang berlarut-larut, maka saya belilah set brightening mereka.



Ugh, kenapa bau amis, ya? Apalagi ketika serum dan moisturizer-nya yang biru itu bersatu. Woah. Etapi ya, saya juga pernah punya moisturizer warna biru dari merek Korea (Klairs apa ya), baunya juga tidak menyenangkan.



Oh, bicara warna produk skincare, kenapa warna biru masih bisa diterima tapi tidak warna kuning gelap? Saya membatalkan niat membeli sebuah moisturizer setelah melihat warna kuning kunyitnya. Asli, seperti melihat skincare adonan dapur abal-abal, padahal jelas merek yang saya lihat itu merek terkenal yang semua produknya dijamin dengan lisensi remis.



Di otak itu, skincare kuning kunyit akan membuat kulit jadi kuning juga…tolong! 







Hyalupure, tergiur harganya murah tapi isinya 100ml. Harga asli 69 atau 79 ribu, tapi saya sedang dapat diskon 45 ribu. Karena malas mikir, lihat review-nya juga berjibun di syopi, langsung beli. Rupanya belum ada BPOM, ya? Oalah. Mana ini bukan merek lokal, tapi merek Cina!



Berbie pun ternganga seperti gadis ranum dari jaman Majapahit, apakah ini sama dengan brand dari Cina lainnya yang membuat image mereka seperti merek lokal, Korea atau Canada? 



Untung saja saya cocok dengan kandungannya dan tidak bentrok dengan skincare lainnya. Cukup sekali ini deh, next time memang kalau mau beli skincare gentong lebih baik beli Skin Game atau produk Korea sekalian, walau ya jelas, harganya akan jauh berbeda.



Terakhir dalam list ini adalah From Chiyou, dari Korea. Brand ini legit dan mereka sepertinya memusatkan diri dalam mengatasi jerawat. Saya kebetulan sedang tidak ada jerawat (setahun paling 2 - 3 kali, itupun karena hormon atau apalah gitu), tapi karena kandungan moisturizer ini memang aslinya untuk melembabkan, ya wes, beli karena kulit saya memang sering merah-merah. 



Ada 2 produk bundling yang saya beli beberapa bulan lalu (Januari? Maret? lupa), Scora, niacinamide gel dan eye gel, itu sepaket kurang dari 60 ribu. Kalau tidak salah mereka sedang promo, baru launching. Jadi produk ini bukan baru saya beli Oktober-November ini. 



Ah! 1 lagi, Eim Beauty, yang tidak berkesan itu..xixixixi saya membelinya saat bulan puasa, sepaket; FW, toner & serum cuma 39 ribu. Yes, you read this alright; 39 ribu. Tapi tidak ada yang istimewa, basic saja yang penting ini muka tidak meranggas aja, saya tidak banyak pilihan.



Ginza! Bah! Ini juga skincare yang sudah saya beli sejak 2 tahun lalu, murah banget asli, apalagi kalau lagi promo. Saya langganan toner mereka, tapi somehow sekarang sudah tidak begitu ngaruh. Cuma pakai micellar-nya saja. 



Seingat saya, ada juga beberapa produk lokal yang saya coba, jelas murah, tapi sayangnya tidak meninggalkan kesan di kulit saya makanya saya tidak ingat namanya apa…ahahaha




Older Posts

Ann Solo

Ann Solo
Strike a pose!

Find Ann Here!

Ann Solo Who?!

Ann Solo adalah nama pena Ananda Nazief, seorang lifsestyle blogger yang terinspirasi oleh orang- orang sekitar, perjalanan, kisah- kisah, pop culture dan issue semasa.

Prestasi:

Pemenang Terbaik 2 Flash Blogging Riau : Menuju Indonesia,
Kominfo (Direktorat Kemitraan Komunikasi) - Maret 2018.

Pemenang 2 Flash Writing For Gaza (Save Gaza-Palestine),
FLP Wilayah Riau - April 2018.

Pemenang 3 Lomba Blog Lestari Hutan, Yayasan Doktor Syahrir Indonesia - Agustus 2019.

Pemenang Harapan 1 Lomba Blog, HokBen Pekanbaru - Februari 2020.

Contact: annsolo800@gmail.com

  • Home
  • Beauty
  • Traveling
  • Entertainment & Arts
  • What's News
  • Books & Stories
  • Our Guest
  • Monologue
  • Eateries

Labels

#minimalism Beauty Books & Stories Eateries Entertainment & Arts Film Gaming monologue Our Guest parfum Review Review Parfume sponsored Techie thoughts traveling What's News

Let's Read Them Blogs

  • Buku, Jalan dan Nonton

Recent Posts

Followers

Viewers

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • Asyik, Perang Tarif, Mari Kita Beli Barang KW
  • ►  2024 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2023 (45)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2020 (34)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2019 (34)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (14)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)

Find Them Here

Translate

Sociolla - SBN

Sociolla - SBN
50K off with voucher SBN043A7E

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Blogger Perempuan

Beauty Blogger Pekanbaru

Beauty Blogger Pekanbaru

Popular Posts

  • Review Axis-Y Toner dan Ampoule - Skincare Baru Asal Korea
    Sejak beberapa tahun kebelakangan ini kita telah diserbu oleh tidak hanya produk Korea baik itu skincare dan makeup, tetapi juga ...
  • Review Loreal Infallible Pro Matte Foundation
    Kalau dulu saya hanya tahu dan penggemar berat Loreal True Match Foundation sejak zaman kuliah, ternyata Loreal juga mengelua...
  • 2019 Flight Of Mind
    Cheers! Time flies indeed, terlebih lagi di zaman sekarang ini dan saya yang sudah mulai lupa sehingga semua terasa cepat. 2019...
  • Kampanye No Straw Dari KFC
    Kampanye No Straw Movement. Kemarin saya dan seorang teman berjanji untuk bertemu di KFC terdekat dan sambil menunggunya datang, saya ...
  • (Pertandingan Terakhir Liliyana Natsir Sebelum Pensiun) Dukung Bersama Asian Games 2018
    Hari ini berita yang cukup mengecewakan muncul di TV ketika saya dan Tante sedang makan siang dirumah: Liliyana Natsir akan menggantung...
  • Review Lip Balm 3 Merek - Nivea, Himalaya Herbals dan L'Occitane
    Dulu sekali, sebelum kenal dengan lipstick seakrab sekarang, saya dan   lip balm adalah pasangan yang kompak. Tidak hanya mengatasi ...
  • Review Sunblock Biore & Senka
    Oh my! Sekali lagi saya merasa bersalah 'menelantarkan' blog ini karena akhir bulan lalu saya mempunyai pekerjaan baru ya...
  • Review - Sakura Collagen Moisturizer
    Pertama-tama, saya hanya mau menginformasikan bahwa ini adalah artikel review yang sebenarnya sudah lumayan telat terlupakan oleh kek...
  • Review AXIS-Y Cera-Heart My Type Duo Cream
    Sudah lam aterakhir kali saya memakai cream moisturizer tipe konvensional, alasan utamanya adalah kondisi iklim di kota saya...
  • Review Lipstick Maybelline Superstay Ink Crayon
    2020 dimulai dengan racun lipstick terbaru dari Maybelline yang datang dengan Super Stay Ink Crayon yang sebenarnya sudah saya nant...

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates